Minggu, 24 November 2024
spot_img

Mungkinkah Just in Time Diterapkan di UMKM?

Dunia bisnis sekarang ini terus bersaing untuk menciptakan berbagai keperluan konsumen yang semakin tinggi dan semakin cerdas dalam memilih kebutuhannya. Mulai dari kalangan menengah sampai kalangan atas selalu menuntut kualitas yang terbaik dan harga yang ekonomis proses produksi merupakan kegiatan yang sangat penting untuk keberlangsungan hidup perusahaan.

Persediaan merupakan salah satu hal yang harus diperhatikan dalam suatu proses produksi karena berpengaruh langsung terhadap kelancaran proses produksi. Persediaan dalam hal ini difokuskan pada persediaan bahan baku produksi. Adanya bahan baku yang sesuai dengan jumlah keperluan produksi, tersedia tepat waktu saat diperlukan dan memiliki kualitas tinggi, tentunya sangat mendukung proses produksi dapat berjalan dengan lancar. Penentuan besarnya persediaan sangat penting bagi perusahaan, karena persediaan berdampak langsung terhadap keuntungan perusahaan. Persediaan bahan baku yang terlalu banyak dapat menyebabkan keusangan dan penurunan kualitas serta menambah biaya pemesanan dan penyimpanan yang mengakibatkan berkurangnya keuntungan perusahaan.

Metode JIT (Just in Time) merupakan metode yang sering diterapkan dalam perusahaan pada lingkungan manufaktur, yakni menentukan besarnya persediaan yang sesuai dengan keperluan perusahaan, tidak terlalu tinggi tapi juga tidak terlalu rendah, sehingga dapat menekan besarnya kerugian akibat kurang tepatnya pengelolaan persediaan.

JIT merupakan metode pengelolaan persediaan yang terfokus pada pengendalian persediaan dalam proses produksi, gudang hingga sampai ke pelanggan tepat waktu. Hal ini akan berdampak pada pengurangan keperluan untuk menyimpan persediaan yang berlebihan di gudang. Namun, untuk mengaplikasikan metode ini dengan benar, perlu adanya sinkronisasi atau kesesuaian dalam proses produksi dan keperluan pelanggan. Dalam metode Non-Just In Time, untuk mengantisipasi lonjakan keperluan persediaan disediakan safety stock. Tetapi dengan JIT, safety stock tidak digunakan.

Baca Juga:  Tantangan Kesetaraan Gender

Bagaimana Just In Time Bekerja?
Sebelum membahas JIT di industri UMKM, terlebih dahulu perlu ada gambaran mengenai implementasi JIT di perusahaan. Martin Murray (2018), menggambarkan bagaimana proses JIT di iimplementasikan dalam perusahaan. Dengan menghitung lead time (waktu tunggu), yang diperpendek dan mengurangi biaya penyimpanan persediaan, konsep ini akan mendapatkan hasil yang baik. Metode JIT akan memberi jaminan biaya persediaan yang lebih rendah, namun perlu mempertimbangkan biaya tidak langsung dalam mempertahankan sistem.

Apabila ada masalah produksi, masalah kualitas atau lonjakan permintaan yang tiba-tiba, maka akan menyebabkan permintaan persediaan. Dalam konteks ini maka metode JIT dapat menyebabkan biaya tak terduga yang melampaui proyeksi semula. Ketika JIT gagal, semua biaya yang muncul dapat berdampak negatif pada operasi bisnis. Dalam banyak kasus, karena keperluan untuk menghindar terhadap kegagalan dalam praktik JIT, pemasok perlu mengorbankan pasokan pelanggan baik untuk produk lain atau pelanggan lain.

Tujuan dari setiap rantai persediaan yang dioptimalkan adalah untuk memberikan apa yang diinginkan pelanggan dengan mengeluarkan uang sesedikit mungkin. JIT hanyalah salah satu alat yang digunakan oleh sebagian profesional rantai persediaan untuk menyelesaikannya. JIT, ketika bekerja dengan benar akan dapat meminimalisasi waktu dan mengurangi biaya.

Banyak kelebihan yang dapat dinikmati dalam menerapkan sistem JIT, di antaranya adalah memiliki tingkat persediaan yang rendah. Bagi organisasi, hal ini akan bermanfaat pada dua hal, yang pertama dapat menghemat tempat penyimpanan dan biaya-biaya terkait seperti biaya sewa tempat dan biaya asuransi, yang kedua kemungkinan terjadinya pemborosan akibat produk yang ketinggalan zaman, kadaluarsa dan rusak atau usang akan menjadi semakin rendah. Kelebihan lain JIT seperti persediaan diperoleh saat diperlukan, sehingga modal (kas) yang tertanam dalam persediaan akan sangat rendah, dan penekanan pada kualitas bahan dari supplier (pemasok). Hal ini akan berdampak pada meminimalisasi waktu pemeriksaan dan pengerjaan ulang.

Baca Juga:  Lingkungan; Tantangan Kepala Daerah Baru

Konsep Just In Time Dapatkah Diterapkan pada Sektor Industri UMKM?
Banyak perusahaan besar yang menerapkan sistem produksi JIT ini menikmati keuntungan yang signifikan seperti Toyota dan beberapa perusahaan besar di Negara Jepang yang telah menerapkannya sejak tahun 1950-an. Namun keberhasilan sistem produksi JIT sangat tergantung pada komitmen seluruh karyawan perusahaan mulai dari tingkat SDM yang terendah hingga pada level yang tertinggi.

Kemungkinan penerapan JIT pada sektor Industri UMKM sangat terbuka, menurut Tjiptono dan Diana (2001) perusahaan mampu menerapkan sistem JIT jika mampu memenuhi 10 persyaratan sebagai berikut: Kanban pull system, pengendalian proses, eliminasi kemacetan, total productive maintenance,  perbaikan berkesinambungan, organisasi pabrik/perusahaan, pelatihan/ tim/ keterampilan, sistem aliran produksi, ukuran lot produksi, dan pemasok.

Implemnentasi konsep JIT Industri UMKM memang sangat sulit dilakukan, di mana ketika kita benar-benar mulai mempelajari cara terbaik untuk menstandardisasi prosedur, kita dapat memahami produk apa yang harus digunakan, berapa banyak, dalam urutan dan berapa jenis prosedur yang dilihat dalam basis bulan lebih dari sebulan, bahkan dalam prosedur dengan permintaan tak terduga.***

Dunia bisnis sekarang ini terus bersaing untuk menciptakan berbagai keperluan konsumen yang semakin tinggi dan semakin cerdas dalam memilih kebutuhannya. Mulai dari kalangan menengah sampai kalangan atas selalu menuntut kualitas yang terbaik dan harga yang ekonomis proses produksi merupakan kegiatan yang sangat penting untuk keberlangsungan hidup perusahaan.

Persediaan merupakan salah satu hal yang harus diperhatikan dalam suatu proses produksi karena berpengaruh langsung terhadap kelancaran proses produksi. Persediaan dalam hal ini difokuskan pada persediaan bahan baku produksi. Adanya bahan baku yang sesuai dengan jumlah keperluan produksi, tersedia tepat waktu saat diperlukan dan memiliki kualitas tinggi, tentunya sangat mendukung proses produksi dapat berjalan dengan lancar. Penentuan besarnya persediaan sangat penting bagi perusahaan, karena persediaan berdampak langsung terhadap keuntungan perusahaan. Persediaan bahan baku yang terlalu banyak dapat menyebabkan keusangan dan penurunan kualitas serta menambah biaya pemesanan dan penyimpanan yang mengakibatkan berkurangnya keuntungan perusahaan.

- Advertisement -

Metode JIT (Just in Time) merupakan metode yang sering diterapkan dalam perusahaan pada lingkungan manufaktur, yakni menentukan besarnya persediaan yang sesuai dengan keperluan perusahaan, tidak terlalu tinggi tapi juga tidak terlalu rendah, sehingga dapat menekan besarnya kerugian akibat kurang tepatnya pengelolaan persediaan.

JIT merupakan metode pengelolaan persediaan yang terfokus pada pengendalian persediaan dalam proses produksi, gudang hingga sampai ke pelanggan tepat waktu. Hal ini akan berdampak pada pengurangan keperluan untuk menyimpan persediaan yang berlebihan di gudang. Namun, untuk mengaplikasikan metode ini dengan benar, perlu adanya sinkronisasi atau kesesuaian dalam proses produksi dan keperluan pelanggan. Dalam metode Non-Just In Time, untuk mengantisipasi lonjakan keperluan persediaan disediakan safety stock. Tetapi dengan JIT, safety stock tidak digunakan.

- Advertisement -
Baca Juga:  Lingkungan; Tantangan Kepala Daerah Baru

Bagaimana Just In Time Bekerja?
Sebelum membahas JIT di industri UMKM, terlebih dahulu perlu ada gambaran mengenai implementasi JIT di perusahaan. Martin Murray (2018), menggambarkan bagaimana proses JIT di iimplementasikan dalam perusahaan. Dengan menghitung lead time (waktu tunggu), yang diperpendek dan mengurangi biaya penyimpanan persediaan, konsep ini akan mendapatkan hasil yang baik. Metode JIT akan memberi jaminan biaya persediaan yang lebih rendah, namun perlu mempertimbangkan biaya tidak langsung dalam mempertahankan sistem.

Apabila ada masalah produksi, masalah kualitas atau lonjakan permintaan yang tiba-tiba, maka akan menyebabkan permintaan persediaan. Dalam konteks ini maka metode JIT dapat menyebabkan biaya tak terduga yang melampaui proyeksi semula. Ketika JIT gagal, semua biaya yang muncul dapat berdampak negatif pada operasi bisnis. Dalam banyak kasus, karena keperluan untuk menghindar terhadap kegagalan dalam praktik JIT, pemasok perlu mengorbankan pasokan pelanggan baik untuk produk lain atau pelanggan lain.

Tujuan dari setiap rantai persediaan yang dioptimalkan adalah untuk memberikan apa yang diinginkan pelanggan dengan mengeluarkan uang sesedikit mungkin. JIT hanyalah salah satu alat yang digunakan oleh sebagian profesional rantai persediaan untuk menyelesaikannya. JIT, ketika bekerja dengan benar akan dapat meminimalisasi waktu dan mengurangi biaya.

Banyak kelebihan yang dapat dinikmati dalam menerapkan sistem JIT, di antaranya adalah memiliki tingkat persediaan yang rendah. Bagi organisasi, hal ini akan bermanfaat pada dua hal, yang pertama dapat menghemat tempat penyimpanan dan biaya-biaya terkait seperti biaya sewa tempat dan biaya asuransi, yang kedua kemungkinan terjadinya pemborosan akibat produk yang ketinggalan zaman, kadaluarsa dan rusak atau usang akan menjadi semakin rendah. Kelebihan lain JIT seperti persediaan diperoleh saat diperlukan, sehingga modal (kas) yang tertanam dalam persediaan akan sangat rendah, dan penekanan pada kualitas bahan dari supplier (pemasok). Hal ini akan berdampak pada meminimalisasi waktu pemeriksaan dan pengerjaan ulang.

Baca Juga:  Demokrasi Indonesia: Rapuh atau Gagal?

Konsep Just In Time Dapatkah Diterapkan pada Sektor Industri UMKM?
Banyak perusahaan besar yang menerapkan sistem produksi JIT ini menikmati keuntungan yang signifikan seperti Toyota dan beberapa perusahaan besar di Negara Jepang yang telah menerapkannya sejak tahun 1950-an. Namun keberhasilan sistem produksi JIT sangat tergantung pada komitmen seluruh karyawan perusahaan mulai dari tingkat SDM yang terendah hingga pada level yang tertinggi.

Kemungkinan penerapan JIT pada sektor Industri UMKM sangat terbuka, menurut Tjiptono dan Diana (2001) perusahaan mampu menerapkan sistem JIT jika mampu memenuhi 10 persyaratan sebagai berikut: Kanban pull system, pengendalian proses, eliminasi kemacetan, total productive maintenance,  perbaikan berkesinambungan, organisasi pabrik/perusahaan, pelatihan/ tim/ keterampilan, sistem aliran produksi, ukuran lot produksi, dan pemasok.

Implemnentasi konsep JIT Industri UMKM memang sangat sulit dilakukan, di mana ketika kita benar-benar mulai mempelajari cara terbaik untuk menstandardisasi prosedur, kita dapat memahami produk apa yang harus digunakan, berapa banyak, dalam urutan dan berapa jenis prosedur yang dilihat dalam basis bulan lebih dari sebulan, bahkan dalam prosedur dengan permintaan tak terduga.***

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img
spot_img
spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari