Senin, 20 Mei 2024

Kampung Teluk Lanus, Sentra Produksi Padi Masa Depan

Tulisan ini muncul dari hasil kunjungan penulis beberapa waktu yang lalu ke daerah ini dan penulis pernah bertugas di Kabupaten Siak selama lebih dari 6 tahun pada kurun waktu 2002 sampai 2008. Di mana pada masa itu Kabupaten Siak sebagai kabupaten baru, infrastruktur belum memadai, sehingga Teluk Lanus belum banyak mendapat perhatian termasuk di sektor pertanian.  

Dahulu ketika disebut Teluk Lanus yang ada dalam pikiran penulis dan mungkin juga orang lain, adalah daerah yang sangat jauh, sulit dijangkau dan sulit melaksanakan pembinaan, sehingga tidak terpikir akan melihat potensi yang ada untuk dikembangkan. Tulisan ini juga muncul sebagai harapan besar penulis akan Teluk Lanus yang memiliki potensi untuk berkembang menjadi sentra produksi padi masa depan Kabupaten Siak sekaligus Provinsi Riau. Dengan potensi lahan sekitar 1.200 ha, jika digarap secara maksimal, maka bukan tidak mungkin Kampung Teluk Lanus akan menjadi sentra produksi padi baru di Provinsi Riau, yang saat ini sedang galaknya membangun sektor ini.

Yamaha

Berbicara tentang sentra produksi padi di Kabupaten Siak, maka yang ada dibenak kita selama ini adalah Kecamatan Bungaraya, karena memiliki persawahan yang sangat bagus yang dapat disetarakan dengan kondisi persawahan daerah lainnya di Indonesia. Sehingga kalau kita berada di Bungaraya, kita solah-olah sedang berada di kawasan Pantura di Jawa Barat.  

Baca Juga:  Membangkitkan Kembali Wisata Sejarah Pekanbaru

Pemerintah Kabupaten Siak gencar mengembangkan  kawasan baru untuk memperluas daerah sentra produksi pangan terutama  padi.  Sehingga saat ini sudah terjadi perkembangan yang cukup signifikan, yaitu kawasan pangan Sabak Auh, kawasan Sungai Mandau dan kawasan Sungai Apit, di samping kawasan Bungaraya sebagai kawasan yang sudah sangat eksis di bidang pertanian.  

Ketika speed boad yang membawa kami sampai di dermaga Teluk Lanus, dan saya menginjakkan kaki di daratan Teluk Lanus, langsung dihadapkan ke hamparan lahan terbuka yang hanya ditumbuhi semak belukar dan tanaman padi, tampaknya Desa Teluk Lanus menyimpan potensi yang cukup besar untuk dapat dikembangkan menjadi bagian lumbung pangan baru Kabupaten Siak.

- Advertisement -

Dari informasi yang disampaikan oleh Ketua Gapoktan Bestari, Sumarno, bahwa desa ini memiliki potensi lahan sawah seluas 1.200 ha. Pada awalnya, sawah-sawah yang ada di Desa Teluk Lanus saat ini dibuka oleh masyarakat setempat dan pendatang dengan biaya sendiri. Beberapa tahun kemudian ada bantuan kegiatan cetak sawah dan bangunan jaringan irigasi serta 3 unit pintu air dari Dinas Pertanian Kabupaten Siak, namun Sumarno tidak dapat menerangkan tahun berapa sawah tersebut dicetak dan berapa jumlahnya.  

Baca Juga:  Mengingatkan Kembali Etos Kerja Guru

Dalam pikiran saya, jika lahan seluas 1.200 ha nantinya bisa ditanami dua kali dalam setahun, maka akan ada Luas Tanam 2.400 ha per tahun, jika produktivitas nantinya sudah mencapai 5 ton per ha, maka Teluk Lanus akan menghasilkan 12.000 ton GKP per tahun.

- Advertisement -

Beberapa upaya yang perlu dilakukan ke depan, yaitu 1) memaksimalkan pemanfaatan potensi lahan yang belum ditanami yaitu seluas 700 ha, 2) meningkatkan infrastruktur  baik di dalam areal persawahan, yaitu berupa sarana tata air (pintu air, saluran  dan tanggul pengaman), dan diluar areal berupa jalan desa dan sebaginya, 3) membantu sarana produksi padi antara lain: benih, pupuk, herbisida, kapur/dolomit, dan 4) melengkapai kebutuhan alat dan mesin pertanian berupa hand traktor, power thresher, pengering padi, dan sebagainya, serta 4) pembinaan terhadap petani secara berkelanjutan.***

Tulisan ini muncul dari hasil kunjungan penulis beberapa waktu yang lalu ke daerah ini dan penulis pernah bertugas di Kabupaten Siak selama lebih dari 6 tahun pada kurun waktu 2002 sampai 2008. Di mana pada masa itu Kabupaten Siak sebagai kabupaten baru, infrastruktur belum memadai, sehingga Teluk Lanus belum banyak mendapat perhatian termasuk di sektor pertanian.  

Dahulu ketika disebut Teluk Lanus yang ada dalam pikiran penulis dan mungkin juga orang lain, adalah daerah yang sangat jauh, sulit dijangkau dan sulit melaksanakan pembinaan, sehingga tidak terpikir akan melihat potensi yang ada untuk dikembangkan. Tulisan ini juga muncul sebagai harapan besar penulis akan Teluk Lanus yang memiliki potensi untuk berkembang menjadi sentra produksi padi masa depan Kabupaten Siak sekaligus Provinsi Riau. Dengan potensi lahan sekitar 1.200 ha, jika digarap secara maksimal, maka bukan tidak mungkin Kampung Teluk Lanus akan menjadi sentra produksi padi baru di Provinsi Riau, yang saat ini sedang galaknya membangun sektor ini.

Berbicara tentang sentra produksi padi di Kabupaten Siak, maka yang ada dibenak kita selama ini adalah Kecamatan Bungaraya, karena memiliki persawahan yang sangat bagus yang dapat disetarakan dengan kondisi persawahan daerah lainnya di Indonesia. Sehingga kalau kita berada di Bungaraya, kita solah-olah sedang berada di kawasan Pantura di Jawa Barat.  

Baca Juga:  Zakat dan Covid-19

Pemerintah Kabupaten Siak gencar mengembangkan  kawasan baru untuk memperluas daerah sentra produksi pangan terutama  padi.  Sehingga saat ini sudah terjadi perkembangan yang cukup signifikan, yaitu kawasan pangan Sabak Auh, kawasan Sungai Mandau dan kawasan Sungai Apit, di samping kawasan Bungaraya sebagai kawasan yang sudah sangat eksis di bidang pertanian.  

Ketika speed boad yang membawa kami sampai di dermaga Teluk Lanus, dan saya menginjakkan kaki di daratan Teluk Lanus, langsung dihadapkan ke hamparan lahan terbuka yang hanya ditumbuhi semak belukar dan tanaman padi, tampaknya Desa Teluk Lanus menyimpan potensi yang cukup besar untuk dapat dikembangkan menjadi bagian lumbung pangan baru Kabupaten Siak.

Dari informasi yang disampaikan oleh Ketua Gapoktan Bestari, Sumarno, bahwa desa ini memiliki potensi lahan sawah seluas 1.200 ha. Pada awalnya, sawah-sawah yang ada di Desa Teluk Lanus saat ini dibuka oleh masyarakat setempat dan pendatang dengan biaya sendiri. Beberapa tahun kemudian ada bantuan kegiatan cetak sawah dan bangunan jaringan irigasi serta 3 unit pintu air dari Dinas Pertanian Kabupaten Siak, namun Sumarno tidak dapat menerangkan tahun berapa sawah tersebut dicetak dan berapa jumlahnya.  

Baca Juga:  ­­­­Pengajaran Daring Selama Wabah Corona Kurang Efektif?

Dalam pikiran saya, jika lahan seluas 1.200 ha nantinya bisa ditanami dua kali dalam setahun, maka akan ada Luas Tanam 2.400 ha per tahun, jika produktivitas nantinya sudah mencapai 5 ton per ha, maka Teluk Lanus akan menghasilkan 12.000 ton GKP per tahun.

Beberapa upaya yang perlu dilakukan ke depan, yaitu 1) memaksimalkan pemanfaatan potensi lahan yang belum ditanami yaitu seluas 700 ha, 2) meningkatkan infrastruktur  baik di dalam areal persawahan, yaitu berupa sarana tata air (pintu air, saluran  dan tanggul pengaman), dan diluar areal berupa jalan desa dan sebaginya, 3) membantu sarana produksi padi antara lain: benih, pupuk, herbisida, kapur/dolomit, dan 4) melengkapai kebutuhan alat dan mesin pertanian berupa hand traktor, power thresher, pengering padi, dan sebagainya, serta 4) pembinaan terhadap petani secara berkelanjutan.***

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari