Selera Makan Hilang, Tidak Menyangka Tertular

Awalnya ia tidak menyangka bakal terpapar Covid-19. Hanya flu, batuk dan demam biasa. Setelah minum obat, biasanya langsung sembuh. Namun sakitnya kali ini beda. Obat diminum, tapi tak kunjung sembuh. Indera penciuman tak berfungsi normal, nafsu makanpun menjadi hilang selera. Tanda-tanda terjangkit Covid-19?

Laporan LISMAR SUMIRAT, Pekanbaru

- Advertisement -

Malam kian pekat. Halomoan Tampubolon, Kamis (15/4) malam memacu laju kendaraan roda empat miliknya. Ia ingin segera tiba di kediamannya. Sesekali ia flu dan batuk. Setibanya di rumah, ia langsung mandi. Dilanjutkan makan malam. Tiba-tiba sekujur tubuhnya mendadak mengigil. Panas dingin.

Ia berinisiatif memeriksa suhu tubuh menggunakan thermometer di rumahnya. Setelah dicek suhu tubuhnya merangkang naik menjauhi suhu tubuh normal manusia. 38 derajat celcius. "Indera penciuman masih normal. Sedikitpun belum terpikir, saya bakal terserang Covid-19," ucap Halomoan, Senin (24/5).

- Advertisement -

Keesok harinya ketika bangun tidur, ia merasa lapar. Sangat lapar dari biasanya. Namun ketika mencoba mencicipi makanan yang sudah disajikan istrinya justru selera makannya mendadak hilang. Sekujur tubuhnya seperti mendadak hilang tenaga.

"Seumur hidup aku orangnya yang tak pernah tidak  selera makan. Meski dalam keadaan sakit apapun namanya, makan tetap berselera. Namun entah mengapa tiba-tiba selera makan hilang," ungkapnya.

Bapak dua anak ini berusaha menggerakkan badannya perlahan. Ia kembali ke kamarnya dan memutuskan istirahat total. "Sampai saat itu belum ada kepikiran untuk menjalani tes Covid-19," sebutnya.

Jelang siang,  ia  kembali dilanda rasa lapar. Ia mencoba bangkit dari kasur, menggerak-gerakkan tubuh agar kembali normal. Setelah merasa mulai fit, ia langsung bergerak mandi supaya lebih segar.

Lalu, makan. Namun ia merasa tubuhnya masih kurang fit, lemas dan meriang. Seperti biasa setiap diserang penyakit itu, ia langsung mengonsumsi obat paracetamol, obat flu serta obat batuk. Setelah mengkonsumsi obat langsung kembali tidur.

"Keesok harinya (Sabtu, 17/4, red), badan terasa agak lebih fit. Saya hanya berasumsi cuma batuk, flu dan pilek saja. Lalu, saya bertemu klien pukul 15.00 WIB di salah satu cafe resto. Setelah klien pulang, saya masih bersantai sekitar satu jam di tempat tersebut. Tubuh saya tiba-tiba kembali mengigil, suhu tubuh panas. Sakit tak kunjung sembuh, saya mulai curiga jangan-jangan saya terserang Covid-19," tuturnya.

Lalu, dia buru-buru pulang ke rumah. Langsung mandi. Tubuh kedinginan, mencret tapi tapi tidak mual ataupun pusing. Ia mencoba menyemprotkan parfum ke pakaian, namun aroma wanginya tidak tercium. Ia juga menyemprotkan parfum ke wajah agar terkena hidung. Namun tetap saja indera penciumannya tidak berfungsi normal. Ia tetap berpikir positif, dan bernyanyi kecil sambil pergi ke dapur untuk makan.

Ia kian curiga bila tertular Covid-19. Ia mulai tidak sekamar dengan istri dan anaknya. Kian malam badannya semakin lemah. Panas dan mengigil. Ia pun memberitahukan kondisinya tersebut kepada sang istri. Rencananya di pergantian malam itu ia hendak mengecek kesehatannya ke rumah sakit. Namun ditunda, atas saran istrinya untuk ke rumah sakit besok pagi.

Dugaannya ternyata benar. Setelah menjalani rapid antigen di RS Syafira Pekanbaru, Ahad (18/4), ia divonis tertular Covid-19. "Jujur saja, 15 menit pertama saya panik dan agak ketakutan. Saya memikirkan bagaimana anak-anak, istri dan asisten rumah tangga apakah mereka terpapar juga?" ujarnya.

Halomoan menginformasikan kabar tersebut ke istrinya. Anjuran istrinya, ia lanjutkan dengan menjalani test swab PCR di RS Awal Bros Ahmad Yani Pekanbaru. Hasil tesnya baru keluar dalam kurun waktu 1×24 jam. Setelah itu, ia kembali pulang ke rumah. Setiba di rumah tetap terpisah dari istri dan anak-anaknya. Batuk, pilek dan indra penciuman hilang semakin melanda. Badan meriang dan batuk berdahak kian bertambah.

Keesok harinya, ia mendapat informasi via Whatsapp (WA) hasil swab PCR dirinya positif Covid-19. Lalu, istri, dua anak berusia 8 tahun dan 3 tahun serta asisten rumah tangganya juga menjalani pemeriksanaan di RS Awal Bros Ahmad Yani.

"Rabu (20/4) hasil tes mereka juga positif. Kami sekeluarga terpapar Covid-19. Kalau saya ada gejala, tapi istri, anak-anak dan asisten rumah tangga tanpa gejala," ucapnya

Dokter menyarankan keluarga ini isolasi ketat di rumah saja. Dokter meresepkan obat-obatan dan multivitamin untuk dikonsumsi setiap hari. "Saya berinisiatif menginformasikan kondisi kami ke ketua RT. Siapa saja yang berinteraksi sepekan terakhir dengan saya juga sudah ditelepon agar mereka waspada. Saya sangat bersyukur setiap orang yang saya telepon semua kondisinya baik-baik saja dan tidak terpapar sama sekali," terangnya.

Hari-hari menjalani isolasi mandiri di rumah, kondisi batuk, flu dan pilek Halomoan semakin parah. Bahkan batuk bercampur darah hitam kecoklatan. Namun demam dan meriang agak mulai menurun intensitasnya. Selama isolasi mandiri di rumah, keluarga ini menjalani pola hidup sehat. Berjemur di bawah sinar matahari selama 15 menit pagi dan sore.

Makanan bergizi, minum obat dan multivitamin. "Satu hal yang paling penting adalah harus wajib positif thingking. Kami berdoa, bernanyi, nonton film komedi sehingga jauh dari stres. Bersyukur dan berterima kasih banyak teman-teman yang mengantar sembako dan makanan setiap harinya," ujarnya.

Dua hari menjalani isolasi di rumah, indera penciuman Halomoan kembali normal. Sebaliknya, istri dan asisten rumah tangganya mulai mengalami kehilangan indera penciuman dan sering flu. Namun kondisi keduanya tidak separah Halomoan. Tiga hari kemudian, indera penciuman istri dan asisten rumah tangganya kembali normal.

"Kondisi saya juga semakin sehat dan bugar. Batuk bercampur dahak juga tidak ada lagi. Anak-anak dari awal semua sehat tanpa ada kelihatan sakit sedikitpun. Tetap aktif bermain di rumah," katanya.

Setelah menjalani 14 hari isolasi mandiri di rumah, keluarga ini kembali menjalani swab PCR. Hasilnya semua negatif. Kondisi setelah tes swab negatif, mereka masih dianjurkan dokter utk tetap di isolasi mandiri di rumah selama empat hari lagi.

"Puji syukur kepada Tuhan Yang maha Esa. Kami sekeluarga sudah bisa beraktivitas kembali dan tetap melakukan prokes ketat. Tetap memakai masker saat beraktivitas di luar rumah, mencuci tangan dengan sabun, menjaga jarak dan menghindari kerumunan. Tetap berolahraga dan jalankan pola hidup sehat," ucapnya.***

Awalnya ia tidak menyangka bakal terpapar Covid-19. Hanya flu, batuk dan demam biasa. Setelah minum obat, biasanya langsung sembuh. Namun sakitnya kali ini beda. Obat diminum, tapi tak kunjung sembuh. Indera penciuman tak berfungsi normal, nafsu makanpun menjadi hilang selera. Tanda-tanda terjangkit Covid-19?

Laporan LISMAR SUMIRAT, Pekanbaru

Malam kian pekat. Halomoan Tampubolon, Kamis (15/4) malam memacu laju kendaraan roda empat miliknya. Ia ingin segera tiba di kediamannya. Sesekali ia flu dan batuk. Setibanya di rumah, ia langsung mandi. Dilanjutkan makan malam. Tiba-tiba sekujur tubuhnya mendadak mengigil. Panas dingin.

Ia berinisiatif memeriksa suhu tubuh menggunakan thermometer di rumahnya. Setelah dicek suhu tubuhnya merangkang naik menjauhi suhu tubuh normal manusia. 38 derajat celcius. "Indera penciuman masih normal. Sedikitpun belum terpikir, saya bakal terserang Covid-19," ucap Halomoan, Senin (24/5).

Keesok harinya ketika bangun tidur, ia merasa lapar. Sangat lapar dari biasanya. Namun ketika mencoba mencicipi makanan yang sudah disajikan istrinya justru selera makannya mendadak hilang. Sekujur tubuhnya seperti mendadak hilang tenaga.

"Seumur hidup aku orangnya yang tak pernah tidak  selera makan. Meski dalam keadaan sakit apapun namanya, makan tetap berselera. Namun entah mengapa tiba-tiba selera makan hilang," ungkapnya.

Bapak dua anak ini berusaha menggerakkan badannya perlahan. Ia kembali ke kamarnya dan memutuskan istirahat total. "Sampai saat itu belum ada kepikiran untuk menjalani tes Covid-19," sebutnya.

Jelang siang,  ia  kembali dilanda rasa lapar. Ia mencoba bangkit dari kasur, menggerak-gerakkan tubuh agar kembali normal. Setelah merasa mulai fit, ia langsung bergerak mandi supaya lebih segar.

Lalu, makan. Namun ia merasa tubuhnya masih kurang fit, lemas dan meriang. Seperti biasa setiap diserang penyakit itu, ia langsung mengonsumsi obat paracetamol, obat flu serta obat batuk. Setelah mengkonsumsi obat langsung kembali tidur.

"Keesok harinya (Sabtu, 17/4, red), badan terasa agak lebih fit. Saya hanya berasumsi cuma batuk, flu dan pilek saja. Lalu, saya bertemu klien pukul 15.00 WIB di salah satu cafe resto. Setelah klien pulang, saya masih bersantai sekitar satu jam di tempat tersebut. Tubuh saya tiba-tiba kembali mengigil, suhu tubuh panas. Sakit tak kunjung sembuh, saya mulai curiga jangan-jangan saya terserang Covid-19," tuturnya.

Lalu, dia buru-buru pulang ke rumah. Langsung mandi. Tubuh kedinginan, mencret tapi tapi tidak mual ataupun pusing. Ia mencoba menyemprotkan parfum ke pakaian, namun aroma wanginya tidak tercium. Ia juga menyemprotkan parfum ke wajah agar terkena hidung. Namun tetap saja indera penciumannya tidak berfungsi normal. Ia tetap berpikir positif, dan bernyanyi kecil sambil pergi ke dapur untuk makan.

Ia kian curiga bila tertular Covid-19. Ia mulai tidak sekamar dengan istri dan anaknya. Kian malam badannya semakin lemah. Panas dan mengigil. Ia pun memberitahukan kondisinya tersebut kepada sang istri. Rencananya di pergantian malam itu ia hendak mengecek kesehatannya ke rumah sakit. Namun ditunda, atas saran istrinya untuk ke rumah sakit besok pagi.

Dugaannya ternyata benar. Setelah menjalani rapid antigen di RS Syafira Pekanbaru, Ahad (18/4), ia divonis tertular Covid-19. "Jujur saja, 15 menit pertama saya panik dan agak ketakutan. Saya memikirkan bagaimana anak-anak, istri dan asisten rumah tangga apakah mereka terpapar juga?" ujarnya.

Halomoan menginformasikan kabar tersebut ke istrinya. Anjuran istrinya, ia lanjutkan dengan menjalani test swab PCR di RS Awal Bros Ahmad Yani Pekanbaru. Hasil tesnya baru keluar dalam kurun waktu 1×24 jam. Setelah itu, ia kembali pulang ke rumah. Setiba di rumah tetap terpisah dari istri dan anak-anaknya. Batuk, pilek dan indra penciuman hilang semakin melanda. Badan meriang dan batuk berdahak kian bertambah.

Keesok harinya, ia mendapat informasi via Whatsapp (WA) hasil swab PCR dirinya positif Covid-19. Lalu, istri, dua anak berusia 8 tahun dan 3 tahun serta asisten rumah tangganya juga menjalani pemeriksanaan di RS Awal Bros Ahmad Yani.

"Rabu (20/4) hasil tes mereka juga positif. Kami sekeluarga terpapar Covid-19. Kalau saya ada gejala, tapi istri, anak-anak dan asisten rumah tangga tanpa gejala," ucapnya

Dokter menyarankan keluarga ini isolasi ketat di rumah saja. Dokter meresepkan obat-obatan dan multivitamin untuk dikonsumsi setiap hari. "Saya berinisiatif menginformasikan kondisi kami ke ketua RT. Siapa saja yang berinteraksi sepekan terakhir dengan saya juga sudah ditelepon agar mereka waspada. Saya sangat bersyukur setiap orang yang saya telepon semua kondisinya baik-baik saja dan tidak terpapar sama sekali," terangnya.

Hari-hari menjalani isolasi mandiri di rumah, kondisi batuk, flu dan pilek Halomoan semakin parah. Bahkan batuk bercampur darah hitam kecoklatan. Namun demam dan meriang agak mulai menurun intensitasnya. Selama isolasi mandiri di rumah, keluarga ini menjalani pola hidup sehat. Berjemur di bawah sinar matahari selama 15 menit pagi dan sore.

Makanan bergizi, minum obat dan multivitamin. "Satu hal yang paling penting adalah harus wajib positif thingking. Kami berdoa, bernanyi, nonton film komedi sehingga jauh dari stres. Bersyukur dan berterima kasih banyak teman-teman yang mengantar sembako dan makanan setiap harinya," ujarnya.

Dua hari menjalani isolasi di rumah, indera penciuman Halomoan kembali normal. Sebaliknya, istri dan asisten rumah tangganya mulai mengalami kehilangan indera penciuman dan sering flu. Namun kondisi keduanya tidak separah Halomoan. Tiga hari kemudian, indera penciuman istri dan asisten rumah tangganya kembali normal.

"Kondisi saya juga semakin sehat dan bugar. Batuk bercampur dahak juga tidak ada lagi. Anak-anak dari awal semua sehat tanpa ada kelihatan sakit sedikitpun. Tetap aktif bermain di rumah," katanya.

Setelah menjalani 14 hari isolasi mandiri di rumah, keluarga ini kembali menjalani swab PCR. Hasilnya semua negatif. Kondisi setelah tes swab negatif, mereka masih dianjurkan dokter utk tetap di isolasi mandiri di rumah selama empat hari lagi.

"Puji syukur kepada Tuhan Yang maha Esa. Kami sekeluarga sudah bisa beraktivitas kembali dan tetap melakukan prokes ketat. Tetap memakai masker saat beraktivitas di luar rumah, mencuci tangan dengan sabun, menjaga jarak dan menghindari kerumunan. Tetap berolahraga dan jalankan pola hidup sehat," ucapnya.***

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya