Investasi Tiga Tahun, Kunci Tim Indonesia Dulang Emas Perdana

JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Lima menit terakhir pertandingan Filipina melawan Singapura menjadi momen paling menegangkan bagi timnas polo air Indonesia. Rezza Aditya Putra dkk yang menyaksikan laga tersebut di tribun NCC Aquatic Center, New Clark City, deg-degan habis-habisan.

Saat itu, situasinya Filipina leading 6-5 atas Singapura. Kalau tuan rumah menang, bisa saja peluang emas Indonesia akan musnah. Sebab Filipina masih punya tabungan satu pertandingan melawan Malaysia besok (1/12). Mereka bisa saja berada di posisi teratas jika mampu menang telak.

- Advertisement -

Kalau situasinya seperti itu, Filipina dan Indonesia akan memiliki nilai sama, tujuh. Siapa yang mendapatkan emas, akan terlihat dari selisih memasukkan dan kemasukan.

"Ini menjadi lima menit yang paling lama dalam hidup gue. Mendingan main ketimbang nonton pertandingan kayak gini," ujar Rezza, kapten timnas, kepada Jawa Pos. Selama menit-menit akhir game tersebut, Rezza dan teman-temannya tak henti berdoa. Berharap Filipina kalah. Atau setidaknya imbang.

- Advertisement -

Beruntung, perasaan harap-harap cemas nan menyiksa itu berakhir dengan manis. Penalti Wen Zhe, center back Singapura, berhasil mengoyak gawang Filipina. Skor jadi imbang 6-6. Timnas Indonesia meledak gembira. Mereka menciptakan sejarah. Untuk kali pertama, tim Indonesia merebut emas dari polo air!

Ya, dengan hasil tersebut, Indonesia dipastikan memuncaki klasemen polo air. Tim asuhan Milos Sakovic itu mengumpulkan 7 poin, hasil dari tiga kemenangan dan sekali imbang. Dengan sistem kompetisi round robin, poin itu sudah tak terkejar Filipina maupun Singapura. Meski, keduanya masih punya tabungan satu pertandingan.

Emas itu punya arti besar. Tak hanya buat Indonesia, tapi juga buat polo air Asia Tenggara. Selama ini, Singapura sangat mendominasi cabor akuatik tersebut. Sejak polo air dipertandingkan di SEA Games pada 1965, mereka tidak pernah kehilangan takhta. Juara terus. Dan kini, dominasi itu tumbang. Sebelum melumat Malaysia 14-7 kemarin, Indonesia mengalahkan Singapura 7-5 Kamis lalu (28/11).

Sukses merebut emas kemarin adalah buah dari perjuangan selama tiga tahun. Sebagian besar anggota timnas polo air saat ini bergabung dengan pelatnas sejak awal 2017 sebagai persiapan SEA Games 2017. Saat itu, Rezza dkk meraih perak. Padahal, catatan menang-kalahnya sama dengan Singapura. Hanya kalah selisih gol.

Tim itu lantas dimantapkan di Asian Games 2018. Memang hasilnya tidak optimal, tapi cukup jadi pelajaran buat SEA Games 2019. Head coach asal Serbia Milos Sakovic membawa Rezza dkk menjalani training camp di Eropa. Bahkan, atas perantaranya, Rezza dan Ridjkie Mulia dikontrak tim polo air Serbia VK Beograd.

"Kesempatan itu sangat berarti buat saya. Bukan soal materi, tapi pengalaman dan jam terbang itu yang mahal," ungkap Rezza.

Pembawa bendera Merah Putih dalam opening ceremony hari ini tersebut membagikan pengalaman besar dari VK Beograd kepada teman-temannya.

"Pokoknya ini sejarah banget. Bukan hanya buat tim ini, tapi juga buat polo air Indonesia. Saya sangat bangga," ucap Sakovic.

Berhasil merebut emas saat opening ceremony belum berlangsung jelas menjadi bekal kepercayaan diri bagi kontingen Indonesia.

"Kami meyakini ini emas pertama untuk menjemput emas-emas yang lain," terang Raja Sapta Oktohari, Ketua NOC Indonesia.

Rencananya, pengalungan medali berlangsung besok (1/12) di tempat yang sama.

Sumber : Jawapos.com
Editor : Rinaldi

 

JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Lima menit terakhir pertandingan Filipina melawan Singapura menjadi momen paling menegangkan bagi timnas polo air Indonesia. Rezza Aditya Putra dkk yang menyaksikan laga tersebut di tribun NCC Aquatic Center, New Clark City, deg-degan habis-habisan.

Saat itu, situasinya Filipina leading 6-5 atas Singapura. Kalau tuan rumah menang, bisa saja peluang emas Indonesia akan musnah. Sebab Filipina masih punya tabungan satu pertandingan melawan Malaysia besok (1/12). Mereka bisa saja berada di posisi teratas jika mampu menang telak.

Kalau situasinya seperti itu, Filipina dan Indonesia akan memiliki nilai sama, tujuh. Siapa yang mendapatkan emas, akan terlihat dari selisih memasukkan dan kemasukan.

"Ini menjadi lima menit yang paling lama dalam hidup gue. Mendingan main ketimbang nonton pertandingan kayak gini," ujar Rezza, kapten timnas, kepada Jawa Pos. Selama menit-menit akhir game tersebut, Rezza dan teman-temannya tak henti berdoa. Berharap Filipina kalah. Atau setidaknya imbang.

Beruntung, perasaan harap-harap cemas nan menyiksa itu berakhir dengan manis. Penalti Wen Zhe, center back Singapura, berhasil mengoyak gawang Filipina. Skor jadi imbang 6-6. Timnas Indonesia meledak gembira. Mereka menciptakan sejarah. Untuk kali pertama, tim Indonesia merebut emas dari polo air!

Ya, dengan hasil tersebut, Indonesia dipastikan memuncaki klasemen polo air. Tim asuhan Milos Sakovic itu mengumpulkan 7 poin, hasil dari tiga kemenangan dan sekali imbang. Dengan sistem kompetisi round robin, poin itu sudah tak terkejar Filipina maupun Singapura. Meski, keduanya masih punya tabungan satu pertandingan.

Emas itu punya arti besar. Tak hanya buat Indonesia, tapi juga buat polo air Asia Tenggara. Selama ini, Singapura sangat mendominasi cabor akuatik tersebut. Sejak polo air dipertandingkan di SEA Games pada 1965, mereka tidak pernah kehilangan takhta. Juara terus. Dan kini, dominasi itu tumbang. Sebelum melumat Malaysia 14-7 kemarin, Indonesia mengalahkan Singapura 7-5 Kamis lalu (28/11).

Sukses merebut emas kemarin adalah buah dari perjuangan selama tiga tahun. Sebagian besar anggota timnas polo air saat ini bergabung dengan pelatnas sejak awal 2017 sebagai persiapan SEA Games 2017. Saat itu, Rezza dkk meraih perak. Padahal, catatan menang-kalahnya sama dengan Singapura. Hanya kalah selisih gol.

Tim itu lantas dimantapkan di Asian Games 2018. Memang hasilnya tidak optimal, tapi cukup jadi pelajaran buat SEA Games 2019. Head coach asal Serbia Milos Sakovic membawa Rezza dkk menjalani training camp di Eropa. Bahkan, atas perantaranya, Rezza dan Ridjkie Mulia dikontrak tim polo air Serbia VK Beograd.

"Kesempatan itu sangat berarti buat saya. Bukan soal materi, tapi pengalaman dan jam terbang itu yang mahal," ungkap Rezza.

Pembawa bendera Merah Putih dalam opening ceremony hari ini tersebut membagikan pengalaman besar dari VK Beograd kepada teman-temannya.

"Pokoknya ini sejarah banget. Bukan hanya buat tim ini, tapi juga buat polo air Indonesia. Saya sangat bangga," ucap Sakovic.

Berhasil merebut emas saat opening ceremony belum berlangsung jelas menjadi bekal kepercayaan diri bagi kontingen Indonesia.

"Kami meyakini ini emas pertama untuk menjemput emas-emas yang lain," terang Raja Sapta Oktohari, Ketua NOC Indonesia.

Rencananya, pengalungan medali berlangsung besok (1/12) di tempat yang sama.

Sumber : Jawapos.com
Editor : Rinaldi

 

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya