Jumat, 20 September 2024

Manfaatkan Barang Bekas Pakai Jadi Lebih Berguna

(RIAUPOS.CO) – MASYARAKAT memiliki pandangan yang berbeda-beda dalam menyikapi masalah sampah. Ada yang langsung membuangnya ke tong sampah, ada juga yang memanfaatkan semaksimal barang bekas pakai agar menjadi lebih berguna, tidak menjadi sampah, dan mengurangi volume sampah yang dibuang.

Seperti yang dilakukan oleh Gina Suprapti,  warga Kota Pekanbaru. Ia memanfaatkan benda-benda bekas menjadi lebih berguna, seperti ember cat yang dijadikan komposter, dan pot tanaman, sisa karung sebagai pot tanaman, dan lain-lain.

Ia juga mengumpulkan bahan coklat, seperti kertas atau kardus, ranting kayu, sekam padi, serbuk kayu, cocopeat, dan lain-lain, untuk kemudian dimanfaatkan dalam pembuatan kompos organik. ’’Sisa-sisa sampah rumah tangga banyak yang masih bisa dipakai. Contohnya untuk membuat kompos, bahan-bahan coklat bisa menambah massa, penyaring udara, sumber karbon, penyerap bau, dan menjadi sumber tenaga untuk mikroorganisme dalam pengomposan," katanya, Sabtu (30/10).

Gina mengungkapkan, di rumahnya ia memiliki tiga komposter yang terbuat dari bekas ember cat. Untuk ember cat biasa dibuat lubang-lubang kecil di bagian bawah dan samping, ember ini bisa menghasilkan kompos padat.

- Advertisement -

Selanjutnya yaitu ember dengan sarang. Ember bekas diberi sarang di bagian dalam, lalu sepertiga bagian dari bawah ember dipasang selang di bagian bawah. Dengan ember ini ia bisa memanen kompo padat dan cair. "Ember yang saya  pakai yang ukuran besar. Selain itu saya juga membuat ember tumpuk, di mana dua ember bekas ditumpuk, di bagian bawahnya bermanfaat sebagai penampung air lindi, sementara bagian atas untuk penampung kompos padat, saat kita panen bisa mendapatkan kompos padat dan cair," terangnya.

Baca Juga:  Terapkan Protokol Kesehatan hingga Pilih Isolasi Mandiri

Menurut Gina, dengan memanfaatkan barang yang masih bisa dipakai juga membantunya dalam berhemat. Untuk pembuatan kompos yang biasanya menggunakan bioaktivator berupa cairan E4 atau cairan yang biasanya dibeli di toko pertanian. Namun, cairan tersebut ternyata juga bisa dibuat sendiri dengan memanfaatkan sisa-sisa sampah rumah tangga.

- Advertisement -

"Buat sendiri lebih  murah dan manfaat nya tidak jauh berbeda dengan yang dibeli, saya pakai mol tape. Caranya, pakai air cucian beras 500 ml, ditambah 1 sendok tapai, dan 1 sendok gula merah, diaduk, dan dipermentasikan selama satu minggu. Hati-hati jika ingin membuatnya, nanti bisa menghasilkan gas, jadi jangan ditutup rapat agar tidak menggembung. Kalau sudah jadi bisa disiramkan ke bahan kompos sebagai bioaktivator," paparnya.

Tak hanya itu, untuk mengurangi sampah anorganik seperti plastik di rumahnya, Gina mengusahakan menggunakan  plastik seminimal mungkin, dengan cara menyelipkan tas belanja kain di kendaraannya, sehingga ketika hendak berbelanja, ia tidak perlu lagi menggunakan plastik yang biasanya disediakan oleh pemilik warung. Ia mengakui, untuk sama sekali tidak menggunakan plastik bukanlah hal yang mudah, namun ia berusaha meminimalisir penggunaan  plastik.

"Sampah plastik itu suka gak sadar, tiba-tiba sudah ada banyak di rumah. Kresek diusahakan dikurangi, kalau kondisi terpaksa dan hadir plastik di rumah, saya sempatkan waktu bersih-bersih, kemudian dilipat dan saya  berikan ke warung, atau di kirim ke bank sampah  untuk diolah menjadi lebih berguna," tuturnya.

Baca Juga:  Pilkada Serentak Disepakati Dilaksanakan 23 September 2020

Tak hanya itu, minyak jelantah kerap menjadi masalah tersendiri. Membuang minyak jelantah begitu saja juga dapat berdampak buruk bagi lingkungan. Selain mencemari air, seperti dapat menyumbat saluran air atau drainesae yang dapat menyebabkan berkembang biaknya bakteri dan berisiko menimbulkan penyakit.  Jika dibuang ke tanah dapat menggumpakan dan menutup pori-pori tanah, dan membuatnya semakin keras, yang dapat menyebabkan banjir.

Oleh karena itu, Gina memilih mengirim minyak jelantah ke Bank Jelantah agar lebih bermanfaat. "Saya dan teman-teman pengajian mengumpulkan minyak jelantah, lalu menjualnya ke Bank Jelantah, kemudian hasil penjualannya disepakati bersama teman-teman untuk disedekahkan," katannya.

Gina menambahkan, dalam mengurangi sampah rumah tangga ada tiga hal yang bisa dilakukan cegah, pilah, dan olah. Mencegahnya yaitu dengan mencegah terjadinya sampah, atau dengan mengurangi penggunaan barang sekali pakai. Kemudian memilah, mana yang bisa manfaatkan untuk kompos, eco enzyme, atau yang harus dikirim ke bank sampah. Selanjutnya yaitu aksi olah, yaitu mengolah sampah menjadi produk baru yang bermanfaat.

Gina juga mengutip Cendekian Muslim Yusuf Qardhawi, yaitu menjaga lingkungan sama dengan menjaga jiwa, menjaga lingkungan sama dengan menjaga keturunan, menjaga lingkungan sama dengan menjaga harta.

"Untuk memulai yaitu dengan cara meluruskan niat, tekad yang  kuat, ikuti komunitas-komunitas, nikmati setiap prosesnya, dan mulai dari sekarang, dari diri sendiri, dan dari yang terkecil," pungkasnya.(ali)

Laporan MUJAWAROH ANNAFI, Pekanbaru

 

(RIAUPOS.CO) – MASYARAKAT memiliki pandangan yang berbeda-beda dalam menyikapi masalah sampah. Ada yang langsung membuangnya ke tong sampah, ada juga yang memanfaatkan semaksimal barang bekas pakai agar menjadi lebih berguna, tidak menjadi sampah, dan mengurangi volume sampah yang dibuang.

Seperti yang dilakukan oleh Gina Suprapti,  warga Kota Pekanbaru. Ia memanfaatkan benda-benda bekas menjadi lebih berguna, seperti ember cat yang dijadikan komposter, dan pot tanaman, sisa karung sebagai pot tanaman, dan lain-lain.

Ia juga mengumpulkan bahan coklat, seperti kertas atau kardus, ranting kayu, sekam padi, serbuk kayu, cocopeat, dan lain-lain, untuk kemudian dimanfaatkan dalam pembuatan kompos organik. ’’Sisa-sisa sampah rumah tangga banyak yang masih bisa dipakai. Contohnya untuk membuat kompos, bahan-bahan coklat bisa menambah massa, penyaring udara, sumber karbon, penyerap bau, dan menjadi sumber tenaga untuk mikroorganisme dalam pengomposan," katanya, Sabtu (30/10).

Gina mengungkapkan, di rumahnya ia memiliki tiga komposter yang terbuat dari bekas ember cat. Untuk ember cat biasa dibuat lubang-lubang kecil di bagian bawah dan samping, ember ini bisa menghasilkan kompos padat.

Selanjutnya yaitu ember dengan sarang. Ember bekas diberi sarang di bagian dalam, lalu sepertiga bagian dari bawah ember dipasang selang di bagian bawah. Dengan ember ini ia bisa memanen kompo padat dan cair. "Ember yang saya  pakai yang ukuran besar. Selain itu saya juga membuat ember tumpuk, di mana dua ember bekas ditumpuk, di bagian bawahnya bermanfaat sebagai penampung air lindi, sementara bagian atas untuk penampung kompos padat, saat kita panen bisa mendapatkan kompos padat dan cair," terangnya.

Baca Juga:  Batam Belum Perlu Jalan Tol

Menurut Gina, dengan memanfaatkan barang yang masih bisa dipakai juga membantunya dalam berhemat. Untuk pembuatan kompos yang biasanya menggunakan bioaktivator berupa cairan E4 atau cairan yang biasanya dibeli di toko pertanian. Namun, cairan tersebut ternyata juga bisa dibuat sendiri dengan memanfaatkan sisa-sisa sampah rumah tangga.

"Buat sendiri lebih  murah dan manfaat nya tidak jauh berbeda dengan yang dibeli, saya pakai mol tape. Caranya, pakai air cucian beras 500 ml, ditambah 1 sendok tapai, dan 1 sendok gula merah, diaduk, dan dipermentasikan selama satu minggu. Hati-hati jika ingin membuatnya, nanti bisa menghasilkan gas, jadi jangan ditutup rapat agar tidak menggembung. Kalau sudah jadi bisa disiramkan ke bahan kompos sebagai bioaktivator," paparnya.

Tak hanya itu, untuk mengurangi sampah anorganik seperti plastik di rumahnya, Gina mengusahakan menggunakan  plastik seminimal mungkin, dengan cara menyelipkan tas belanja kain di kendaraannya, sehingga ketika hendak berbelanja, ia tidak perlu lagi menggunakan plastik yang biasanya disediakan oleh pemilik warung. Ia mengakui, untuk sama sekali tidak menggunakan plastik bukanlah hal yang mudah, namun ia berusaha meminimalisir penggunaan  plastik.

"Sampah plastik itu suka gak sadar, tiba-tiba sudah ada banyak di rumah. Kresek diusahakan dikurangi, kalau kondisi terpaksa dan hadir plastik di rumah, saya sempatkan waktu bersih-bersih, kemudian dilipat dan saya  berikan ke warung, atau di kirim ke bank sampah  untuk diolah menjadi lebih berguna," tuturnya.

Baca Juga:  Pilkada Serentak Disepakati Dilaksanakan 23 September 2020

Tak hanya itu, minyak jelantah kerap menjadi masalah tersendiri. Membuang minyak jelantah begitu saja juga dapat berdampak buruk bagi lingkungan. Selain mencemari air, seperti dapat menyumbat saluran air atau drainesae yang dapat menyebabkan berkembang biaknya bakteri dan berisiko menimbulkan penyakit.  Jika dibuang ke tanah dapat menggumpakan dan menutup pori-pori tanah, dan membuatnya semakin keras, yang dapat menyebabkan banjir.

Oleh karena itu, Gina memilih mengirim minyak jelantah ke Bank Jelantah agar lebih bermanfaat. "Saya dan teman-teman pengajian mengumpulkan minyak jelantah, lalu menjualnya ke Bank Jelantah, kemudian hasil penjualannya disepakati bersama teman-teman untuk disedekahkan," katannya.

Gina menambahkan, dalam mengurangi sampah rumah tangga ada tiga hal yang bisa dilakukan cegah, pilah, dan olah. Mencegahnya yaitu dengan mencegah terjadinya sampah, atau dengan mengurangi penggunaan barang sekali pakai. Kemudian memilah, mana yang bisa manfaatkan untuk kompos, eco enzyme, atau yang harus dikirim ke bank sampah. Selanjutnya yaitu aksi olah, yaitu mengolah sampah menjadi produk baru yang bermanfaat.

Gina juga mengutip Cendekian Muslim Yusuf Qardhawi, yaitu menjaga lingkungan sama dengan menjaga jiwa, menjaga lingkungan sama dengan menjaga keturunan, menjaga lingkungan sama dengan menjaga harta.

"Untuk memulai yaitu dengan cara meluruskan niat, tekad yang  kuat, ikuti komunitas-komunitas, nikmati setiap prosesnya, dan mulai dari sekarang, dari diri sendiri, dan dari yang terkecil," pungkasnya.(ali)

Laporan MUJAWAROH ANNAFI, Pekanbaru

 

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

Terbaru

spot_img

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari