Minggu, 10 November 2024

Ketahuilah Mama, Sejak 7 Minggu di Kandungan Janin sudah Bisa Mendengar

- Advertisement -

SURABAYA (RIAUPOS.CO) – Beragam pertanyaan seputar telinga, hidung, dan tenggorok (THT) yang kerap ditanyakan para mama dirangkum oleh dr Rosa Falerina SpTHT. Menurut dia, banyak mama yang belum tahu harus diapakan ketiga organ itu saat anak masih bayi. Namun, sebelum menjelaskan perlakuan atau treatment khusus yang mesti dilakukan kepada si baby, dia kerap membagikan pengetahuan umum seputar THT kepada para mama.

Misalnya, memberi tahu mereka bahwa pendengaran pada anak dimulai sejak 7 minggu sebelum kelahiran. Artinya, sejak di dalam perut, janin bisa mendengar dan merespons suara. ''Ajak ngomong saja kayak 'eh, ikut mama yuk, Sayang,' atau 'halo, Sayang. Ini mama.' Itu akan didengarkan dan diingat anak,'' ujarnya. Alumnus Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Airlangga (Unair) itu menyebutkan, janin lebih peka terhadap suara sang mama. Bahkan suara detak jantung sang mama.

- Advertisement -
Baca Juga:  Antisipasi Virus Corona, Kemendikbud Keluarkan Surat Edaran untuk Sekolah

Pada masa-masa kehamilan, tidak ada salahnya memperdengarkan musik atau nyanyian kepada si jabang bayi. Namun, dianjurkan maksimal 60 menit sehari dengan volume paling keras 60 agar tidak merusak rumah siput si jabang bayi. Rosa juga mengingatkan para bunda untuk terus rajin memberikan rangsangan suara saat anak baru lahir. Sebab, bayi membutuhkan hal itu untuk mengisi otak. Hal tersebut bisa dilakukan dengan cara, antara lain, membacakan cerita.

’’Di rumah, semua juga harus kompak manggil bayi dengan satu nama. Jangan beda-beda. Supaya dia enggak bingung. Hindari menggunakan bahasa kebayi-bayian seperti mik cucu. Karena bahasa itu terekam dalam otak bayi,’’ tegas ibu tiga anak tersebut dalam seminar THT di National Hospital beberapa waktu lalu.

Baca Juga:  Puluhan Warga Pekanbaru Batal Divaksinasi di Bus Keliling

Dia memaparkan, pada usia dua hari sudah bisa dilakukan screening pendengaran untuk mengetes fungsi rumah siput bayi. Itu dilakukan mengingat 1 di antara 1.000 kelahiran mengalami gangguan pendengaran bawaan. Dengan demikian, jika gangguan diketahui lebih dini, bisa ditangani lebih cepat dan tepat.

- Advertisement -

Pengajar di FK Unair tersebut juga menjawab pertanyaan yang sering ditanyakan terkait kapan bayi boleh naik pesawat. Dia menyarankan setelah usia tiga bulan dengan lebih dulu memastikan bayi tidak sedang batuk pilek. Juga, memberikan susu saat take off dan saat landing untuk mencegah telinga bayi tidak menutup dan sakit. ''Berikan penutup telinga agar terhindar dari bising mesin pesawat,'' tuturnya.(hay/c13/tia)

Sumber: Jawapos.com
Editor: Fopin A Sinaga

 

SURABAYA (RIAUPOS.CO) – Beragam pertanyaan seputar telinga, hidung, dan tenggorok (THT) yang kerap ditanyakan para mama dirangkum oleh dr Rosa Falerina SpTHT. Menurut dia, banyak mama yang belum tahu harus diapakan ketiga organ itu saat anak masih bayi. Namun, sebelum menjelaskan perlakuan atau treatment khusus yang mesti dilakukan kepada si baby, dia kerap membagikan pengetahuan umum seputar THT kepada para mama.

Misalnya, memberi tahu mereka bahwa pendengaran pada anak dimulai sejak 7 minggu sebelum kelahiran. Artinya, sejak di dalam perut, janin bisa mendengar dan merespons suara. ''Ajak ngomong saja kayak 'eh, ikut mama yuk, Sayang,' atau 'halo, Sayang. Ini mama.' Itu akan didengarkan dan diingat anak,'' ujarnya. Alumnus Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Airlangga (Unair) itu menyebutkan, janin lebih peka terhadap suara sang mama. Bahkan suara detak jantung sang mama.

- Advertisement -
Baca Juga:  Pasang Baliho Tewas Tersengat Listrik

Pada masa-masa kehamilan, tidak ada salahnya memperdengarkan musik atau nyanyian kepada si jabang bayi. Namun, dianjurkan maksimal 60 menit sehari dengan volume paling keras 60 agar tidak merusak rumah siput si jabang bayi. Rosa juga mengingatkan para bunda untuk terus rajin memberikan rangsangan suara saat anak baru lahir. Sebab, bayi membutuhkan hal itu untuk mengisi otak. Hal tersebut bisa dilakukan dengan cara, antara lain, membacakan cerita.

’’Di rumah, semua juga harus kompak manggil bayi dengan satu nama. Jangan beda-beda. Supaya dia enggak bingung. Hindari menggunakan bahasa kebayi-bayian seperti mik cucu. Karena bahasa itu terekam dalam otak bayi,’’ tegas ibu tiga anak tersebut dalam seminar THT di National Hospital beberapa waktu lalu.

- Advertisement -
Baca Juga:  200 Ribuan Jemaah Calon Haji Lunasi Biaya Haji Tahap I

Dia memaparkan, pada usia dua hari sudah bisa dilakukan screening pendengaran untuk mengetes fungsi rumah siput bayi. Itu dilakukan mengingat 1 di antara 1.000 kelahiran mengalami gangguan pendengaran bawaan. Dengan demikian, jika gangguan diketahui lebih dini, bisa ditangani lebih cepat dan tepat.

Pengajar di FK Unair tersebut juga menjawab pertanyaan yang sering ditanyakan terkait kapan bayi boleh naik pesawat. Dia menyarankan setelah usia tiga bulan dengan lebih dulu memastikan bayi tidak sedang batuk pilek. Juga, memberikan susu saat take off dan saat landing untuk mencegah telinga bayi tidak menutup dan sakit. ''Berikan penutup telinga agar terhindar dari bising mesin pesawat,'' tuturnya.(hay/c13/tia)

Sumber: Jawapos.com
Editor: Fopin A Sinaga

 

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img
spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari