Jumat, 5 Juli 2024

Banyak Pasien Tak Lagi Ke Luar Negeri (Saatnya Jadi Tuan di Tanah Sendiri)

Pandemi Covid-19 membawa perubahan tidak hanya dari sisi penegakan diagnosis tetapi juga tatalaksana medis untuk setiap penyakit baru/ new disease yang muncul. Sisi lain daripada itu adalah perubahan dalam pelayanan kesehatan yang dirasakan oleh pasien dan keluarganya, pandemi membuka mata kita terkait fasilitas kesehatan yang tidak kalah mumpuni dibandingkan dengan fasilitas kesehatan RS di luar negeri. 

Adanya pembatasan perjalanan domestik dan juga penerbangan internasional, pasien hanya memiliki pilihan untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan RS di dalam negeri, dan pengukuran kepuasaan pelanggan secara rutin dilakukan terbukti pelayanan kesehatan RS di Riau tidak kalah bagusnya di banding RS yang kerap dikunjugi pasien di negara Malaysia ataupun Singapura. Ini terlihat dari meningkatnya kunjungan pasien yang biasa berobat ke luar negeri ke RS di Riau.

- Advertisement -

Hal diatas sejalan dengan program pemerintah untuk pengembangan wisata medis (Medical Tourism). Medical tourism dari defenisinya sendiri adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh suatu individu untuk mendapatkan suatu pelayanan kesehatan atau perawatan medis ke luar negeri, dimana biaya yang dikeluarkan oleh wisatawan dalam kegiatan tersebut dikeluarkan secara langsung dari biaya wisatawan atau out of pocket. 

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi wisatawan melakukan kegiatan medical tourism yaitu akses mencapai pelayanan ke luar negeri, akses yang tidak memadai di rumah sakit (RS) yang terdapat di daerah wisatawan, serta waktu tunggu untuk perawatan medis tersebut (Crooks et al, 2012). 

Baca Juga:  Anomali Dinasti Politik

Inilah saatnya kita menjadi Tuan di tanah sendiri, kondisi pandemi saat ini membuat akses ke luar negeri tidak lagi mudah dengan cara perbaikan internal pelayanan rumah sakit yang sangat membutuhkan perhatian penuh dan dibutuhkan kualitas ketenagakerjaan yang mumpuni dan berkompetensi di bidang manajemen administrasi rumah sakit.

- Advertisement -

Adapun beberapa keterlambatan pelayanan di beberapa RS adalah dalam proses pengaturan perbaikan waktu tunggu mencari kamar tempat tidur saat telah terindikasi membutuhkan pelayanan rawat inap. Seperti kondisi pandemic dimana dibutuhkan kamar rawat inap isolasi Covid dan intensif room khusus. Oleh sebab itu RS harus memperlengkapi dengan fasilitas agar tindakan operasi tidak tertunda. 

Pelayanan rawat jalan memiliki keunikan dalam pelayanan nya dimana sumber ketidakpuasaan pasien adalah dalam pengaturan jam praktek di poliklinik dokter spesialis, waktu tunggu penyiapan obat dan pemeriksaan penunjang medis yang kompleks yang membutuhkan waktu dalam pengolahan sample,  hal ini tentu saja membutuhkan koordinasi dan kolaborasi antar pasien, keluarga pasien dan sesama unit RS.

Dari sisi pasien, kendala dalam kemampuan dalam bidang komunikasi antara pasien dan dokter, dimana bahasa medis yang sulit dipahami oleh awam menyebabkan muncul nya prasangka dan asumsi masing-masing pihak,  Solusi dari setiap titik kunci keluhan pasien harus di urai oleh masing-masing praktisi yang bekerja di dunia manajemen perumahsakitan.

Baca Juga:  Kaleidoskop Hidup

Maka saat ini menjadi momentum, kita pun memiliki peran yang sangat penting untuk mengembangakan medical tourism agar saat pasien berobat di RS dalam negeri maka pengalaman yang di rasakan oleh pasien menjadi best patient experience yang dapat menjadi word of mouth  agar dapat bersaing di kancah internasional. 

Hal penting adalah komunikasi
Komunikasi dapat dibedakan menjadi 2 arah, yakni komunikasi eksternal dan komunikasi internal. Komunikasi eksternal adalah salah satu bentuk komunikasi yang dilakukan untuk menjaring customer dari luar rumah sakit, luar daerah, bahkan dari luar negeri, melalui penyebaran/publikasi dengan media (baik media cetak, media eletronik, maupun media sosial), dan yang terpenting adalah kekuatan "word of mouth". 

Sedangkan komunikasi internal bertujuan untuk mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan. 

Dalam tahapan komunikasi ini sekaligus dapat dinilai mengenai segmenting, targeting, dan positioning rumah sakit sebagai salah satu strategi penting untuk memulai suatu pengembangan. 

Dalam mewujudkan hal tersebut RS sehendaknya mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan menjadi tolak ukur utama selain komunikasi yang baik.***
 

Pandemi Covid-19 membawa perubahan tidak hanya dari sisi penegakan diagnosis tetapi juga tatalaksana medis untuk setiap penyakit baru/ new disease yang muncul. Sisi lain daripada itu adalah perubahan dalam pelayanan kesehatan yang dirasakan oleh pasien dan keluarganya, pandemi membuka mata kita terkait fasilitas kesehatan yang tidak kalah mumpuni dibandingkan dengan fasilitas kesehatan RS di luar negeri. 

Adanya pembatasan perjalanan domestik dan juga penerbangan internasional, pasien hanya memiliki pilihan untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan RS di dalam negeri, dan pengukuran kepuasaan pelanggan secara rutin dilakukan terbukti pelayanan kesehatan RS di Riau tidak kalah bagusnya di banding RS yang kerap dikunjugi pasien di negara Malaysia ataupun Singapura. Ini terlihat dari meningkatnya kunjungan pasien yang biasa berobat ke luar negeri ke RS di Riau.

Hal diatas sejalan dengan program pemerintah untuk pengembangan wisata medis (Medical Tourism). Medical tourism dari defenisinya sendiri adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh suatu individu untuk mendapatkan suatu pelayanan kesehatan atau perawatan medis ke luar negeri, dimana biaya yang dikeluarkan oleh wisatawan dalam kegiatan tersebut dikeluarkan secara langsung dari biaya wisatawan atau out of pocket. 

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi wisatawan melakukan kegiatan medical tourism yaitu akses mencapai pelayanan ke luar negeri, akses yang tidak memadai di rumah sakit (RS) yang terdapat di daerah wisatawan, serta waktu tunggu untuk perawatan medis tersebut (Crooks et al, 2012). 

Baca Juga:  Riau Pusat Budaya Melayu

Inilah saatnya kita menjadi Tuan di tanah sendiri, kondisi pandemi saat ini membuat akses ke luar negeri tidak lagi mudah dengan cara perbaikan internal pelayanan rumah sakit yang sangat membutuhkan perhatian penuh dan dibutuhkan kualitas ketenagakerjaan yang mumpuni dan berkompetensi di bidang manajemen administrasi rumah sakit.

Adapun beberapa keterlambatan pelayanan di beberapa RS adalah dalam proses pengaturan perbaikan waktu tunggu mencari kamar tempat tidur saat telah terindikasi membutuhkan pelayanan rawat inap. Seperti kondisi pandemic dimana dibutuhkan kamar rawat inap isolasi Covid dan intensif room khusus. Oleh sebab itu RS harus memperlengkapi dengan fasilitas agar tindakan operasi tidak tertunda. 

Pelayanan rawat jalan memiliki keunikan dalam pelayanan nya dimana sumber ketidakpuasaan pasien adalah dalam pengaturan jam praktek di poliklinik dokter spesialis, waktu tunggu penyiapan obat dan pemeriksaan penunjang medis yang kompleks yang membutuhkan waktu dalam pengolahan sample,  hal ini tentu saja membutuhkan koordinasi dan kolaborasi antar pasien, keluarga pasien dan sesama unit RS.

Dari sisi pasien, kendala dalam kemampuan dalam bidang komunikasi antara pasien dan dokter, dimana bahasa medis yang sulit dipahami oleh awam menyebabkan muncul nya prasangka dan asumsi masing-masing pihak,  Solusi dari setiap titik kunci keluhan pasien harus di urai oleh masing-masing praktisi yang bekerja di dunia manajemen perumahsakitan.

Baca Juga:  Mendidik Anak di Era Digital

Maka saat ini menjadi momentum, kita pun memiliki peran yang sangat penting untuk mengembangakan medical tourism agar saat pasien berobat di RS dalam negeri maka pengalaman yang di rasakan oleh pasien menjadi best patient experience yang dapat menjadi word of mouth  agar dapat bersaing di kancah internasional. 

Hal penting adalah komunikasi
Komunikasi dapat dibedakan menjadi 2 arah, yakni komunikasi eksternal dan komunikasi internal. Komunikasi eksternal adalah salah satu bentuk komunikasi yang dilakukan untuk menjaring customer dari luar rumah sakit, luar daerah, bahkan dari luar negeri, melalui penyebaran/publikasi dengan media (baik media cetak, media eletronik, maupun media sosial), dan yang terpenting adalah kekuatan "word of mouth". 

Sedangkan komunikasi internal bertujuan untuk mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan. 

Dalam tahapan komunikasi ini sekaligus dapat dinilai mengenai segmenting, targeting, dan positioning rumah sakit sebagai salah satu strategi penting untuk memulai suatu pengembangan. 

Dalam mewujudkan hal tersebut RS sehendaknya mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan menjadi tolak ukur utama selain komunikasi yang baik.***
 

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari