JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Anthony Sinisuka Ginting memang berhasil menjuarai Mola TV PBSI Home Tournament sektor tunggal putra. Dalam final di Pelatnas Cipayung, Jakarta Timur, kemarin, dia mengalahkan Shesar Hiren Rhustavito dalam straight game 21-19, 21-15.
Perjalanannya sejak hari pertama turnamen, Rabu lalu (8/7), juga cenderung mulus. Namun, dia tidak sepenuhnya puas.
Masih banyak hal yang perlu dia perbaiki dari penampilannya selama tiga hari Home Tournament. Aspek pertama adalah feeling pukulan. Sejak pertandingan pertama fase grup, dia membuat banyak kesalahan sendiri. Bahkan, ketika melawan para pemain junior seperti Bobby Setiabudi atau Tegar Sulistio.
"Itu (membuat kesalahan sendiri, Red) yang paling jelas harus diperbaiki. Sudah jadi problem sejak match pertama hingga final. Bola-bola yang harusnya nggak mati, saya mati sendiri," ulas Ginting dalam wawancara setelah pertandingan.
Itu problem utama. Selain itu, masih ada dua hal lagi. Yakni, mental dan fokus. Mental memang tidak terlalu tampak karena lawan-lawannya secara teknis di bawah dia. Kalah pengalaman juga. Namun, Ginting tetap merasa perlu memperbaiki mental.
Dia juga merasa, fokusnya masih sering hilang. Hal itu tidak boleh terjadi di pertandingan resmi. "Soalnya kalau di pertandingan, fokus hilang sedikit saja, sudah langsung bisa kehilangan banyak poin," tutur pemain 23 tahun tersebut.
Terlepas dari itu, Ginting menunjukkan kelas sebagai tunggal putra terbaik tanah air. Pemain peringkat ke-6 dunia itu tidak kehilangan satu game pun sepanjang turnamen. Sebelum mengakhiri perlawanan Vito –sapaan Shesar– dia mengalahkan Chico Aura Dwi Wardoyo di semifinal, juga dengan straight games telak, 21-12, 21-13.
Kolektor tiga gelar BWF Tour itu menyatakan, kunci keberhasilan dia adalah menikmati setiap pertandingan yang dijalani.
"Saya anggap seperti turnamen resmi. Apalagi, sudah hampir empat bulan tidak ada turnamen. Dari pikiran, mental, dan semuanya disiapin banget," tutur dia.
"Badannya juga disiapin, karena sehari main dua kali. Jadi, tiap habis main, langsung recovery," papar Ginting.
Di final, Ginting mendapat perlawanan berat dari Vito. Terutama di game pertama. Pemain asal klub SGS PLN Bandung itu mengatakan, pada awal pertandingan, dirinya memang terburu-buru mengambil poin. Akhirnya malah membuat Vito lebih unggul. Apalagi, dari segi defense, Vito memang lebih siap.
Untuk itu, Ginting memfokuskan lebih berani di depan net. Cara itu berhasil. "Saya lebih mengontrol pergerakan dia dan maksimalkan perhitungan dari panjang dan lebar lapangan untuk akurasi pukulan saya," ungkap dia.
Sementara itu, hal sebaliknya terjadi pada Jonatan Christie. Diprediksi melawan Ginting di babak puncak, pemain peringkat ke-7 dunia itu mundur pada babak semifinal karena kram.
"Jonatan mengalami kram sampai satu badan setelah pertandingan kemarin (Kamis, Red). Waktu bangun pagi ini, kondisinya masih belum memungkinkan untuk bertanding," ungkap Kabid Binpres PP PBSI Susy Susanti.
Jojo melewati jalan terjal selama turnamen ini. Terutama pada Kamis. Di laga terakhir fase grup, dia berjibaku selama 71 menit melawan Ikhsan Leonardo Imanuel Rumbay. Lalu, di perempat final, dia bertanding selama 80 menit melawan Karono.
"Ada gambaran juga, kalau sudah ada turnamen resmi, berarti persiapannya harus lebih baik lagi. Semua pasti menginginkan Jonatan versus Ginting di final. Tetapi, di luar dugaan para pemain pelapis memberikan perlawanan," papar Susy.
Sumber: Jawapos.com
Editor: Rinaldi