(RIAUPOS.CO) – Vaksinasi tahap II telah dijalani di Indonesia sejak pertengahan bulan ini. Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin memaparkan sebanyak 12 juta dosis vaksin Covid-19 produksi Sinovac bersama Bio Farma siap diedarkan Februari ini. Sementara itu, jumlah tenaga kesehatan (nakes) yang sudah divaksin hingga Jumat (29/1) mencapai 490 orang.
"Sampai akhir bulan (Januari, red) ini, sudah bisa ke 500 ribu nakes. Target 1,5 juta orang di akhir Februari,’’ katanya dalam seminar virtual bertajuk " Vaksin Covid-19 untuk Indonesia Bangkit, Sabtu (30/1).
Budi menyatakan, pada tahap awal sasaran vaksinasi Covid-19 adalah para nakes. Sebab, mereka adalah kelompok yang rentan tertular. Berikutnya, pada awal Maret dimulai vaksinasi untuk tenaga layanan publik. Termasuk di antaranya para personel TNI dan Polri.
Dia menjelaskan, vaksinasi untuk para tenaga layanan publik diperkirakan selesai dalam tempo satu sampai sebulan setengah. Selanjutnya, vaksinasi untuk masyarakat dimulai pada akhir April. Budi menegaskan, Presiden Joko Widodo menginstruksikan supaya vaksinasi Covid-19 untuk 181 juta penduduk dapat rampung dalam tempo setahun.
Menurut dia, proses vaksinasi harus dilaksanakan dalam waktu yang cepat. Sebab, sampai saat ini tidak diketahui berapa lama umur vaksin tersebut di dalam tubuh manusia. ”Karena uji klinis tahap tiganya belum selesai 100 persen,’’ tuturnya.
Apakah vaksin Covid-19 dari Sinovac ini usia efektifnya sama dengan meningitis yang mencapai dua tahun atau seperti vaksin influenza yang hanya setahun, itu belum bisa dipastikan. Namun, Budi menyatakan bahwa pemerintah mengambil angka moderat bahwa vaksin Covid-19 dari Sinovac itu umur efektifnya satu tahun.
Kasus penambahan harian pasien terpapar Covid-19 secara nasional kembali mengalami kenaikan cukup tinggi, Sabtu (30/1). Bahkan memecahkan rekor, yakni 14.518 orang. Jumlah ini melewati angka penambahan sebelumnya yang terjadi pada 16 Januari lalu yakni sebanyak 14.224 orang. Dengan demikian, maka total kasus positif di Indonesia sudah menjadi 1.066.313 orang.
Melihat rekor penambahan kasus baru ini, Anggota Komisi IX DPR Saleh Partaonan Daulay mengkritisi kebijakan pemerintah untuk membatasi kegiatan masyarakat melalui pembatasan sosial berskala besar (PSBB) dan penerapan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) yang dinilainya belum berhasil.
Menurut Saleh, sebaiknya pemerintah mencari alternatif kebijakan lain. Salah satu di antaranya adalah menerapkan kebijakan lockdown akhir pekan. Diyakini, lockdown akhir pekan dapat menurunkan dan menekan laju penyebaran virus corona.
“Lockdown akhir pekan itu dimaksudkan untuk mengurangi pergerakan masyarakat di ruang publik. Masyarakat yang tinggal di zona merah dan oranye tidak boleh ke luar rumah di akhir pekan. Mulai dari hari Jumat malam, sekitar pukul 20.00, sampai dengan Senin pagi pukul 05.00. Artinya, masyarakat tidak keluar selama 2 hari 3 malam,” ujar Saleh kepada wartawan, Sabtu (30/1).
“Kadang-kadang, masyarakat paling banyak keluar di akhir pekan. Selain di mal-mal, ada juga yang menyempatkan diri untuk wisata. Itu yang sering kali menciptakan kerumunan. Nah, dengan lockdown akhir pekan, hal tersebut dapat dihindarkan,” tambahnya.
Ketua DPP Partai Amanat Nasional (PAN) ini menambahkan lokcdown akhir pekan dinilai tidak terlalu mengganggu kegiatan perekonomian. Sebab, hari Senin sampai Jumat, kegiatan ekonomi tetap berlangsung seperti biasa. Boleh saja pakai protokol kesehatan sesuai yang diatur di dalam PPKM.
“Walaupun lockdown akhir pekan, kegiatan ekonomi yang menyangkut kebutuhan pokok warga tetap boleh dijalankan. Misalnya, pemenuhan bahan makanan, minum, obat, dan lain-lain. Di luar itu, mereka yang keluar harus diberi sanksi berupa denda. Dan dilakukan secara tegas,” katanya.
Banyak yang menilai bahwa lockdown akhir pekan belum tentu efektif. Tetapi, berkaca dari pengalaman Turki, mereka berhasil mengurangi penyebaran Covid-19 dalam skala tertentu. Mereka juga menerapkan kebijakan ini. “Bolehlah dicoba. Biar ada sedikit variasi kebijakan. Kalau sudah dicoba, nanti enak untuk mengevaluasinya,” ujarnya.
Empat Kali Pecah Rekor
Sementara itu, secara nasional awal tahun ini, angka kasus penambahan harian pasien positif Covid-19 mengalami empat kali pemecahan rekor. Sabtu (30/1) tercatat ada 14.518 orang terpapar virus corona. Jumlah ini melewati angka penambahan sebelumnya yang terjadi pada 16 Januari lalu yakni sebanyak 14.224 orang.