JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Beberapa rumah sakit sudah sampai mendirikan tenda untuk melayani pasien Covid-19. Kekhawatiran terkait obat dan oksigen juga muncul. Di antara RS yang merasakan tingginya angka pasien Covid-19 adalah jaringan Siloam Hospitals. Di antaranya di RS Siloam Hospitals Kelapa Dua, Tangerang, Banten. Data di aplikasi Siranap Kemenkes per 25 Juni 2021, dari 28 tempat tidur ICU sudah terisi penuh. Sementara itu dari 206 tempat tidur isolasi tanpa tekanan negatif, hanya tersisa tujuh tempat tidur.
Begitupun di RS Siloam Mampang, Jakarta Selatan, seluruh ruangan yang digunakan untuk pasien Covid-19 terisi penuh. Di rumah sakit ini disiapkan 12 tempat tidur ICU tekanan negatif dengan ventilator, 15 tempat tidur ICU tekanan negatif tanpa ventilator, dan 128 tempat tidur isolasi tekanan negatif.
Kondisi serupa juga terjadi di RS Siloam Hospitals Surabaya. Seluruh ruangan yang disiapkan untuk pasien Covid-19 di rumah sakit ini penuh. Di rumah sakit ini tersedia 37 tempat tidur untuk pasien Covid-19. Perinciannya adalah 5 tempat tidur ICU tekanan negatif dengan ventilator, 7 tempat tidur ICU tekanan negatif tanpa ventilator, 17 tempat tidur isolasi tekanan negatif, dan 8 tempat tidur IGD khusus pasien Covid-19.
Deputy President Director PT Siloam International Hospitals Caroline Riady mengatakan kasus Covid-19 memang meningkat dalam beberapa hari terakhir. Kondisi itu membuat rumah sakit yang melayani pasien Covid-19 kedatangan banyak pasien. Bahkan banyak rumah sakit yang sudah penuh kapasitasnya. ’’Kami tidak pernah lengah akan situasi saat ini,’’ katanya.
Caroline mengatakan sejak awal mereka mendukung penuh pemerintah dalam penanggulangan pandemi Covid-19. Seluruh jaringan Siloam Hospitals yang berjumlah 40 unit RS berupaya mengantisipasi lonjakan pasien Covid-19. Diantaranya dengan menambah jumlah tempat tidur pasien. Selain itu juga melakukan pelatihan ICU bagi tenaga kesehatan, peningkatakan pasokan ketersediaan oksigen, mendatangkan tenaga kesehatan ke daerah yang mengalami lonjakan jumlah pasien.
’’Selain itu juga meningkatkan kapasitas jumlah testing Covid-19 bagi masyarakat,’’ paparnya.
Dia menjelaskan Siloam Hospitals Kelapa Dua dan Mampang memang ditetapkan sebagai RS rujukan pasien Covid-19. Untuk itu manajemen sudah meningkatkan kapasitas kedua RS tersebut menjadi lebih dari 400 tempat tidur. Dia menegaskan siap untuk terus meningkatkan kapasitas untuk mengantisipasi lonjakan pasien Covid-19 ke depannya.
Selain itu mereka juga mengalokasikan anggaran untuk memenuhi kebutuhan APD bagi para tenaga kesehatan. Selain itu juga melakukan tes Covid-19 secara rutin bagi karyawan, dokter, dan perawat. Dia berharap masyarakat lebih disiplin dalam menerapkan protokol kesehatan. Sebab dengan kedisiplinan tersebut, bisa mencegah peningkatan kasus Covid-19 di Indonesia.
Caroline juga menjelaskan ketika ada lebih dari satu unit RS Siloam di satu kota, maka ditetapkan satu unit untuk rujukan Covid-19 dan satunya lagi sebagai RS non Covid-19. Tujuannya supaya bisa dilakukan pembatasan yang lebih ketat antara pasien Covid-19 dan non Covid-19. Sehingga pelayanan terhadap pasien non Covid-19 yang membutuhkan perhatian khusus tetap bisa dijalankan. Misalnya untuk pasien serangan jantung, aneurisme, ibu yang bersalin, dan sejenisnya.
Ketua IDI Jawa Barat dr Eka Mulyana SpOT pada kesempatan lain membeberkan bahwa tingkat keterisan tempat tidur untuk pasien Covid-19 di Jawa Barat sudah lebih dari 90 persen. Bahkan beberapa rumah sakit yang keterisian tempat tidur lebih dari 100 persen. "Bahkan 103 persen (rumah sakit) di pusat Kota Bandung," ungkapnya. Ini jauh dari standar dari WHO.
Beban sistem kesehatan masih terus tertekan aliran pasien baru yang masuk ke rumah-rumah sakit maupun tempat-tempat isolasi terpusat. Meski demikian, Perhimpunan Rumah Sakit Indonesia (PERSI) menyatakan bahwa sampai saat ini kondisi masih terkendali.
Sekretaris Jenderal PERSI Lia G Partakusuma mengungkapkan bahwa pada umumnya rumah rumah sakit se Indonesia menyiapkan stok hingga 3 bulan kedepan. Seperti obat-obatan dan APD. Khusus ventilator, kondisinya berbeda di berbagai rumah sakit. "Kalau dia RS besar dengan ICU cukup banyak ventilator sudah disediakan sesuai kapasitas," jelas Lia, kemarin (25/6).
Beberapa permasalahan memang sempat muncul. Utamanya yang berkaitan dengan tabung oksigen habis pakai yang belum bisa menyesuaikan kondisi membeludaknya pasien. Lia menggambarkan beberapa RS misalnya memiliki tabung oksigen yang terpasang di outlet di masing-masing kamar.
Kemudian ada oksigen cadangan berbentuk portable yang bisa didorong untuk dipindah tempatkan. Sementara itu, kondisi pasien yang terus bertambah membuat beberapa harus ditempatkan di lorong-lorong rumah sakit. "Otomatis tidak bisa pakai yang outlet. Pakai yang stand by (portable,red) ini," paparnya.
Lia menyebut beberapa RS di beberapa provinsi melaporkan bahwa mereka kurang cepat mendapatkan suplai oksigen. Tabung yang sudah habis terpakai harus ditukar dengan yang baru. "Biasanya 2 hari sekali RS mendapatkan pasokan oksigen cair. Sekarang ini mereka mintak tiap hari," jelasnya.
Kondisi ini sempat membuat kondisi kekurangan oksigen. Namun kata Lia pemerintah setempat sudah bergerak cepat selama 2 hari terakhir. Berkoordinasi dengan pemasok untuk mempercepat mobilisasi dari kota-kota besar ke kota kota kecil yang membutuhkan.