JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Klub-klub Liga 1 musim ini kian percaya diri menggunakan jersey lokal hingga buatan sendiri. Di antara 18 klub, 17 tim memilih produk dalam negeri.
Alasannya beragam. Tapi, yang paling utama, keuntungan lebih besar menjadi motivasi utama kenapa klub-klub tersebut memilih menolak apparel internasional di Liga 1 musim ini.
Persela Lamongan, misalnya, memutuskan akan menggunakan apparel baru. Bukan lagi produk apparel dari luar negeri. Bukan pula apparel yang sudah punya nama di dalam negeri. Tapi, Persela memutuskan menggunakan apparel sendiri. Namanya Octagon. Dalam kamus besar bahasa Indonesia, Octagon berarti segi delapan.
"Segi delapan berarti sesuatu yang tidak putus. Berkesinambungan. Itu alasan kami menggunakan nama tersebut," kata Kepala Bisnis dan Marketing Persela Rizal Jamhari.
Keputusan menggunakan apparel sendiri tersebut tidak datang begitu saja. Langkah itu diambil Persela setelah melakukan diskusi panjang di internal. Terutama menyangkut keuntungan penjualan jersey yang sepenuhnya masuk ke kantong Persela. Selain itu, Laskar Joko Tingkir –julukan Persela– bisa lebih leluasa dalam mendesain kostum sekaligus memproduksinya. Dengan begitu, Persela tidak terlalu bergantung pada apparel yang digandeng.
"Untuk produksinya, kami menggandeng perusahaan tekstil dari daerah Jawa Barat," terang Rizal.
Untuk menghadapi kompetisi Liga 1 musim 2020, Persela telah menyiapkan dua kostum. Kostum utama berwarna biru muda dengan motif garis-garis diagonal. Kostum kedua berwarna biru dongker. Di luar itu, juga ada tiga jenis kostum latihan berwarna biru muda, biru dongker, dan putih.
"Semoga langkah ini membuat kami bisa semakin baik lagi. Terutama dari sisi penyediaan kostum untuk tim dan konsumsi publik," ujarnya.
Keputusan yang diambil Persela juga dilakukan Bhayangkara FC. Musim lalu, tim berjuluk The Guardians itu menggunakan apparel dari Italia, Lotto. Tapi musim ini memutuskan menggunakan apparel lokal Specs. Alasannya hampir sama dengan Persela. Satu hal yang membedakan adalah Bhayangkara FC ingin lebih merakyat. Menurut COO Bhayangkara FC Sumardji, pihaknya memutuskan menggunakan apparel lokal agar harga belinya lebih terjangkau masyarakat.
"Kami memang sengaja cari yang termurah dan terjangkau," tuturnya.
Dia mengakui, Bhayangkara FC tidak punya banyak suporter seperti klub Liga 1 lain. Dengan menggandeng apparel lokal, dia berharap masyarakat bisa membeli dan akhirnya fans Bhayangkara FC bertambah.
"Ya semoga semua bisa memiliki jersey Bhayangkara FC," harapnya.
Klub ibu kota juga berubah. Jika musim lalu menggunakan apparel lokal, kali ini Persija Jakarta mencoba untuk memproduksi jersey sendiri dengan brand Juara.
Perbedaan antara Specs dan Juara terdapat pada eksklusivitas. Sebab, produksi Juara khusus untuk Persija. Sementara itu, Specs diketahui juga menjadi apparel berbagai tim lokal seperti Bhayangkara FC dan Persipura Jayapura.
Terdapat beberapa perbedaan dalam kerja sama itu jika dibandingkan dengan produsen sebelumnya. Apparel yang sekarang tak sekadar mendukung perlengkapan bertanding Andritany Ardhiyasa dkk, tapi, juga meliputi produksi berbagai merchandise yang bisa dimiliki pendukung Persija, The Jakmania.
Ketika dirilis pada Minggu (23/2), jersey yang dibanderol Rp799.000 itu terbilang cukup laris di pasaran. Tampilannya yang elegan dengan mendapat sertifikat keaslian tentu saja menjadi daya tarik tersendiri. Terutama bagi pengoleksi jersey. Jersey tersebut juga mudah didapatkan. Mulai melalui akun belanja online, Garuda Store yang berada di kawasan Senayan, hingga tersebar di Pengurus Pusat The Jakmania.