Senin, 10 Maret 2025
spot_img

Antrean Pertamax Lengang di SPBU

Masyarakat Bisa Ajukan Class Action

PEKANBARU dan JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Kasus pengoplosan pertalite menjadi pertamax, selain meru­gi­kan negara juga merugikan masyarakat. Sebagai konsumen, masyarakat yang memiliki kendaraan dan selama ini mengisi BBM jenis pertamax bisa jadi merasakan dampak pada kendaraannya. Karena itu, masyarakat bisa mengajukan class action.

Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Agus Sujatno menuturkan, class action bisa diajukan jika terbukti ada penurunan kualitas BBM yang merugikan konsumen. Bahkan, konsumen juga bisa menuntut ganti rugi.

Meski demikian, perlu dilakukan uji laboratorium lebih dulu untuk memastikan penurunan kualitas pertamax. ”Uji laboratorium ini sayangnya berbiaya mahal dan butuh waktu,” paparnya.

Kendati belum ada publikasi resmi tentang hasil uji laboratorium, kejadian itu sangat berpotensi mendegradasi kepercayaan publik pada kualitas bahan bakar yang diproduksi Pertamina. ”Menyikapi dugaan pengoplosan produk pertalite dengan pertamax, YLKI memberikan catatan untuk Kementerian ESDM,” paparnya.

Catatan pertama, mendesak Dirjen Migas ESDM mengumumkan hasil inspeksi atau pemeriksaan reguler terkait kualitas BBM produk Pertamina. ”Ini penting agar konsumen mendapatkan informasi yang menyeluruh, akurat, dan konkret,” tegasnya.

YLKI juga mendesak Dirjen Migas melakukan pemeriksaan ulang kualitas BBM Pertamina yang beredar di pasaran. Hal itu diperlukan untuk memastikan ada tidaknya penyimpangan dari standar kualitas yang telah ditetapkan pemerintah. ”Apakah masih sesuai spek atau ada masalah dengan produknya,” terangnya.

Pelanggan Pertamax Bimbang

Sementara itu, pantauan beberapa SPBU di Kota Pekanbaru, terlihat anteran pertamax lengang. Iswadi, seorang pengendara mobil citycar keluaran terbaru, mengaku bimbang dengan isu pertamax oplosan buntut dari tertangkapnya bos Pertamina oleh KPK. Yang dia khawatirkan, apakah akan terus mengisi pertamax atau pindah BBM jenis lain.

‘’Awak selama ini selain ikut aturan pemerintah tak boleh pakai yang subsidi, juga supaya mesin awet. Karena pertamax kan RON 92 lebih bagus kualitasnya. Nah ternyata ada info yang begini. Cuma tadi isi yang turbo, karena yang 92 dah seminggu kosong,’’ kata Iswadi yang mengaku tinggal di Tangkerang Tengah, Pekanbaru ini.

Pria yang berprofesi sebagai pengusaha ini mengaku mengisi pertamax juga untuk mengendarai mobil kecilnya. Namun yang ia juga khawatirkan ketika mengisi Dexlite untuk mobil besarnya, yang ia harap tidak dioplos juga.

Sementara itu seorang pengendara motor besar, Govinda juga mengaku bimbang soal isu Pertamax oplosan ini. Apalagi motor yang ia isi Pertamax saat ini baru ia beli sekitar tiga bulan lalu. Ia ingin pindah ke Pertalite saja, namun bimbang apakah boleh motor dengan kapasitas silinter miliknya boleh isi BBM subsidi.

‘’Orang SPBU ini apa tahu itu pertamax oplosan, bagaimana nasib kami, bayar mahal-mahal ternyata oplosan, bukan RON 92, RON 90 juga,’’ ucap pemuda tinggal di Sukajadi, Pekanbaru ini.

Saat banyak pengguna pertamax menjadi bimbang, seorang warga bernama Riko Kurniawan mengaku malah sudah curiga sejak tahun lalu ketika membaca berita sebuah media nasional. Dalam berita itu ia baca sejumlah kendaraan mengalami kerusakan mesin usai isi BBM jenis pertamax. Peristiwa dimaksudkan Riko terjadi di Jawa.

Baca Juga:  Iko Uwais Dicecar 14 Pertanyaan, Akhirnya Ajak Damai

‘’Kejadian tahun lalu sebagian konsumen menggunakan pertamax mengalami mesin rusak dan sekarang terkuak kasus korupsi bos Pertamina yang menggunakan oplosan pertalite dijadikan seperti pertamax,’’ ungkap aktivis lingkungan ini.

Sementara itu, pantauan Riau Pos di sejumlah SPBU pada siang dan malam tadi, isu pertamax oplosan ini terlihat mempengaruhi antrean kendaraan. Seperti di SPBU Jalan Kaharuddin Nasution di Marpoyan Damai, tidak terlihat antrean kendaraan kasih terlihat pada pagi hari.

Begitu juga SPBU di Pandau Jaya, tidak terlihat ada antrean di pompa pengisian pertamax pada siang hari. Namun disini hari-hari sebelumnya, sebelum isi pertamax oplosan muncul, bagian pertamax memang sunyi dari kendaraan.

Sementara itu pantauan malam hari di dua SPBU di kawasan Sukajadi juga tidak jauh berbeda. Seperti di SPBU Jalan Dahlia, usai hujan tadi malam, antrean di jalur pertamax sepi.

Hal serupa terlihat di SPBU Jalan Durian, selama 10 menit wartawan di sini sejak pukul 21.00 WIB, hanya dua kendaraan terlihat berhenti BBM jalur pertamax. Hanya saja, pada hari biasapun, jalur pertamax bukan jalur yang “populer” bagi kendaraan yang ingin mengisi BBM disini.

Hal yang sama juga terjadi di Pulau Jawa. Terungkapnya kasus pengoplosan pertalite menjadi pertamax berdampak pada sejumlah SPBU. Di Surabaya, misalnya, antrean pengisian pertamax di beberapa SPBU langsung menurun tajam. Misalnya di salah satu SPBU di kawasan Raya Menganti–Wiyung.

”Sejak kemarin memang sedikit sepi untuk pertamax,” kata Joko, petugas SPBU. Meski demikian, dia tidak menyebutkan secara detail penurunan konsumsi pertamax.

Pantauan JPG, kondisi serupa tampak di SPBU Jalan Raya Lontar. Di sana, yang tampak hanya antrean pengisian pertalite. Jalur untuk pengisian pertamax tampak sepi.

Adrian, warga setempat, mengatakan bahwa dirinya beralih dari pertamax ke pertalite. ”Saya kok merasa ngisi pertamax jadi lebih boros, biasanya kan irit BBM,” ucapnya. Dia juga berencana menjajal BBM di luar produk Pertamina.

Pertamina Klaim Sesuai Spesifikasi

Menanggapi isu yang berkembang di masyarakat dan beberapa media, Pertamina Patra Niaga Subholding Commercial & Trading PT Pertamina (Persero) menegaskan tidak ada pengoplosan Bahan Bakar Minyak (BBM) Pertamax. Kualitas pertamax dipastikan sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkan pemerintah yakni RON 92.

“Produk yang masuk ke terminal BBM Pertamina merupakan produk jadi yang sesuai dengan RON masing-masing, Pertalite memiliki RON 90 dan Pertamax memiliki RON 92. Spesifikasi yang disalurkan ke masyarakat dari awal penerimaan produk di terminal Pertamina telah sesuai dengan ketentuan pemerintah,” ujar Corporate Secretary Pertamina Patra Niaga, Heppy Wulansari, dalam rilisnya kepada Riau Pos, Selasa (25/2).

Heppy melanjutkan, treatment yang dilakukan di terminal utama BBM adalah proses injeksi warna (dyes) sebagai pembeda produk agar mudah dikenali masyarakat. Selain itu juga ada injeksi additive yang berfungsi untuk meningkatkan performance produk pertamax.

Baca Juga:  Sejumlah Pelaku Kejahatan Belum Tertangkap Kapolres Sebut Tingkatkan Patroli

“Jadi bukan pengoplo­san atau mengubah RON. Masyarakat tidak perlu khawatir dengan kualitas pertamax,” jelas Heppy.

Pertamina Patra Niaga melakukan prosedur dan pengawasan yang ketat dalam melaksanakan kegiatan quality control (QC). Distribusi BBM Pertamina juga diawasi oleh Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas).

“Kami menaati prosedur untuk memastikan kualitas dan dalam distribusinya juga diawasi oleh Badan Pengatur Hilir Migas,” tutur Heppy.

Heppy melanjutkan, Pertamina berkomitmen menjalankan tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance/GCG) untuk penyediaan produk yang dibutuhkan konsumen.

Kantor dan Rumah Riza Chalid Digeledah

Kendati Pertamina membantah ada pertamax oplosan, Kejaksaan Agung (Kejagung) tetap melanjutkan proses hukum. Tim penyidik menggeledah sejumlah tempat. Salah satu yang disasar adalah rumah milik pengusaha minyak Riza Chalid (RC). Namun, Kejagung belum menjelaskan kaitan langsung RC dengan kasus korupsi tata kelola minyak mentah dan produk kilang di Pertamina Persero, subholding, dan kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) tahun 2018–2023.

Yang jelas, anak Riza, yakni Muhammad Kerry Adrianto Riza, termasuk satu dari tujuh orang yang ditahan Kejagung. Dalam penggeledahan di rumah Riza, penyidik menemukan uang Rp899 juta dan 89 bundel dokumen yang diduga merupakan bukti kasus tersebut.

Kapuspenkum Kejagung Harli Siregar menuturkan, penyidik telah melakukan empat kali penggeledahan di berbagai tempat. Kemarin (26/2) penyidik juga menggeledah dua tempat. Pertama di Jalan Jenggala, kemudian di Plaza Asia lantai 20. ”Ini rumah dari RC,” paparnya.

Di rumah Jalan Jenggala, penyidik menyita 34 ordner atau map besar yang berisi dokumen. ”Di dalam ordner ada 89 bundel dokumen yang tentu kita harapkan bahwa temuan itu bisa mengungkap, membuat lebih terang tindak pidana yang sekarang sedang disidik,” tegasnya.

Penyidik juga menemukan uang tunai Rp833 juta dan 1.500 dolar AS serta dua central processing unit (CPU). ”CPU ini juga sekarang oleh teman-teman penyidik sedang dibaca, dikaji apakah ada informasi-informasi yang terkait dengan aktivitas dari dugaan tindak pidana yang disangkakan terkait dengan importasi dan seterusnya,” paparnya.

Selanjutnya, untuk kantor Riza Chalid di Plaza Asia, penyidik menyita empat kardus dokumen. ”Penggeledahan masih dilanjutkan karena belum selesai,” ujarnya di Kejagung.

Soal keterlibatan Riza Chalid, dia mengatakan bahwa hal itu masih didalami penyidik. ”Cuma, konteks sekarang bahwa penyidik menduga kuat ada aktivitas terkait dengan sangkaan dugaan tindak pidana korupsi itu, dokumen dan ternyata ada di sana. Nah, itu yang mau dipelajari, dikembangkan,” jelasnya.

Dia juga menanggapi respons publik yang heboh mengenai kasus pertamax oplosan. Menurut dia, semua BBM yang dioplos itu sudah habis. Dia berharap masyarakat tidak berasumsi bahwa pertamax yang beredar saat ini merupakan oplosan. ”Sudah dipakai minyaknya itu,” katanya.(ose/end/azr/jpg)

PEKANBARU dan JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Kasus pengoplosan pertalite menjadi pertamax, selain meru­gi­kan negara juga merugikan masyarakat. Sebagai konsumen, masyarakat yang memiliki kendaraan dan selama ini mengisi BBM jenis pertamax bisa jadi merasakan dampak pada kendaraannya. Karena itu, masyarakat bisa mengajukan class action.

Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Agus Sujatno menuturkan, class action bisa diajukan jika terbukti ada penurunan kualitas BBM yang merugikan konsumen. Bahkan, konsumen juga bisa menuntut ganti rugi.

- Advertisement -

Meski demikian, perlu dilakukan uji laboratorium lebih dulu untuk memastikan penurunan kualitas pertamax. ”Uji laboratorium ini sayangnya berbiaya mahal dan butuh waktu,” paparnya.

Kendati belum ada publikasi resmi tentang hasil uji laboratorium, kejadian itu sangat berpotensi mendegradasi kepercayaan publik pada kualitas bahan bakar yang diproduksi Pertamina. ”Menyikapi dugaan pengoplosan produk pertalite dengan pertamax, YLKI memberikan catatan untuk Kementerian ESDM,” paparnya.

- Advertisement -

Catatan pertama, mendesak Dirjen Migas ESDM mengumumkan hasil inspeksi atau pemeriksaan reguler terkait kualitas BBM produk Pertamina. ”Ini penting agar konsumen mendapatkan informasi yang menyeluruh, akurat, dan konkret,” tegasnya.

YLKI juga mendesak Dirjen Migas melakukan pemeriksaan ulang kualitas BBM Pertamina yang beredar di pasaran. Hal itu diperlukan untuk memastikan ada tidaknya penyimpangan dari standar kualitas yang telah ditetapkan pemerintah. ”Apakah masih sesuai spek atau ada masalah dengan produknya,” terangnya.

Pelanggan Pertamax Bimbang

Sementara itu, pantauan beberapa SPBU di Kota Pekanbaru, terlihat anteran pertamax lengang. Iswadi, seorang pengendara mobil citycar keluaran terbaru, mengaku bimbang dengan isu pertamax oplosan buntut dari tertangkapnya bos Pertamina oleh KPK. Yang dia khawatirkan, apakah akan terus mengisi pertamax atau pindah BBM jenis lain.

‘’Awak selama ini selain ikut aturan pemerintah tak boleh pakai yang subsidi, juga supaya mesin awet. Karena pertamax kan RON 92 lebih bagus kualitasnya. Nah ternyata ada info yang begini. Cuma tadi isi yang turbo, karena yang 92 dah seminggu kosong,’’ kata Iswadi yang mengaku tinggal di Tangkerang Tengah, Pekanbaru ini.

Pria yang berprofesi sebagai pengusaha ini mengaku mengisi pertamax juga untuk mengendarai mobil kecilnya. Namun yang ia juga khawatirkan ketika mengisi Dexlite untuk mobil besarnya, yang ia harap tidak dioplos juga.

Sementara itu seorang pengendara motor besar, Govinda juga mengaku bimbang soal isu Pertamax oplosan ini. Apalagi motor yang ia isi Pertamax saat ini baru ia beli sekitar tiga bulan lalu. Ia ingin pindah ke Pertalite saja, namun bimbang apakah boleh motor dengan kapasitas silinter miliknya boleh isi BBM subsidi.

‘’Orang SPBU ini apa tahu itu pertamax oplosan, bagaimana nasib kami, bayar mahal-mahal ternyata oplosan, bukan RON 92, RON 90 juga,’’ ucap pemuda tinggal di Sukajadi, Pekanbaru ini.

Saat banyak pengguna pertamax menjadi bimbang, seorang warga bernama Riko Kurniawan mengaku malah sudah curiga sejak tahun lalu ketika membaca berita sebuah media nasional. Dalam berita itu ia baca sejumlah kendaraan mengalami kerusakan mesin usai isi BBM jenis pertamax. Peristiwa dimaksudkan Riko terjadi di Jawa.

Baca Juga:  Senayan, Bukan Layaknya Gedung Parlemen, Mirip Shooting Film Perang

‘’Kejadian tahun lalu sebagian konsumen menggunakan pertamax mengalami mesin rusak dan sekarang terkuak kasus korupsi bos Pertamina yang menggunakan oplosan pertalite dijadikan seperti pertamax,’’ ungkap aktivis lingkungan ini.

Sementara itu, pantauan Riau Pos di sejumlah SPBU pada siang dan malam tadi, isu pertamax oplosan ini terlihat mempengaruhi antrean kendaraan. Seperti di SPBU Jalan Kaharuddin Nasution di Marpoyan Damai, tidak terlihat antrean kendaraan kasih terlihat pada pagi hari.

Begitu juga SPBU di Pandau Jaya, tidak terlihat ada antrean di pompa pengisian pertamax pada siang hari. Namun disini hari-hari sebelumnya, sebelum isi pertamax oplosan muncul, bagian pertamax memang sunyi dari kendaraan.

Sementara itu pantauan malam hari di dua SPBU di kawasan Sukajadi juga tidak jauh berbeda. Seperti di SPBU Jalan Dahlia, usai hujan tadi malam, antrean di jalur pertamax sepi.

Hal serupa terlihat di SPBU Jalan Durian, selama 10 menit wartawan di sini sejak pukul 21.00 WIB, hanya dua kendaraan terlihat berhenti BBM jalur pertamax. Hanya saja, pada hari biasapun, jalur pertamax bukan jalur yang “populer” bagi kendaraan yang ingin mengisi BBM disini.

Hal yang sama juga terjadi di Pulau Jawa. Terungkapnya kasus pengoplosan pertalite menjadi pertamax berdampak pada sejumlah SPBU. Di Surabaya, misalnya, antrean pengisian pertamax di beberapa SPBU langsung menurun tajam. Misalnya di salah satu SPBU di kawasan Raya Menganti–Wiyung.

”Sejak kemarin memang sedikit sepi untuk pertamax,” kata Joko, petugas SPBU. Meski demikian, dia tidak menyebutkan secara detail penurunan konsumsi pertamax.

Pantauan JPG, kondisi serupa tampak di SPBU Jalan Raya Lontar. Di sana, yang tampak hanya antrean pengisian pertalite. Jalur untuk pengisian pertamax tampak sepi.

Adrian, warga setempat, mengatakan bahwa dirinya beralih dari pertamax ke pertalite. ”Saya kok merasa ngisi pertamax jadi lebih boros, biasanya kan irit BBM,” ucapnya. Dia juga berencana menjajal BBM di luar produk Pertamina.

Pertamina Klaim Sesuai Spesifikasi

Menanggapi isu yang berkembang di masyarakat dan beberapa media, Pertamina Patra Niaga Subholding Commercial & Trading PT Pertamina (Persero) menegaskan tidak ada pengoplosan Bahan Bakar Minyak (BBM) Pertamax. Kualitas pertamax dipastikan sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkan pemerintah yakni RON 92.

“Produk yang masuk ke terminal BBM Pertamina merupakan produk jadi yang sesuai dengan RON masing-masing, Pertalite memiliki RON 90 dan Pertamax memiliki RON 92. Spesifikasi yang disalurkan ke masyarakat dari awal penerimaan produk di terminal Pertamina telah sesuai dengan ketentuan pemerintah,” ujar Corporate Secretary Pertamina Patra Niaga, Heppy Wulansari, dalam rilisnya kepada Riau Pos, Selasa (25/2).

Heppy melanjutkan, treatment yang dilakukan di terminal utama BBM adalah proses injeksi warna (dyes) sebagai pembeda produk agar mudah dikenali masyarakat. Selain itu juga ada injeksi additive yang berfungsi untuk meningkatkan performance produk pertamax.

Baca Juga:  Seleksi Beasiswa PHR Masuki Tahap Akhir

“Jadi bukan pengoplo­san atau mengubah RON. Masyarakat tidak perlu khawatir dengan kualitas pertamax,” jelas Heppy.

Pertamina Patra Niaga melakukan prosedur dan pengawasan yang ketat dalam melaksanakan kegiatan quality control (QC). Distribusi BBM Pertamina juga diawasi oleh Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas).

“Kami menaati prosedur untuk memastikan kualitas dan dalam distribusinya juga diawasi oleh Badan Pengatur Hilir Migas,” tutur Heppy.

Heppy melanjutkan, Pertamina berkomitmen menjalankan tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance/GCG) untuk penyediaan produk yang dibutuhkan konsumen.

Kantor dan Rumah Riza Chalid Digeledah

Kendati Pertamina membantah ada pertamax oplosan, Kejaksaan Agung (Kejagung) tetap melanjutkan proses hukum. Tim penyidik menggeledah sejumlah tempat. Salah satu yang disasar adalah rumah milik pengusaha minyak Riza Chalid (RC). Namun, Kejagung belum menjelaskan kaitan langsung RC dengan kasus korupsi tata kelola minyak mentah dan produk kilang di Pertamina Persero, subholding, dan kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) tahun 2018–2023.

Yang jelas, anak Riza, yakni Muhammad Kerry Adrianto Riza, termasuk satu dari tujuh orang yang ditahan Kejagung. Dalam penggeledahan di rumah Riza, penyidik menemukan uang Rp899 juta dan 89 bundel dokumen yang diduga merupakan bukti kasus tersebut.

Kapuspenkum Kejagung Harli Siregar menuturkan, penyidik telah melakukan empat kali penggeledahan di berbagai tempat. Kemarin (26/2) penyidik juga menggeledah dua tempat. Pertama di Jalan Jenggala, kemudian di Plaza Asia lantai 20. ”Ini rumah dari RC,” paparnya.

Di rumah Jalan Jenggala, penyidik menyita 34 ordner atau map besar yang berisi dokumen. ”Di dalam ordner ada 89 bundel dokumen yang tentu kita harapkan bahwa temuan itu bisa mengungkap, membuat lebih terang tindak pidana yang sekarang sedang disidik,” tegasnya.

Penyidik juga menemukan uang tunai Rp833 juta dan 1.500 dolar AS serta dua central processing unit (CPU). ”CPU ini juga sekarang oleh teman-teman penyidik sedang dibaca, dikaji apakah ada informasi-informasi yang terkait dengan aktivitas dari dugaan tindak pidana yang disangkakan terkait dengan importasi dan seterusnya,” paparnya.

Selanjutnya, untuk kantor Riza Chalid di Plaza Asia, penyidik menyita empat kardus dokumen. ”Penggeledahan masih dilanjutkan karena belum selesai,” ujarnya di Kejagung.

Soal keterlibatan Riza Chalid, dia mengatakan bahwa hal itu masih didalami penyidik. ”Cuma, konteks sekarang bahwa penyidik menduga kuat ada aktivitas terkait dengan sangkaan dugaan tindak pidana korupsi itu, dokumen dan ternyata ada di sana. Nah, itu yang mau dipelajari, dikembangkan,” jelasnya.

Dia juga menanggapi respons publik yang heboh mengenai kasus pertamax oplosan. Menurut dia, semua BBM yang dioplos itu sudah habis. Dia berharap masyarakat tidak berasumsi bahwa pertamax yang beredar saat ini merupakan oplosan. ”Sudah dipakai minyaknya itu,” katanya.(ose/end/azr/jpg)

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari