PAGAR ALAM (RIAUPOS.CO) — ’’Tolong, tolong Om, kami di bawah, tolooong…’’ Aisyah berteriak sekencang-kencangnya. Bocah 9 tahun itu nyaris terseret arus air. Tangan mungilnya berpegangan pada akar pohon yang menggelayut di bibir sungai. Teriakan Aisyah disusul teriakan-teriakan histeris lain. Semua berharap pertolongan. Mereka adalah para penumpang Bus Sriwijaya yang jatuh ke jurang di Liku Lematang, Kecamatan Dempo Tengah, Kota Pagar Alam, Senin tengah malam (23/12). Kecelakaan itu merenggut 28 nyawa. Aisyah adalah satu di antara 13 penumpang bus yang selamat.
Aisyah tidak bepergian sendiri. Dia ditemani neneknya, Hasanah (52). Mereka berangkat dari Bengkulu dengan tujuan Palembang. Mereka duduk di kursi baris keempat dari belakang. Hasanah sebenarnya sudah biasa bepergian jauh. Namun, perjalanan malam itu sungguh terasa janggal bagi dia. Sejak berangkat, bus yang dia tumpangi mengalami beberapa kali masalah. Semula, bus tersebut ditabrak mobil travel minibus.
’’Sopirnya sempat bertengkar,’’ ungkap Hasanah kepada wartawan Sumeks (JPG) di RSUD Besemah Pagar Alam. Saat diwawancarai, Hasanah tampak lemas. Dia terbaring di ranjang dengan infus menancap di tangan kiri. Hasanah melanjutkan ceritanya. Pertengkaran sopir bus dengan sopir mobil travel itu tidak berlangsung lama. Mereka akhirnya sepakat berdamai. Bus kembali melaju. Hasanah dan cucunya lalu tidur.
Beberapa jam kemudian, Hasanah merasakan guncangan keras. Kursinya bagaikan terangkat. Ternyata, bus terperosok ke selokan. ’’Bus hampir terbalik. Semua penumpang akhirnya turun,’’ ujarnya. Waktu itu bus berada di kawasan Pendopo, Kabupaten Empat Lawang.
Beberapa pengendara yang melintas pun membantu. Bus akhirnya bisa kembali ke badan jalan. Perjalanan berlanjut lagi. Langit makin gelap. Bulan tertutup mendung. ’’Saya dan Aisyah sudah tidak bisa tidur. Kami bercanda terus sampai malam,’’ katanya.
Sekitar pukul 23.00, Hasanah merasa bus melaju sangat kencang. Perasaannya kembali tidak enak. ’’Rasanya sopir ngebut,’’ ucap Hasanah.
Tidak lama kemudian, kekhawatiran Hasanah terbukti. Dia merasakan benturan keras. Lalu, bus terasa meluncur ke bawah dengan kencang. Hasanah tak sempat mengingat situasi di dalam bus saat itu. Yang dia tahu, tiba-tiba tubuhnya basah. Ternyata, bus masuk ke jurang yang dasarnya berupa sungai.
’’Arusnya kencang. Saya pegang Aisyah kuat,’’ ungkapnya.
Hasanah melihat beberapa penumpang yang selamat berhasil memecah kaca bus. Dia dan Aisyah akhirnya bisa keluar dari bus melalui jendela yang pecah itu.
’’Dari situ, kami berpegangan ke batang (pohon). Kalau tidak, kami bisa hanyut karena air sungai sangat deras,’’ jelasnya.
Hasanah, Aisyah, dan para penumpang yang selamat akhirnya berteriak-teriak meminta pertolongan. Namun, suara mereka tak sampai ke atas. Maklum, kedalaman jurang itu sekitar 80 meter. ’’Kami teriak-teriak terus. Belum ada yang nolong karena kejadiannya malam,’’ ungkapnya.
Beberapa puluh menit kemudian, barulah pertolongan datang. Hasanah dan seluruh penumpang yang berhasil dievakuasi langsung dilarikan ke rumah sakit.
Separuh Badan Bus Tenggelam
Hingga pukul 20.00 malam tadi, Basarnas Palembang menyatakan bahwa korban meninggal yang bisa dievakuasi mencapai 28 orang. Selanjutnya, korban luka ada 13 orang. Jumlah korban diyakini bertambah. Sebab, bus tersebut mengangkut 54 penumpang. Artinya, ada 13 penumpang yang belum ditemukan. Namun, karena kondisi lokasi yang tidak memungkinkan, pencarian tadi malam dihentikan. Pagi ini, sekitar pukul 07.00, pencarian korban dilanjutkan lagi.
Humas Kantor SAR Kelas B Palembang Rio Taufan menyatakan, korban meninggal dan selamat dibawa ke RSUD Besemah Pagar Alam untuk diidentifikasi. Informasinya, bus yang sopiri Fery itu sebenarnya akan mengangkut 27 penumpang. Namun, dalam perjalanan, jumlah penumpang menjadi 54 orang. (ald/c22/oni/jpg)