(RIAUPOS.CO) — Perempat final lagi-lagi menjadi pemutus jalan pelatih Uruguay Oscar Tabarez menuju kesuksesan. Jika di Piala Dunia 2018 lalu La Celeste disisihkan Prancis dengan skor 2-0, kemarin (30/6) Peru yang melakukannya.
Peru menahan imbang Uruguay di Itaipava Arena Fonte Nova. Penghilangan extra time di babak perempat final membuat pertandingan ini langsung diakhiri dengan tendangan penalti. Peru menang 5-4 atas Uruguay.
“Yang membuat kami semua mengalami kekecewaan besar karena kami datang ke turnamen ini dengan ide jadi juara. Kami mencoba menerima apapun kenyataannya saat ini,” kata Tabarez kepada EFE.
Meski kalah beruntun di dua ajang mayor pada babak yang sama, namun Federasi Sepakbola Uruguay (AUF) sama sekali tak ada tanda-tanda memecat Tabarez. Kontrak pelatih 72 tahun itu per 21 September lalu baru saja diperpanjang hingga 2022 mendatang. Atau sampai Piala Dunia Qatar.
Pria yang sudah melatih dalam 39 tahun terakhir mengatakan dibanding Copa America 2016 lalu kekalahan tahun kini bukan yang paling menyesakkan. Tiga tahun lalu di Amerika Serikat, Uruguay bahkan gagal lolos fase knockout. Mereka hanya menduduki posisi tiga di Grup C di bawah Meksiko dan Venezuela.
“Setiap kekalahan pasti menyakitkan, akan tetapi ada di satu turnamen kami datang sebagai favorit. Dan karakteristik sepakbola Uruguay mengharuskan kami untuk selalu bisa memenangi apapun,” ujar Tabarez.
Pelatih yang membawa Uruguay juara Copa America 2011 itu sebelum pertandingan sudah berkata kalau Peru adalah tim yang ulet. Walau di laga fase grup terakhir lawan Brasil (23/6) peru dijebol lima gol, namun hal itu tak menundukkan Peru tim lemah.
Nah, Tabarez menjadi pelatih tersenior juga terloyal di turnamen paling bergengsi di Benua Latin ini. Dua pelatih berusia paling tua dan mendekati Tabarez di kawasan Latin saat ini adalah Carlos Queiroz (pelatih Kolombia/66 tahun) dan Ricardo Gareca (pelatih Peru/61 tahun).
Gareca dalam wawancara dengan ESPN tetap menaruh respek tinggi kepada Tabarez. “El Maestro (julukan Tabarez, red) berhasil memodifikasi performa pemain agar sama baiknya di level klub ataupun timnas. Dia juga merawat struktur tim yang ada dan itu menyulitkan lawan,” tutur Gareca.
Pelatih berjuluk El Tigre tersebut mengatakan matangnya regenerasi membuat masuknya nama-nama segar di bawah usia 23 tahun bercokol di lini tengah Uruguay. Misalnya Federico Valverde (20 tahun), Maxi Gomez (22 tahun), dan Rodrigo Bentacur (22 tahun). Jangan lupa masih ada Lucas Torreira (23 tahun).
Kebetulan nama-nama tersebut juga bermain di klub-klub elite Eropa. Bentacur bersama Juventus, Valverde memperkuat Real Madrid, dan Torreira milik Arsenal. Sedangkan Maxi merumput di Celta Vigo.
Nama-nama pemain muda tersebut menunjang pemain senior di lini depan. Duet Edinson Cavani (32 tahun) dan Luis Suarez (32 tahun) dalam sewindu terakhir jadi asa utama mencetak gol Uruguay.(dra/zed)