Rabu, 18 September 2024

Kiprah Kevin De Bruyne, Pemain Belgia pun Bisa Melatih 

BRUSSEL (RIAUPOS.CO) – Sudah enam tahun terakhir timnas Belgia dilatih Roberto Martinez. Pelatih yang notabene berkebangsaan Spanyol.

Meski punya banyak pemain bertalenta, Belgia justru tidak bisa memunculkan pelatih top. Itulah yang melatarbelakangi RBFA (PSSI-nya Belgia) mengader para pemainnya untuk menjadi pelatih.

Rabu (1/6/2022) tercatat sepuluh penggawa De Rode Duivels –julukan timnas Belgia– menyelesaikan kursus kepelatihan lisensi UEFA A.

Dari striker SSC Napoli Dries Mertens, bintang Manchester City Kevin De Bruyne, hingga gelandang Leicester City Youri Tielemans sebagai peserta termuda (25 tahun).

- Advertisement -

 

UEFA A berarti hanya selangkah meraih UEFA Pro sebagai lisensi kepelatihan tertinggi di UEFA. Syarat utama melatih klub-klub top Eropa.

- Advertisement -

Seiring mereka masih berstatus pemain, UEFA A sejatinya juga sudah bisa menjadi syarat sebagai asisten pelatih di klub masing-masing.

KDB, singkatan Kevin De Bruyne, misalnya. Gelandang serang berusia 30 tahun itu sudah memenuhi syarat menjadi asisten pelatih City Pep Guardiola. Sama seperti Mikel Arteta.

Baca Juga:  Vlahovic-Dybala-Morata Jaminan Ketajaman Lini Serang Juventus?

Tactician Arsenal itu pernah memulai bekerja sebagai asisten Guardiola di City pada 2016 dengan UEFA A. Arteta baru mendapatkan UEFA Pro tiga tahun berselang atau ketika ada tawaran dari Arsenal.

”Ketika bekerja dengan pria seperti Pep Guardiola, Anda tidak akan lagi memandang sepak bola sama seperti sebelumnya. Itu yang membuatku (tertarik) menjadi pelatih,” tutur KDB kepada Daily Mail.

Pemain Terbaik Premier League 2021–2022 itu bisa saja mengekor jejak Arteta dengan UEFA Pro. Namun, ada syarat utama yang harus dipenuhinya.

Yaitu, minimal setahun melatih sebuah tim junior atau menjadi asisten seperti Arteta. Hal itu, tampaknya, tidak akan bisa dilakukan De Bruyne dengan karier bermain yang masih cemerlang. Membagi fokus antara bermain dan melatih memang bukan hal yang mustahil.

Untuk menjadi pelatih UEFA Pro, ada tuntutan bisa menyusun rencana tim, baik taktis maupun fisik, selama semusim penuh yang disesuaikan dengan jadwal kompetisi.

Baca Juga:  Permak Tuan Rumah Solo 5-1, PWI Riau Selangkah Lagi ke Semifinal

Selain itu, harus merampungkan setidaknya 360 jam pendidikan. Ketika mendapatkan UEFA A, KDB telah menempuh minimal 180 jam pendidikan serta setahun menjadi staf pelatih di City U-16.

”Itu (menjadi pelatih, red) sungguh gila. Perlu berjam-jam untuk menyiapkan satu saja sesi latihan. Tapi, lihat saja nanti bagaimana akhirnya,” ujar KDB kepada Het Laatste Nieuws.

Selain terinspirasi filosofi permainan Sang Filsuf, julukan Pep Guardiola, KDB tergerak menjadi pelatih demi melestarikan karakteristik bermain yang disukainya.

Yakni, sebagai gelandang serang yang beroperasi di belakang striker. Posisi yang membuat KDB sukses mencetak quat-trick ke gawang Wolverhampton Wanderers (12/5).

Pemain dengan karakter tersebut belakangan cukup sulit ditemui lantaran perkembangan taktik. Mayoritas pelatih cenderung menerapkan skema 4-3-3 atau tiga pemain lini tengah lebih dinamis antara menyerang dan bertahan. Bukan hanya fokus sebagai pengatur serangan.(io/c19/dns/jpg)

 

Sumber: Jawapos.com

Editor: Edwar Yaman

 

 

 

 

BRUSSEL (RIAUPOS.CO) – Sudah enam tahun terakhir timnas Belgia dilatih Roberto Martinez. Pelatih yang notabene berkebangsaan Spanyol.

Meski punya banyak pemain bertalenta, Belgia justru tidak bisa memunculkan pelatih top. Itulah yang melatarbelakangi RBFA (PSSI-nya Belgia) mengader para pemainnya untuk menjadi pelatih.

Rabu (1/6/2022) tercatat sepuluh penggawa De Rode Duivels –julukan timnas Belgia– menyelesaikan kursus kepelatihan lisensi UEFA A.

Dari striker SSC Napoli Dries Mertens, bintang Manchester City Kevin De Bruyne, hingga gelandang Leicester City Youri Tielemans sebagai peserta termuda (25 tahun).

 

UEFA A berarti hanya selangkah meraih UEFA Pro sebagai lisensi kepelatihan tertinggi di UEFA. Syarat utama melatih klub-klub top Eropa.

Seiring mereka masih berstatus pemain, UEFA A sejatinya juga sudah bisa menjadi syarat sebagai asisten pelatih di klub masing-masing.

KDB, singkatan Kevin De Bruyne, misalnya. Gelandang serang berusia 30 tahun itu sudah memenuhi syarat menjadi asisten pelatih City Pep Guardiola. Sama seperti Mikel Arteta.

Baca Juga:  Vlahovic-Dybala-Morata Jaminan Ketajaman Lini Serang Juventus?

Tactician Arsenal itu pernah memulai bekerja sebagai asisten Guardiola di City pada 2016 dengan UEFA A. Arteta baru mendapatkan UEFA Pro tiga tahun berselang atau ketika ada tawaran dari Arsenal.

”Ketika bekerja dengan pria seperti Pep Guardiola, Anda tidak akan lagi memandang sepak bola sama seperti sebelumnya. Itu yang membuatku (tertarik) menjadi pelatih,” tutur KDB kepada Daily Mail.

Pemain Terbaik Premier League 2021–2022 itu bisa saja mengekor jejak Arteta dengan UEFA Pro. Namun, ada syarat utama yang harus dipenuhinya.

Yaitu, minimal setahun melatih sebuah tim junior atau menjadi asisten seperti Arteta. Hal itu, tampaknya, tidak akan bisa dilakukan De Bruyne dengan karier bermain yang masih cemerlang. Membagi fokus antara bermain dan melatih memang bukan hal yang mustahil.

Untuk menjadi pelatih UEFA Pro, ada tuntutan bisa menyusun rencana tim, baik taktis maupun fisik, selama semusim penuh yang disesuaikan dengan jadwal kompetisi.

Baca Juga:  Resmi, Simon Pablo Elissetche Correa Pelatih PSPS Riau

Selain itu, harus merampungkan setidaknya 360 jam pendidikan. Ketika mendapatkan UEFA A, KDB telah menempuh minimal 180 jam pendidikan serta setahun menjadi staf pelatih di City U-16.

”Itu (menjadi pelatih, red) sungguh gila. Perlu berjam-jam untuk menyiapkan satu saja sesi latihan. Tapi, lihat saja nanti bagaimana akhirnya,” ujar KDB kepada Het Laatste Nieuws.

Selain terinspirasi filosofi permainan Sang Filsuf, julukan Pep Guardiola, KDB tergerak menjadi pelatih demi melestarikan karakteristik bermain yang disukainya.

Yakni, sebagai gelandang serang yang beroperasi di belakang striker. Posisi yang membuat KDB sukses mencetak quat-trick ke gawang Wolverhampton Wanderers (12/5).

Pemain dengan karakter tersebut belakangan cukup sulit ditemui lantaran perkembangan taktik. Mayoritas pelatih cenderung menerapkan skema 4-3-3 atau tiga pemain lini tengah lebih dinamis antara menyerang dan bertahan. Bukan hanya fokus sebagai pengatur serangan.(io/c19/dns/jpg)

 

Sumber: Jawapos.com

Editor: Edwar Yaman

 

 

 

 

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

Terbaru

spot_img

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari