Minggu, 7 Juli 2024

Kegagalan Pengelolaan Koperasi

Tanggal 12 Juli merupakan hari yang bersejarah bagi bangsa Indonesia yaitu sebagai hari lahirnya koperasi. Dalam usianya yang ke-74, peran koperasi sebagai soko guru ekonomi nasional masih dipertanyakan banyak pihak. Seberapa besar peran koperasi dalam menumbuhkembangkan potensi ekonomi rakyat serta mewujudkan kehidupan demokrasi ekonomi yang mengutamakan kebersamaan, kegotongroyongan dan kekeluargaan.

Terlebih lagi pada saat ini negeri kita sedang dilanda musibah Covid-19 yang memporak-porandakan semua sektor kehidupan ekonomi, maka rakyat sangat mengharap kehadiran koperasi mampu menyelamatkan tata kehidupan ekonomi sekaligus dapat membangkitkan dari keterpurukan.

- Advertisement -

Ideanya koperasi harus tampil sebagai garda terdepan memimpin gerakan ekonomi rakyat yang berwatak sosial guna mewujudkan cita-cita mulia dari bangsa Indonesia yaitu meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai amanah Pasal 33 UUD 1945. Berdasar pada fakta empiris tersebut, perlu kita pertanyakan faktor-faktor apa saja yag menyebabkan koperasi sulit berkembang?  Apakah karena faktor pemimpinnya atau karena faktor anggotanya.

Kepemimpinan Koperasi
Persoalan kepemimpinan banyak dibicarakan, bahkan mungkin semenjak manusia itu sendiri ada. Tidak saja untuk kepemimpinan koperasi, tapi dari organisasi informal, perusahaan gurem sampai new economy. Persoalan kepemimpinan tetap menarik dibahas oleh banyak praktisi dan akademisi.

Tidak ada analisis tunggal dari setiap permasalahan menyangkut kepemimpinan. Ribuan buku leadership telah ditulis namun diskusi tentang persoalan tersebut tetap memiliki daya tarik karena dianggap sebagai bagian penting dalam sebuah organisasi.
Kepemimpinan menyangkut kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok ke arah tercapainya tujuan. Kemampuan mempengaruhi dan menggerakkan orang lain, merupakan pekerjaan yang sangat sulit, sehingga mereka bertindak dan berperilaku sebagaimana yang diharapkan terutama bagi tercapainya tujuan yang di inginkan organisasi.

- Advertisement -

Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang mengerti benar bila waktunya diganti telah tiba, mereka tidak akan bertahan dan tidak malakukan konspirasi untuk mempertahankan kekuasaannya, bila waktunya sudah datang. Mereka meninggalkan jabatannya secara terhormat (dengan nama bersih) dan mempersilakan pemimpin baru mengambil tempatnya.

Senantiasa mendidik pemimpin-pemimpin lainnya pada jajaran di bawahnya, sehingga mempunyai tanggung jawab untuk mengembangkan pemimpin-pemimpin baru. Dalam kepemimpinan tim manajemen memikul tanggung jawab berat dalam memilih pemimpin yang kredibel, bisa dipercaya, bisa menjadi panutan dan bisa bekerja sama dalam tim.

Baca Juga:  Tantangan Kesetaraan Gender

Dalam organisasi koperasi, kepemimpinan,idealnya harus diisi oleh orang-orang yang cerdas, terampil, mampu melaksanakan tugas dengan baik; sehingga koperasi yang dipimpinnya dapat berkembang. Dapat meningkatkan kesejahteraan hidup anggota dan dapat berfungsi sebagai alat pembangunan ekonomi, pembangunan masyarakat di pedesaan dan lingkungan daerah kerjanya.

Memimpin koperasi mempunyai kekhususan dibanding dengan memimpin badan usaha lainnya, karena koperasi memiliki ciri ganda; yaitu mengandung unsur ekonomi dan unsur sosial.  Artinya ia harus bekerja menurut prinsip ekonomi dengan melandaskan pada unsur sosial yang tersurat dan tersirat dalam asas-asas koperasi.

Mengapa Koperasi Gagal?
Kenapa koperasi sulit berkembang dan mengalami kegagalan? Pertama, kepemimpinan koperasi yang tidak kredibel, namun karena model kepengurusan dalam koperasi ditentukan oleh rapat anggota maka bisa terjadi anggota yang tidak memiliki kemampuan memimpin dapat terpilih menduduki jabatan dalam kepengurusan.

Hal tersebut bisa terjadi mengingat kepengurusan dalam koperasi harus diisi oleh anggota yang terpilih dalam rapat anggota. Seseorang yang memiliki basis masa bisa terpilih  menjadi pengurus meskipun yang bersangkutan sebenarnya tidak memiliki kemampuan di bidang perkoperasian. Faktor ini sebagai salah satu penyebab gagalnya koperasi dalam mencapai tujuannya.

Faktor kedua, tingkat kesadaran dan komitmen anggota relatif masih sangat rendah. Pertanyaannya kenapa masyarakat enggan bergabung dalam koperasi? Hal tersebut bisa terjadi karena pengurus tidak melakukan kampanye untuk menarik anggota masyarakat, pendiri koperasi mempunyai kepentingan usaha pribadi. Kurangnya penyuluhan sehingga anggota banyak yang tidak mengetahui manfaat berkoperasi.

Sementara itu tingkat pemahaman masyarakat tentang peran koperasi dalam memajukan ekonomi anggota masih sangat rendah, sehingga sering terjadi mis komunikasi di masyarakat tentang perkoperasian. Seolah-olah koperasi menjadi sebuah lembaga ekonomi milik pemerintah yang akan menyalurkan berbagai bentuk bantuan dan hibah  jaminan sosial ekonmi kepada masyarakat.

Doktrin tentang perkoperasian masih belum dipahami oleh masyarakat, sehingga masyarakat menganggap bahwa koperasi sebagai tempat untuk berbelanja atau tempat meminjam dengan tingkat suku bunga yang murah.

Pemahaman yang demikian tentunya harus diluruskan, dan ini menjadi tugas pemerintah dan relawan peduli koperasi dan peduli kemiskinan.

Ketiga, hubungan kerja yang kurang efektif antar pengurus dan juga dengan manajer. Hal tersebut terlihat dari Belum adanya penggarisan yang tegas dan dapat diterima secara umum tentang pembagian wewenang dan peran antara pengurus dan manajer. Adanya kecenderungan dari pengurus untuk melibatkan diri dalam kegiatanoperasional usaha. Konflik di antara sesama anggota pengurus atau antara pengurus dan manajer, menyangkut penentuan sasaran dan penyusunan strategi.

Baca Juga:  Refleksi HUT Ke-236 Pekanbaru: Jadikan Pekanbaru Metropolitan, Bukan Kampung Besar

Keempat, operasional usaha tidak dikelola dengan manajemen yang profesional dan baik, pembaharuan dan inovasi belum mampu dilakukan, eksistensi yang masih diragukan, rasa memiliki yang kurang. Anggapan bahwa koperasi masih dikelola sebagai kegiatan sosial yang kurang fokus sebagai lembaga bisnis, sehingga sulit mendapat pinjaman modal.

Kelima, inovasi dari pengurus dan pengelola sangat terbatas dalam menentukan unit usaha yang memiliki prospek masa depan untuk dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan kepentingan anggota. Sebagian besar anggota koperasi bersifat pasif dan hanya sebatas memenuhi kewajiban membayar simpanan dan tidak memiliki partisipasi aktif untuk memajukan koperasi.

Keenam, jaringan bisnis dari pengelola dan pengurus masih sangat terbatas, sehingga koperasi sepertinya jalan di tempat. Termasuk juga kemitraan dalam mencari sumber pendanaan untuk memperkuat operasional koperasi masih sangat terbatas. Dan masih banyak faktor lain sebagai penyebab mengapa koperasi sulit berkembang dan akhirnya malah mengalami kegagalan usaha.

Sebagai kesimpulan, dalam upaya meningkatkan kinerja koperasi, maka diperlukan penggiat koperasi, relawan koperasi dan pelopor koperasi. Mereka umumnya  punya minat yang besar dan punya jiwa kemasyarakatan untuk bekerja bagi kepentingan orang banyak. Mereka umumnya menyadari peran dan tugas koperasi yaitu mewujudkan demokrasi ekonomi dan mempertinggi taraf hidup rakyat.

Para relawan umumnya mempunyai integritas yang tinggi, kelebihan dalam moral dan akhlak, kelebihan dalam jiwa dan semangat, kelebihan dalam ketajaman intelek, kelebihan dalam ketekunan dan keuletan jasmani. Karena itu kepemimpinan dalam organisasi koperasi hendaknya diarahkan kepada kepemimpinan yang visioner yaitu visi mencerminkan ambisi, daya tarik besar, hasrat, semangat dan keadaan ideal di mana dapat diarahkan sebagai impian yang ingin diwujudkan.

Selamat hari jadi koperasi, usiamu sudah relatif tua dan kontribusimu sangat diharapkan bagi perkembangan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat di negeri kita. Semoga.***

 

Tanggal 12 Juli merupakan hari yang bersejarah bagi bangsa Indonesia yaitu sebagai hari lahirnya koperasi. Dalam usianya yang ke-74, peran koperasi sebagai soko guru ekonomi nasional masih dipertanyakan banyak pihak. Seberapa besar peran koperasi dalam menumbuhkembangkan potensi ekonomi rakyat serta mewujudkan kehidupan demokrasi ekonomi yang mengutamakan kebersamaan, kegotongroyongan dan kekeluargaan.

Terlebih lagi pada saat ini negeri kita sedang dilanda musibah Covid-19 yang memporak-porandakan semua sektor kehidupan ekonomi, maka rakyat sangat mengharap kehadiran koperasi mampu menyelamatkan tata kehidupan ekonomi sekaligus dapat membangkitkan dari keterpurukan.

Ideanya koperasi harus tampil sebagai garda terdepan memimpin gerakan ekonomi rakyat yang berwatak sosial guna mewujudkan cita-cita mulia dari bangsa Indonesia yaitu meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai amanah Pasal 33 UUD 1945. Berdasar pada fakta empiris tersebut, perlu kita pertanyakan faktor-faktor apa saja yag menyebabkan koperasi sulit berkembang?  Apakah karena faktor pemimpinnya atau karena faktor anggotanya.

Kepemimpinan Koperasi
Persoalan kepemimpinan banyak dibicarakan, bahkan mungkin semenjak manusia itu sendiri ada. Tidak saja untuk kepemimpinan koperasi, tapi dari organisasi informal, perusahaan gurem sampai new economy. Persoalan kepemimpinan tetap menarik dibahas oleh banyak praktisi dan akademisi.

Tidak ada analisis tunggal dari setiap permasalahan menyangkut kepemimpinan. Ribuan buku leadership telah ditulis namun diskusi tentang persoalan tersebut tetap memiliki daya tarik karena dianggap sebagai bagian penting dalam sebuah organisasi.
Kepemimpinan menyangkut kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok ke arah tercapainya tujuan. Kemampuan mempengaruhi dan menggerakkan orang lain, merupakan pekerjaan yang sangat sulit, sehingga mereka bertindak dan berperilaku sebagaimana yang diharapkan terutama bagi tercapainya tujuan yang di inginkan organisasi.

Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang mengerti benar bila waktunya diganti telah tiba, mereka tidak akan bertahan dan tidak malakukan konspirasi untuk mempertahankan kekuasaannya, bila waktunya sudah datang. Mereka meninggalkan jabatannya secara terhormat (dengan nama bersih) dan mempersilakan pemimpin baru mengambil tempatnya.

Senantiasa mendidik pemimpin-pemimpin lainnya pada jajaran di bawahnya, sehingga mempunyai tanggung jawab untuk mengembangkan pemimpin-pemimpin baru. Dalam kepemimpinan tim manajemen memikul tanggung jawab berat dalam memilih pemimpin yang kredibel, bisa dipercaya, bisa menjadi panutan dan bisa bekerja sama dalam tim.

Baca Juga:  Mendidik Anak di Era Digital

Dalam organisasi koperasi, kepemimpinan,idealnya harus diisi oleh orang-orang yang cerdas, terampil, mampu melaksanakan tugas dengan baik; sehingga koperasi yang dipimpinnya dapat berkembang. Dapat meningkatkan kesejahteraan hidup anggota dan dapat berfungsi sebagai alat pembangunan ekonomi, pembangunan masyarakat di pedesaan dan lingkungan daerah kerjanya.

Memimpin koperasi mempunyai kekhususan dibanding dengan memimpin badan usaha lainnya, karena koperasi memiliki ciri ganda; yaitu mengandung unsur ekonomi dan unsur sosial.  Artinya ia harus bekerja menurut prinsip ekonomi dengan melandaskan pada unsur sosial yang tersurat dan tersirat dalam asas-asas koperasi.

Mengapa Koperasi Gagal?
Kenapa koperasi sulit berkembang dan mengalami kegagalan? Pertama, kepemimpinan koperasi yang tidak kredibel, namun karena model kepengurusan dalam koperasi ditentukan oleh rapat anggota maka bisa terjadi anggota yang tidak memiliki kemampuan memimpin dapat terpilih menduduki jabatan dalam kepengurusan.

Hal tersebut bisa terjadi mengingat kepengurusan dalam koperasi harus diisi oleh anggota yang terpilih dalam rapat anggota. Seseorang yang memiliki basis masa bisa terpilih  menjadi pengurus meskipun yang bersangkutan sebenarnya tidak memiliki kemampuan di bidang perkoperasian. Faktor ini sebagai salah satu penyebab gagalnya koperasi dalam mencapai tujuannya.

Faktor kedua, tingkat kesadaran dan komitmen anggota relatif masih sangat rendah. Pertanyaannya kenapa masyarakat enggan bergabung dalam koperasi? Hal tersebut bisa terjadi karena pengurus tidak melakukan kampanye untuk menarik anggota masyarakat, pendiri koperasi mempunyai kepentingan usaha pribadi. Kurangnya penyuluhan sehingga anggota banyak yang tidak mengetahui manfaat berkoperasi.

Sementara itu tingkat pemahaman masyarakat tentang peran koperasi dalam memajukan ekonomi anggota masih sangat rendah, sehingga sering terjadi mis komunikasi di masyarakat tentang perkoperasian. Seolah-olah koperasi menjadi sebuah lembaga ekonomi milik pemerintah yang akan menyalurkan berbagai bentuk bantuan dan hibah  jaminan sosial ekonmi kepada masyarakat.

Doktrin tentang perkoperasian masih belum dipahami oleh masyarakat, sehingga masyarakat menganggap bahwa koperasi sebagai tempat untuk berbelanja atau tempat meminjam dengan tingkat suku bunga yang murah.

Pemahaman yang demikian tentunya harus diluruskan, dan ini menjadi tugas pemerintah dan relawan peduli koperasi dan peduli kemiskinan.

Ketiga, hubungan kerja yang kurang efektif antar pengurus dan juga dengan manajer. Hal tersebut terlihat dari Belum adanya penggarisan yang tegas dan dapat diterima secara umum tentang pembagian wewenang dan peran antara pengurus dan manajer. Adanya kecenderungan dari pengurus untuk melibatkan diri dalam kegiatanoperasional usaha. Konflik di antara sesama anggota pengurus atau antara pengurus dan manajer, menyangkut penentuan sasaran dan penyusunan strategi.

Baca Juga:  Refleksi HUT Ke-236 Pekanbaru: Jadikan Pekanbaru Metropolitan, Bukan Kampung Besar

Keempat, operasional usaha tidak dikelola dengan manajemen yang profesional dan baik, pembaharuan dan inovasi belum mampu dilakukan, eksistensi yang masih diragukan, rasa memiliki yang kurang. Anggapan bahwa koperasi masih dikelola sebagai kegiatan sosial yang kurang fokus sebagai lembaga bisnis, sehingga sulit mendapat pinjaman modal.

Kelima, inovasi dari pengurus dan pengelola sangat terbatas dalam menentukan unit usaha yang memiliki prospek masa depan untuk dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan kepentingan anggota. Sebagian besar anggota koperasi bersifat pasif dan hanya sebatas memenuhi kewajiban membayar simpanan dan tidak memiliki partisipasi aktif untuk memajukan koperasi.

Keenam, jaringan bisnis dari pengelola dan pengurus masih sangat terbatas, sehingga koperasi sepertinya jalan di tempat. Termasuk juga kemitraan dalam mencari sumber pendanaan untuk memperkuat operasional koperasi masih sangat terbatas. Dan masih banyak faktor lain sebagai penyebab mengapa koperasi sulit berkembang dan akhirnya malah mengalami kegagalan usaha.

Sebagai kesimpulan, dalam upaya meningkatkan kinerja koperasi, maka diperlukan penggiat koperasi, relawan koperasi dan pelopor koperasi. Mereka umumnya  punya minat yang besar dan punya jiwa kemasyarakatan untuk bekerja bagi kepentingan orang banyak. Mereka umumnya menyadari peran dan tugas koperasi yaitu mewujudkan demokrasi ekonomi dan mempertinggi taraf hidup rakyat.

Para relawan umumnya mempunyai integritas yang tinggi, kelebihan dalam moral dan akhlak, kelebihan dalam jiwa dan semangat, kelebihan dalam ketajaman intelek, kelebihan dalam ketekunan dan keuletan jasmani. Karena itu kepemimpinan dalam organisasi koperasi hendaknya diarahkan kepada kepemimpinan yang visioner yaitu visi mencerminkan ambisi, daya tarik besar, hasrat, semangat dan keadaan ideal di mana dapat diarahkan sebagai impian yang ingin diwujudkan.

Selamat hari jadi koperasi, usiamu sudah relatif tua dan kontribusimu sangat diharapkan bagi perkembangan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat di negeri kita. Semoga.***

 

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari