Kamis, 21 November 2024

Tumbuh Bersatu di Tengah Pandemi

- Advertisement -

Merdeka menjadi dambaan dan impian bagi penghuni negeri ini sejak ratusan tahun silam. Silih bergantinya penjajah dengan janji untuk membangun negeri dan memberikan kehidupan yang layak hanyalah tipu daya belaka. Bahkan Jepang yang membolehkan Merah Putih bersanding dengan Hinomaru, mengaku saudara tua dengan slogan dan propaganda Nippon cahaya, pelindung, dan pemimpin Asia malah lebih menyiksa dan menyengsarakan anak negeri daripada Belanda, Portugis dan Inggris.

Sungguh tak terperi penderitaan berabad lamanya anak negeri ini hingga impian kemerdekaan itu menjadi nyata dan bergema tanggal 17 Agustus 1945. Kini sudah 76 tahun kemerdekaan itu diproklamirkan. Impian dan dambaan menjadi negera merdeka yang akan memberikan kesejahteraan bagi penduduk negeri ini terus menjadi tantangan seiring perkembangan zaman. Seperti ungkapan Hatta, tujuan akhir kita bukanlah merdeka tapi sejahtera.

- Advertisement -

Terlebih lagi pada saat pandemi melanda negeri. Banyak rakyat yang kehilangan pekerjaan dan sektor ekonomi terganggu. Belum lagi banyak yang meninggal akibat Covid-19 serta tantangan politik global. Alhasil tantangan bangsa ke depan semakin berat. Bila beragam masalah yang menghadang tidak bisa diatasi boleh jadi langkah bangsa ini akan tertatih-tatih. Untuk itu dibutuhkan gerak langkah bersama, agar negeri ini terus tumbuh dan bersatu dalam menghadapi setiap hadangan yang menghalang.

Gerak langkah bersama itu harus hadir dan tumbuh dalam segenap anak bangsa. Untuk menghadirkan itu mesti lahirnya keteladanan dan itu harus dimulai oleh pembuat kebijakan. Apapun kebijakan yang dihadirkan haruslah untuk kemaslahatan semua anak bangsa, bukan untuk segelintir orang, kelompok atau partisan saja. Sebab bila pembuat kebijakan melahirkan standar ganda, baik dalam kebijakan maupun dalam memutuskan perkara-perkara cenderung berpihak dan tidak menghadirkan keadilan, maka gerak langkah bersama itu akan sulit diwujudkan.

Baca Juga:  Ramadan Bulan Tafakur

Gerak langkah bersama juga akan semakin berat bila pemilik kebijakan menjalankan politik tebang pilih dan menggunakan kuasa untuk membungkam lawan-lawan politik atau suara-suara kritik. Apatah lagi media sosial hari ini sudah menjadi ajang mudah untuk rakyat menjadi terbelah dan bertebarnya isu-isu hoax yang semakin memantik rusaknya persatuan dan kesatuan anak negeri ini.

- Advertisement -

Bahkan hinaan serta cacian, baik terhadap tokoh bangsa dan juga ulama sudah bermunculan. Bangsa ini seakan tidak bisa lagi menikmati perbedaan politik sebagai sebuah keniscayaan demokrasi. Padahal pendiri bangsa ini sudah mengajarkan kepada kita bahwa karena perbedaan itulah negeri ini diproklamirkan.

Kini datangnya pandemi mengajarkan kepada kita semua, bahwa kita harus bersatu, tangguh dan tumbuh bersama. Negeri ini milik bersama bukan milik penguasa. Negeri ini merdeka karena persatuan itu hadir. Perihnya penjajahan itu melahirkan kesadaran dan kesadaran itu tidak akan berarti kalau tidak adanya persatuan. Kenapa negeri ini dulunya terlalu lama dijajah bahkan berabad lamanya? Jawabannya karena tidak bersatu dan bergerak bersama. Sejarah mengajarkan kepada kita bahwa ditengah perjuangan melawan penjajah, muncul pengkhianat yang menjalin kerjasama dengan Belanda atau bahkan mereka hidup senang menjadi abdi Belanda. Sehingga ketika diajak berjuang untuk memerdekan diri mereka enggan, malah berada di pihak musuh.

Baca Juga:  Kegagalan Pengelolaan Koperasi

Sejarah itu seharusnya menyadarkan kepada kita, bahwa persatuan bangsa itu menjadi penting untuk menggerakkan bangsa dalam perjalanannya dan juga dalam menghadapi setiap tantangan. Jauhi dan tinggalkan apa saja yang akan merusak persatuan dan kesatuan anak bangsa. Hanya dengan persatuanlah kita akan bisa meraih apa yang kita impikan. Contohnya dalam menghadapi pandemi ini, semua rakyat Indonesia harus berjuang bersama-sama, menaati peraturan yang telah ditetapkan pemerintah, seperti pakai masker, menjaga jarak dan tidak melakukan kerumunan dan pemerintah mesti memberikan bantuan dan perhatian terhadap masyarakat ekonomi lemah.

Bagi yang berkelebihan harta hulurkanlah bantuan untuk sesama. Bila kita tidak bersama, rasanya akan sulit melawan covid ini dan tentunya yang paling penting dari semua itu adalah jangan pernah berhenti berdoa kepada sang Khalik agar wabah ini segera berlalu.

Untuk itu mari hadirkan keteladan, keadilan, kesejahteraan dalam bangsa ini. Selanjutnya eratkan tangan, kokohkan persatuan lupakan sekat-sekat perbedaan. Pandanglah sesama sebagai anak bangsa yang lahir dari leluhur yang telah berjuang untuk meraih kemerdekaan. Alhasil, tumbuh dan bersatu itu akan terasa indah dan akan menjadi antibodi dalam menghadapi kehidupan dan juga pandemi.***

 

Merdeka menjadi dambaan dan impian bagi penghuni negeri ini sejak ratusan tahun silam. Silih bergantinya penjajah dengan janji untuk membangun negeri dan memberikan kehidupan yang layak hanyalah tipu daya belaka. Bahkan Jepang yang membolehkan Merah Putih bersanding dengan Hinomaru, mengaku saudara tua dengan slogan dan propaganda Nippon cahaya, pelindung, dan pemimpin Asia malah lebih menyiksa dan menyengsarakan anak negeri daripada Belanda, Portugis dan Inggris.

Sungguh tak terperi penderitaan berabad lamanya anak negeri ini hingga impian kemerdekaan itu menjadi nyata dan bergema tanggal 17 Agustus 1945. Kini sudah 76 tahun kemerdekaan itu diproklamirkan. Impian dan dambaan menjadi negera merdeka yang akan memberikan kesejahteraan bagi penduduk negeri ini terus menjadi tantangan seiring perkembangan zaman. Seperti ungkapan Hatta, tujuan akhir kita bukanlah merdeka tapi sejahtera.

- Advertisement -

Terlebih lagi pada saat pandemi melanda negeri. Banyak rakyat yang kehilangan pekerjaan dan sektor ekonomi terganggu. Belum lagi banyak yang meninggal akibat Covid-19 serta tantangan politik global. Alhasil tantangan bangsa ke depan semakin berat. Bila beragam masalah yang menghadang tidak bisa diatasi boleh jadi langkah bangsa ini akan tertatih-tatih. Untuk itu dibutuhkan gerak langkah bersama, agar negeri ini terus tumbuh dan bersatu dalam menghadapi setiap hadangan yang menghalang.

Gerak langkah bersama itu harus hadir dan tumbuh dalam segenap anak bangsa. Untuk menghadirkan itu mesti lahirnya keteladanan dan itu harus dimulai oleh pembuat kebijakan. Apapun kebijakan yang dihadirkan haruslah untuk kemaslahatan semua anak bangsa, bukan untuk segelintir orang, kelompok atau partisan saja. Sebab bila pembuat kebijakan melahirkan standar ganda, baik dalam kebijakan maupun dalam memutuskan perkara-perkara cenderung berpihak dan tidak menghadirkan keadilan, maka gerak langkah bersama itu akan sulit diwujudkan.

- Advertisement -
Baca Juga:  Kegagalan Pengelolaan Koperasi

Gerak langkah bersama juga akan semakin berat bila pemilik kebijakan menjalankan politik tebang pilih dan menggunakan kuasa untuk membungkam lawan-lawan politik atau suara-suara kritik. Apatah lagi media sosial hari ini sudah menjadi ajang mudah untuk rakyat menjadi terbelah dan bertebarnya isu-isu hoax yang semakin memantik rusaknya persatuan dan kesatuan anak negeri ini.

Bahkan hinaan serta cacian, baik terhadap tokoh bangsa dan juga ulama sudah bermunculan. Bangsa ini seakan tidak bisa lagi menikmati perbedaan politik sebagai sebuah keniscayaan demokrasi. Padahal pendiri bangsa ini sudah mengajarkan kepada kita bahwa karena perbedaan itulah negeri ini diproklamirkan.

Kini datangnya pandemi mengajarkan kepada kita semua, bahwa kita harus bersatu, tangguh dan tumbuh bersama. Negeri ini milik bersama bukan milik penguasa. Negeri ini merdeka karena persatuan itu hadir. Perihnya penjajahan itu melahirkan kesadaran dan kesadaran itu tidak akan berarti kalau tidak adanya persatuan. Kenapa negeri ini dulunya terlalu lama dijajah bahkan berabad lamanya? Jawabannya karena tidak bersatu dan bergerak bersama. Sejarah mengajarkan kepada kita bahwa ditengah perjuangan melawan penjajah, muncul pengkhianat yang menjalin kerjasama dengan Belanda atau bahkan mereka hidup senang menjadi abdi Belanda. Sehingga ketika diajak berjuang untuk memerdekan diri mereka enggan, malah berada di pihak musuh.

Baca Juga:  Bulan Syakban; Bulan Kemanusiaan

Sejarah itu seharusnya menyadarkan kepada kita, bahwa persatuan bangsa itu menjadi penting untuk menggerakkan bangsa dalam perjalanannya dan juga dalam menghadapi setiap tantangan. Jauhi dan tinggalkan apa saja yang akan merusak persatuan dan kesatuan anak bangsa. Hanya dengan persatuanlah kita akan bisa meraih apa yang kita impikan. Contohnya dalam menghadapi pandemi ini, semua rakyat Indonesia harus berjuang bersama-sama, menaati peraturan yang telah ditetapkan pemerintah, seperti pakai masker, menjaga jarak dan tidak melakukan kerumunan dan pemerintah mesti memberikan bantuan dan perhatian terhadap masyarakat ekonomi lemah.

Bagi yang berkelebihan harta hulurkanlah bantuan untuk sesama. Bila kita tidak bersama, rasanya akan sulit melawan covid ini dan tentunya yang paling penting dari semua itu adalah jangan pernah berhenti berdoa kepada sang Khalik agar wabah ini segera berlalu.

Untuk itu mari hadirkan keteladan, keadilan, kesejahteraan dalam bangsa ini. Selanjutnya eratkan tangan, kokohkan persatuan lupakan sekat-sekat perbedaan. Pandanglah sesama sebagai anak bangsa yang lahir dari leluhur yang telah berjuang untuk meraih kemerdekaan. Alhasil, tumbuh dan bersatu itu akan terasa indah dan akan menjadi antibodi dalam menghadapi kehidupan dan juga pandemi.***

 

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img
spot_img
spot_img
spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari