SINGAPURA (RIAUPOS.CO) – Thailand benar-benar menjadi momok bagi Timnas Indonesia di babak puncak Piala AFF. Statistik Indonesia ketika menghadapi tim dengan julukan Gajah Perang itu selalu minor. Sebelum laga malam tadi, sudah tiga kali Indonesia bertekuk lutut di hadapan Thailand di babak final. Yaitu, edisi 2000, 2002, dan 2016.
Malam tadi (29/12) skuad Garuda dicukur habis oleh Teerasil Dangda dkk saat bermain di babak final leg pertama yang berlangsung di Stadion Nasional, Singapura, dengan skor telak 0-4. Gol Thailand dicetak melalui brace Chanatip Songkrasin (2, 52) serta masing-masing satu gol dari Supacok Sarachat (67) dan Bordin Phala (83).
Ya, di laga tersebut Indonesia kalah segalanya. Mulai penguasaan bola 33 persen berbanding 67 persen hingga shot on target 1 berbanding 9. Satu-satunya keunggulan Indonesia atas Thailand adalah jumlah melakukan pelanggaran, 22 berbanding 14. Pelatih timnas Indonesia Shin Tae-yong (STY) mengungkapkan, laga final kali ini memang cukup sulit baginya. Pertama, banyak pemain yang baru tampil di laga puncak. Selain itu, gol Thailand di menit awal seolah membunuh kepercayaan diri para pemain.
"Gol cepat di babak pertama mempersulit kami sendiri," ujarnya saat konferensi pers virtual pasca pertandingan.
Juru taktik asal Korea Selatan itu menilai lawan bermain sempurna. Sebaliknya, pasukannya bermain dengan banyak kekurangan. STY juga cukup menyesalkan adanya peluang emas Indonesia dari Alfeandra Dewangga pada menit ke-40 dan Irfan Jaya pada menit ke-61 yang sama-sama sudah berhadapan dengan kiper. Tapi, bola tendangan Alfeandra melenceng dan tendangan Irfan mampu diamankan kiper lawan. Ya, jika dua peluang emas itu bisa berhasil dikonversi jadi gol, situasi bisa berbeda. "Saya mengakui kekalahan ini," ucapnya.
Lantas, bagaimana peluang di leg kedua yang dimainkan pada 1 Januari 2022? STY menyebut, kekalahan dengan skor telak ini akan menyulitkan. Dia mengaku tak menyangka timnya kalah dengan skor yang sangat besar.
"Jadi jujur tidak menyangka banyak kemasukan gol. Akhirnya skornya juga sangat jauh," ungkapnya.
STY menyebut pasukan mudanya masih perlu banyak pengalaman untuk bertanding. Sementara itu, pelatih Thailand Alexandre Polking memuji pasukannya yang bisa menjalankan strategi dengan baik.
"Penampilan sangat bagus. Ini fantastis. Selamat untuk semua," ucapnya.
Dengan kemenangan ini, pelatih berdarah Jerman-Brazil itu optimistis bisa kembali membawa pulang trofi juara ke Thailand. Sejauh ini, Thailand memang menjadi raja di Asia Tenggara dengan lima gelar (1996, 2000, 2002, 2014, 2016).(raf/c17/ali/jpg)