Kamis, 19 September 2024

Siapa “Sebenarnya” Kai Havertz, Pahlawan Chelsea?

Awalnya dianggap pembelian yang gagal karena jarang dimainkan oleh Frank Lampard –termasuk minimnya kontribusi dan gol– kini Kai Havertz dianggap sebagai pahlawan Chelsea.

Oleh Hary B Koriun

NAMA Kai Havertz kini sedang melambung. Dia menjadi pahlawan Chelsea saat menjuarai Liga Champions lewat gol penentu ke gawang Manchester City. 

Havertz jadi pembeda lewat gol cantiknya pada final Liga Champions 2021/2021 di Estadio do Dragao, Ahad (30/5/2021) dini hari WIB.

- Advertisement -

Menerima dari umpan terobosan Mason Mount dari tengah lapangan, Havertz berhasil lolos dari jebakan off-side dan tinggal berhadapan satu lawan satu dengan kiper Ederson Moraes.

Dengan cerdik Havertz mengecoh Ederson yang sudah keluar dari sarangnya. Bola sempat menyentuh tangan Ederson, namun masih bisa dikuasai Havertz yang dengan mudah meneruskan bola ke gawang yang kosong dengan kaki kirinya.

- Advertisement -

Gol semata wayang gelandang serang asal Jerman itu sudah cukup bagi Chelsea untuk mengunci gelar karena serangan yang dibangun City tak kunjung membuahkan hasil.

Sebelum mendarat di London, Havertz adalah mutiara yang dimiliki Bayer Leverkusen. Dia bukan penyerang murni, lebih tepatnya gelandang menyerang. Namun, dia fasih bermain di gelandang tengah-kanan-kiri, sayap kanan-kiri, maupun penyerang utama.

Hampir dipastikan, pelatih yang memiliki dia akan mudah menempatkannya karena dia fasih (bukan hanya bisa) di semua posisi tersebut. Maka tak heran klub-klub besar seperti Arsenal, Juventus, Bayern Muenchen, Paris SG, Manchester United, Liverpool, hingga Real Madrid memperlihatkan minatnya.

Baca Juga:  Grizi Ingin Segera Beraksi

Orang banyak kaget ketika pemuda pendiam ini menetapkan pilihannya ke Chelsea. Padahal, Chelsea sedang menjadi tim semenjana di Liga Inggris karena kalah oleh dominasi Liverpool dan Manchester City.

Di Chelsea, bersama pelatih Frank Lampard, Havertz mengalami kesulitan beradaptasi. Bersama rekrutan baru lainnya, Hakim Ziyeck, Havertz kerap jadi pemain pengganti. Mereka berdua kalah bersaing dengan Christian Pulisic dan Callum Hodson-Odoi yang lebih disukai Lampard.

Kedatangan Thomas Tuchel menjadi berkah baginya, juga Ziyeck. Tuchel menentukan starting eleven-nya berdasarkan hasil analisa terhadap lawannya. Dia memberi porsi sesuai kebutuhan tim. Hampir semua pemain diberi peran oleh Tuchel.

Di tangan pelatih Jerman itu Chelsea perlahan bangkit. Lolos ke final Piala FA (dikalahkan Leicester City) dan finis di peringkat keempat Liga Inggris. Lalu, mereka berhasil meraih gelar tertinggi di Eropa, Liga Champions, lewat gol tunggal Havertz.

Nah, ada lima fakta yang perlu kita tahu tentang kekasih Sophia Weber ini. Yang pertama, seperti ditulis CNN, Havertz jadi pemain Jerman kedua yang sukses mencetak gol di final Liga Champions sejak Ilkay Gundogan melakukannya pada 2013. Kala itu Gundogan masih memperkuat Borussia Dortmund di laga final Liga Champions 2013 melawan Bayern Munchen. Namun Gundogan gagal meraih gelar.

Baca Juga:  Tiga Gol Bale Bawa Wales Kalahkan Tuan Rumah Belarusia

Kedua, Havertz pemain termuda kedua Jerman yang mencetak gol di final Liga Champions. Havertz (21 tahun 352 hari). Lars Ricken yang saat itu memperkuat Borussia Dortmund jadi pemain termuda Jerman yang sukses cetak gol di final Liga Champions 1997 melawan Juventus dan menjadi juara. Saat itu Ricken masih berusia 20 tahun 322 hari.

Ketiga, gol yang dicetak ke jala City merupakan gol pertama Havertz di Liga Champions. Dari partai penyisihan hingga semifinal, Havertz tak pernah mencetak gol. Total 9 gol sudah dilesakkan bersama Chelsea di semua kompetisi, dan hanya 4 di Liga Inggris.

Yang keempat, Havertz tercatat sebagai pemegang rekor pemain termahal dalam sejarah Chelsea dengan nilai 71 juta poundsterling atau Rp1,4 triliun. Banderol tersebut terlihat pantas setelah ia sukses mencetak gol tunggal untuk membawa Chelsea juara Liga Champions.

Dan yang kelima, Havertz langsung memperkuat timnas Jerman senior usai tampil untuk level U-16 dan U-19 tanpa bermain untuk U-21. Havertz melakoni debut bersama Der Panzer saat melawan Peru pada 9 September 2018.

Dengan gelar sebagai pahlawan –karena golnya– ini membuat Havertz akan menjadi mutiara yang pasti mati-matian akan dipertahankan The Blues dari godaan banyak klub besar.***

Sumber: Daily Mail/CNN/Bild/Berbagai Sumber

 

Awalnya dianggap pembelian yang gagal karena jarang dimainkan oleh Frank Lampard –termasuk minimnya kontribusi dan gol– kini Kai Havertz dianggap sebagai pahlawan Chelsea.

Oleh Hary B Koriun

NAMA Kai Havertz kini sedang melambung. Dia menjadi pahlawan Chelsea saat menjuarai Liga Champions lewat gol penentu ke gawang Manchester City. 

Havertz jadi pembeda lewat gol cantiknya pada final Liga Champions 2021/2021 di Estadio do Dragao, Ahad (30/5/2021) dini hari WIB.

Menerima dari umpan terobosan Mason Mount dari tengah lapangan, Havertz berhasil lolos dari jebakan off-side dan tinggal berhadapan satu lawan satu dengan kiper Ederson Moraes.

Dengan cerdik Havertz mengecoh Ederson yang sudah keluar dari sarangnya. Bola sempat menyentuh tangan Ederson, namun masih bisa dikuasai Havertz yang dengan mudah meneruskan bola ke gawang yang kosong dengan kaki kirinya.

Gol semata wayang gelandang serang asal Jerman itu sudah cukup bagi Chelsea untuk mengunci gelar karena serangan yang dibangun City tak kunjung membuahkan hasil.

Sebelum mendarat di London, Havertz adalah mutiara yang dimiliki Bayer Leverkusen. Dia bukan penyerang murni, lebih tepatnya gelandang menyerang. Namun, dia fasih bermain di gelandang tengah-kanan-kiri, sayap kanan-kiri, maupun penyerang utama.

Hampir dipastikan, pelatih yang memiliki dia akan mudah menempatkannya karena dia fasih (bukan hanya bisa) di semua posisi tersebut. Maka tak heran klub-klub besar seperti Arsenal, Juventus, Bayern Muenchen, Paris SG, Manchester United, Liverpool, hingga Real Madrid memperlihatkan minatnya.

Baca Juga:  Ac Milan v Spezia: Kalah karena Keputusan Kontroversi Wasit

Orang banyak kaget ketika pemuda pendiam ini menetapkan pilihannya ke Chelsea. Padahal, Chelsea sedang menjadi tim semenjana di Liga Inggris karena kalah oleh dominasi Liverpool dan Manchester City.

Di Chelsea, bersama pelatih Frank Lampard, Havertz mengalami kesulitan beradaptasi. Bersama rekrutan baru lainnya, Hakim Ziyeck, Havertz kerap jadi pemain pengganti. Mereka berdua kalah bersaing dengan Christian Pulisic dan Callum Hodson-Odoi yang lebih disukai Lampard.

Kedatangan Thomas Tuchel menjadi berkah baginya, juga Ziyeck. Tuchel menentukan starting eleven-nya berdasarkan hasil analisa terhadap lawannya. Dia memberi porsi sesuai kebutuhan tim. Hampir semua pemain diberi peran oleh Tuchel.

Di tangan pelatih Jerman itu Chelsea perlahan bangkit. Lolos ke final Piala FA (dikalahkan Leicester City) dan finis di peringkat keempat Liga Inggris. Lalu, mereka berhasil meraih gelar tertinggi di Eropa, Liga Champions, lewat gol tunggal Havertz.

Nah, ada lima fakta yang perlu kita tahu tentang kekasih Sophia Weber ini. Yang pertama, seperti ditulis CNN, Havertz jadi pemain Jerman kedua yang sukses mencetak gol di final Liga Champions sejak Ilkay Gundogan melakukannya pada 2013. Kala itu Gundogan masih memperkuat Borussia Dortmund di laga final Liga Champions 2013 melawan Bayern Munchen. Namun Gundogan gagal meraih gelar.

Baca Juga:  Grizi Ingin Segera Beraksi

Kedua, Havertz pemain termuda kedua Jerman yang mencetak gol di final Liga Champions. Havertz (21 tahun 352 hari). Lars Ricken yang saat itu memperkuat Borussia Dortmund jadi pemain termuda Jerman yang sukses cetak gol di final Liga Champions 1997 melawan Juventus dan menjadi juara. Saat itu Ricken masih berusia 20 tahun 322 hari.

Ketiga, gol yang dicetak ke jala City merupakan gol pertama Havertz di Liga Champions. Dari partai penyisihan hingga semifinal, Havertz tak pernah mencetak gol. Total 9 gol sudah dilesakkan bersama Chelsea di semua kompetisi, dan hanya 4 di Liga Inggris.

Yang keempat, Havertz tercatat sebagai pemegang rekor pemain termahal dalam sejarah Chelsea dengan nilai 71 juta poundsterling atau Rp1,4 triliun. Banderol tersebut terlihat pantas setelah ia sukses mencetak gol tunggal untuk membawa Chelsea juara Liga Champions.

Dan yang kelima, Havertz langsung memperkuat timnas Jerman senior usai tampil untuk level U-16 dan U-19 tanpa bermain untuk U-21. Havertz melakoni debut bersama Der Panzer saat melawan Peru pada 9 September 2018.

Dengan gelar sebagai pahlawan –karena golnya– ini membuat Havertz akan menjadi mutiara yang pasti mati-matian akan dipertahankan The Blues dari godaan banyak klub besar.***

Sumber: Daily Mail/CNN/Bild/Berbagai Sumber

 

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

Terbaru

spot_img

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari