JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Korea Utara (Korut) kembali membuat dunia khawatir. Kali ini mereka melakukan uji coba rudal dengan teknologi paling mutakhir. Rudal dengan nama Hwasong-8 itu memiliki kecepatan lima kali lipat dari roket biasa.
Kabar tersebut disampaikan kantor berita Korean Central News Agency (KCNA). Mereka mengatakan, uji coba rudal yang dilakukan di Provinsi Jagang pada Selasa (28/9) berjalan dengan lancar. "Kami mengonfirmasi bahwa kontrol navigasi dan stabilitas rudal sudah baik," tulis kantor berita milik pemerintahan Kim Jong-un itu, Rabu (29/9).
Rudal dengan teknologi hipersonik bisa melaju lima kali kecepatan suara alias Mach 5. Teknologi tersebut hanya dikembangkan oleh segelintir negara. Di antaranya, Amerika Serikat, Cina, India, dan Rusia. Juli lalu Negeri Beruang Merah itu mengumumkan bahwa rudal hipersonik mereka berhasil mencapai kecepatan 8.659 kilometer per jam (kpj).
Belum lagi, KCNA juga melaporkan bahwa rudal itu disertai teknologi bahan bakar ampul. Bahan bakar tersebut memungkinkan peluncuran rudal tanpa harus melakukan pengisian bahan bakar cair yang prosesnya membutuhkan waktu lama. Itu berarti sistem anti serangan udara yang biasa dimiliki negara maju seperti AS atau Israel bakal kesulitan untuk menghadang senjata tersebut.
"Ini merupakan capaian besar bagi Korut. Sekaligus tantangan besar bagi negara yang bermusuhan dengan mereka," ungkap pakar Korut Ankit Panda kepada BBC.
Peneliti dari Carnegie Endowment for International Peace itu mengatakan, langkah tersebut sebenarnya bukan kejutan. Melainkan, upaya Jong-un untuk membuktikan ancamannya.
Januari lalu penguasa Korut itu sudah menyebutkan daftar senjata apa saja yang bakal dikembangkan. Selain rudal hipersonik, dia mengembangkan kapal selam bertenaga nuklir dan bahan bakar padat untuk rudal alias ICBM.
Korea Selatan (Korsel) mengetahui hal itu sejak Selasa. Namun, pernyataan Kantor Kepala Staf Gabungan Angkatan Bersenjata Korsel tak menyertakan berapa ketinggian maksimum dan jarak tempuh dari uji coba Korut. Mereka hanya memastikan bahwa sistem pertahanan Korsel bisa mengintervensi rudal tersebut.
"Berdasar temuan, kami menilai bahwa pengembangannya masih dalam tahap awal. Butuh waktu yang lama untuk menyempurnakan teknologi ini," ungkap otoritas militer tersebut.
Pada hari yang sama, Duta Besar Korut untuk PBB Kim Song menegaskan bahwa pengembangan teknologi militer akan terus dilakukan negaranya. Menurut dia, hal tersebut wajib dilakukan untuk mencegah invasi dari AS.
Dia pun meminta agar negara-negara lain tak menerapkan standar ganda. Contohnya, pengembangan rudal kapal selam alias submarine-launched ballistic missile (SLBM). AS yang biasa memprotes uji coba nuklir Korut tidak memprotes pengembangan rudal yang dilakukan Korsel tersebut.
Sumber: Jawapos.com
Editor: Rinaldi