DUSHANBE (RIAUPOS.CO) – Sekitar 500 tentara Rusia melakukan latihan di pegunungan Tajikistan. Mengutip Reuters, Kementerian Pertahanan Rusia menyatakan semua prajurit yang terlibat dalam latihan tersebut berasal dari pangkalan militer Rusia di Tajikistan.
Latihan ini mulai dilakukan ketika Taliban menguasai Afghanistan akibat penarikan pasukan Amerika Serikat. Situasi ini dinilai dapat menciptakan masalah keamanan bagi Moskow. Selain itu, Moskow juga menyampaikan bahwa pihaknya sedang membangun pangkalan militer di Tajikistan.
Rencananya, Collective Security Treaty Organization (CTSO) yang dipimpin oleh Rusia akan melakukan latihan militer dari September hingga Oktober.
Dilansir Reuters, kabarnya latihan ini dikabarkan akan melibatkan beberapa ribu tentara. Latihan tersebut direncanakan berlangsung setelah pasukan AS keluar dari Afghanistan. Selain itu, pengambilalihan yang dilakukan oleh Taliban telah menciptakan masalah keamanan bagi Rusia.
Latihan militer ini merupakan rangkaian ketiga yang dilakukan Rusia di dekat pegunungan Afghanistan pada bulan ini.
Rencananya, Rusia akan mengadakan latihan di Republik Kyrgyzstan pada bulan depan. Hal ini dilakukan mengingat kedua negara tersebut memiliki pangkalan militer gabungan.
Di tahun 2020, parlemen Republik Kyrgyzstan meratifikasi perjanjian yang memungkinkan Rusia untuk mengerahkan kendaraan udara tak berawak (UAV) di Kant. Selama tahun 2020, setidaknya dua drone multiguna Orlan-10 direncanakan tiba di Republik Kyrgyzstan.
Sebelumnya Taliban berjanji bahwa mereka tidak akan melewati perbatasan. Namun, Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu menegaskan Moskow akan tetap mengadakan latihan bersama dengan sekutunya di wilayah tersebut.
Selain Tajikistan dan Republik Kyrgyzstan, Rusia juga mengadakan latihan di Uzbekistan. Rusia juga telah memperkuat pangkalan militernya di Tajikistan dengan kendaraan lapis baja dan senjata api baru.
Ketika masih bernama Uni Soviet, negara tersebut menduduki Afghanistan pada tahun 1979-1989. Mereka hengkang setelah 15.000 tentaranya tewas dan puluhan ribu lainnya terluka.
Setelah lepas dari Uni Soviet, pasukan Aliansi Utara yang merupakan faksi penentang Taliban, bersekutu dengan Amerika Serikat (AS) untuk memerangi Taliban dankemudian membentuk pemerintahan baru yang dipimpin Hamid Karzai. AS masuk geram dengan hancurnya dua menara di New York yang diyakini mereka dilakukan oleh Taliban dan Alqaeda.
Sejak itu, AS dan negara-negara NATO ikut membantu pemerintah Afghanistan perang berkepanjangan dengan Taliban hingga mereka memutuskan meninggalkan negara itu. Kondisi itulah yang dimanfaatkan Taliban untuk terus menaklukkan pasukan pemerintah hingga berkuasa lagi.
Sumber: AFP/Reuters/Berbagai Sumber
Editor: Hary B Koriun