Senin, 15 Juli 2024

Guru yang Tak Ingin Menggurui

Riau kehilangan salah satu tokoh besar di dunia pendidikan. Dia adalah Soemardi Taher. Pria kelahiran Kuantan Singingi itu berpulang, Kamis (24/3) di Pekanbaru.

Laporan HENDRAWAN dan SOLEH SAPUTRA, Pekanbaru

- Advertisement -

SEMPAT dirawat di salah satu rumah sakit swasta di Pekanbaru, Mantan Anggota DPD RI dan Mantan Sekretaris Jenderal (Sekjen) Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Pusat ini mengembuskan napas terakhirnya saat senja di langit Kota Bertuah. Almarhum disemayamkan di rumah duka, di Jalan Indrapuri, Tenayan Raya Pekanbaru dan dijadwalkan dimakamkan hari ini (25/3).

Sejumlah tokoh menyampaikan duka mendalam dan mengucapkan rasa kehilangan besar atas sosok seorang guru sejati yang konsisten berjuang untuk Bumi Lancang Kuning. Tidak hanya pada pembangunan sumber daya manusia (SDM), tapi juga pada pembangunan daerah. Menjalani karir dari perkampungan di Kuantan Singingi (Kuansing), seperti disebutkan tokoh masyarakat Kuansing Edyanus Herman Halim, Soemardi meniti jalan sebagai pendidik dari dasar sekali.

Menurut Edyanus, Soemardi merupakan pejuang daerah yang konsisten. Itu dimulai sejak masih jadi guru di kampung, sampai menjelma menjadi tokoh pendidikan yang diakui nasional. Konsistensi itu terjaga sampai di hari senjanya.

- Advertisement -

"Beliau selalu mendorong generasi muda agar memiliki integritas. Beliau berjuang dari bawah sekali, hingga ini menjadi sebuah teladan. Jika kita ingin sukses maka perlu gigih dalam berjuang dan konsisten, dari manapun berasal. Beliau ini dari kampung tapi karena gigih beliau berhasil. Sampai akhir hayat konsisten, semangat, menyampaikan hal-hal yang baik," ujar Edyanus bercerita.

Edyanus ingat betul bagaimana suatu kali dalam sebuah forum, dirinya diingatkan oleh Soemardi. Menurutnya waktu itu Soemardi marah, padahal Edyanus yang merupakan ekonom senior Unri ini merupakan pemimpin rapat, membahas hal penting yang berkaitan dengan permasalahan serius di Kuansing. Namun Soemardi adalah seorang yang konsisten, memarahi hanya untuk mendidik.

"Saya sempat memotong omongan beliau, karena saya yang pimpin rapat. Tapi dia fair, secara pribadi tidak ada masalah, tapi perbuatan saya yang salah dia kritisi. Itu menunjukkan, bagaimana dia dulu seorang guru, tetap konsisten menjadi guru, mendidik siapa pun untuk menjadi lebih baik," kata Edyanus yang kini juga merupakan salah seorang tokoh adat di Kuansing.

Soal konsistensinya mendorong kemajuan daerah tidak diragukan lagi. Seperti disebutkan Abu Bakar, politikus asal Kuansing yang juga pernah duduk sebagai Anggota DPRD Riau. Menurutnya Soemardi tidak pernah dikalahkan oleh usianya. Pada usia senja, 70-an tahun, Soemardi yang juga tercatat di Ikatan Keluarga Baserah Pekanbaru, tetap aktif memberikan sumbangsih dan masukan untuk kemajuan daerah.

Baca Juga:  Mantan Raja Belgia Albert II Akui Anaknya Hasil Selingkuh

"Kami kehilangan tokoh besar, di bidang pendidikan dan juga politik, pernah menjadi anggota DPD RI pertama di Riau, jati diri sebagai guru tidak pernah luntur. Dirinya banyak memberikan masukan. Soemardi adalah seorang guru yang tidak menggurui," kata dia.

Dalam mendidik, lanjut Abu Bakar, juga dalam menyampaikan pokok pikiran dan nasehat, justru Soemardi lebih banyak mengajak berdialog. Hingga dirinya bisa merasa sangat dekat dengan Soemardi, walaupun umur almarhum sangat jauh diatasnya.

"Beliau ini kebapakannya ada, tapi pada satu sisi, saat memberikan masukan dan nasehat terutama kepada anak muda, beliau bisa dekat seperti seorang kawan," kata Abu Bakar.

Namun Abu Bakar melihat Soemardi merupakan seorang yang punya prinsip dan juga seorang individu yang berpegang teguh pada prinsip-prinsip kebenaran. Apapun masukan, kritikan serta kepada siapa hal itu diarahkannya, tetap kental dengan semangat mendidik dan membangun, yang sesuai serta selaras dengan nilai-nilai yang dianut masyarakat Riau.

Sangat Pandai Menghargai Orang
Kenangan Soemardi semasa hidup juga diceritakan oleh Guru Besar UIN Suska Riau Prof Dr Alaidin Koto. Alaidin sebagai seorang guru besar yang produktif mengenal Soemardi sebagai guru yang punya komitmen tinggi, terutama pada pendidikan di Riau. Sebagai seorang tokoh besar, senior, Alaidin begitu mengenang Soemardi yang menurutnya seorang yang punya kepribadian sangat santun dan sangat pandai menghargai orang.

Alaidin mengaku kaget ketika mendapat kabar Soemardi berpulang. Ingatannya menerawang jauh ketika pada suatu waktu, dirinya menulis tentang Soemardi. Tulisan itu dibaca oleh Soemardi sendiri, terkesan lalu datang ingin menemui Alaidin karena tulisan itu. Bahkan Soemardi berkali-kali datang ke rumahnya hanya untuk mengucapkan terima kasih atas tulisan tersebut.

"Saya sebenarnya malu. Beliau sangat menghargai orang, buktinya beberapa kali beliau datang ke rumah saya hanya untuk mengucapkan rasa terima kasih. Sudah dua tahun tulisan itu keluar, dia masih ke rumah mengantarkan hadiah tanda terima kasih. Saya menjadi malu juga mengapa beliau besar sekali rasa terima kasihnya atas tulisan itu dengan berulang-ulang datang ke rumah," kata Alaidin.

Baca Juga:  Simpati Mendalam Wali Kota Bern Graffenried untuk Ridwan Kamil

Alaidin merasa, tulisan yang dibuatnya soal Soemardi itu sama seperti tulisan lain yang pernah ditulisnya. Yaitu sebuah tulisan yang ditulis sesuai apa yang dia lihat dan rasakan. Namun dirinya tidak menyangka seorang tokoh pendidikan, usianya jauh lebih tua, bahkan pernah duduk di Senayan, justru Soemardi merupakan seorang berkepribadian yang sangat rendah hati dan pandai menghargai.

"Saya melihat, itulah salah satu sifat yang seharusnya kita punya, sifat jiwa besar seorang tokoh. Walaupun pernah menjadi Ketua PGRI Riau, Sekjen PGRI bahkan anggota DPD RI, tapi karakter dan sifat dasar seorang gurunya tidak pernah hilang. Tetap merunduk, tetap merendah. Ini mengapa saya katakan, kita kehilangan tokoh besar dan seorang pemikir dari Riau," sebut Alaidin.

Alaidin juga menyebutkan, Riau saat ini sudah berangsur kehilangan tokoh besarnya yang punya komitmen kuat dan konsisten memberikan masukan untuk kemajuan daerah. Dengan berpulang Soemardi, dirinya berharap hendaknya generasi muda dapat membaca-baca lagi kepribadian tokoh-tokoh di Riau untuk melihat karakter besar itu. Anak muda bisa meniru, bisa menjadikannya cermin.

"Beliau pergi, sudah berbuat. Nah kita berbuat apa," tutupnya.

Gubri Turut Berduka
Gubernur Riau (Gubri) H Syamsuar menyampaikan duka cita mendalam atas meninggalnya tokoh pendidikan Riau, Soemardhi Thaher.

"Atas nama Pemerintah Provinsi Riau, saya menyampaikan duka cita yang sangat mendalam atas meninggalnya Bapak Soemardhi Thaher," ucap Gubri melalui sambungan telepon.

Gubri yang sedang di Bali mengikuti rapat terbatas dengan Presiden RI merasa sangat kehilangan seorang tokoh yang selama ini menjadi kebanggaan Riau.

"Almarhum salah seorang putra terbaik Riau. Beliau adalah tokoh pendidikan yang pantas jadi teladan kita semua," ucap Gubri, seraya menambahkan bahwa jasa-jasa almarhum untuk kemajuan pendidikan khususnya di Bumi Melayu Lancang Kuning patut dikenang dan diapresiasi," katanya.

Gubri mendoakan almarhum mendapat tempat yang terbaik di sisi Allah SWT. "In sya Allah almarhum husnul khotimah. Dan kita juga mendo’akan keluarga yang ditinggal diberi kesabaran" sambungnya.

Gubri juga menyebut bahwa almarhum pernah menjadi anggota DPD RI, yang memperjuangkan aspirasi masyarakat Riau di tingkat pusat.  

"Jasa-jasa almarhum banyak sekali untuk Riau," ucap Gubri.(ted)

 

Riau kehilangan salah satu tokoh besar di dunia pendidikan. Dia adalah Soemardi Taher. Pria kelahiran Kuantan Singingi itu berpulang, Kamis (24/3) di Pekanbaru.

Laporan HENDRAWAN dan SOLEH SAPUTRA, Pekanbaru

SEMPAT dirawat di salah satu rumah sakit swasta di Pekanbaru, Mantan Anggota DPD RI dan Mantan Sekretaris Jenderal (Sekjen) Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Pusat ini mengembuskan napas terakhirnya saat senja di langit Kota Bertuah. Almarhum disemayamkan di rumah duka, di Jalan Indrapuri, Tenayan Raya Pekanbaru dan dijadwalkan dimakamkan hari ini (25/3).

Sejumlah tokoh menyampaikan duka mendalam dan mengucapkan rasa kehilangan besar atas sosok seorang guru sejati yang konsisten berjuang untuk Bumi Lancang Kuning. Tidak hanya pada pembangunan sumber daya manusia (SDM), tapi juga pada pembangunan daerah. Menjalani karir dari perkampungan di Kuantan Singingi (Kuansing), seperti disebutkan tokoh masyarakat Kuansing Edyanus Herman Halim, Soemardi meniti jalan sebagai pendidik dari dasar sekali.

Menurut Edyanus, Soemardi merupakan pejuang daerah yang konsisten. Itu dimulai sejak masih jadi guru di kampung, sampai menjelma menjadi tokoh pendidikan yang diakui nasional. Konsistensi itu terjaga sampai di hari senjanya.

"Beliau selalu mendorong generasi muda agar memiliki integritas. Beliau berjuang dari bawah sekali, hingga ini menjadi sebuah teladan. Jika kita ingin sukses maka perlu gigih dalam berjuang dan konsisten, dari manapun berasal. Beliau ini dari kampung tapi karena gigih beliau berhasil. Sampai akhir hayat konsisten, semangat, menyampaikan hal-hal yang baik," ujar Edyanus bercerita.

Edyanus ingat betul bagaimana suatu kali dalam sebuah forum, dirinya diingatkan oleh Soemardi. Menurutnya waktu itu Soemardi marah, padahal Edyanus yang merupakan ekonom senior Unri ini merupakan pemimpin rapat, membahas hal penting yang berkaitan dengan permasalahan serius di Kuansing. Namun Soemardi adalah seorang yang konsisten, memarahi hanya untuk mendidik.

"Saya sempat memotong omongan beliau, karena saya yang pimpin rapat. Tapi dia fair, secara pribadi tidak ada masalah, tapi perbuatan saya yang salah dia kritisi. Itu menunjukkan, bagaimana dia dulu seorang guru, tetap konsisten menjadi guru, mendidik siapa pun untuk menjadi lebih baik," kata Edyanus yang kini juga merupakan salah seorang tokoh adat di Kuansing.

Soal konsistensinya mendorong kemajuan daerah tidak diragukan lagi. Seperti disebutkan Abu Bakar, politikus asal Kuansing yang juga pernah duduk sebagai Anggota DPRD Riau. Menurutnya Soemardi tidak pernah dikalahkan oleh usianya. Pada usia senja, 70-an tahun, Soemardi yang juga tercatat di Ikatan Keluarga Baserah Pekanbaru, tetap aktif memberikan sumbangsih dan masukan untuk kemajuan daerah.

Baca Juga:  Simpati Mendalam Wali Kota Bern Graffenried untuk Ridwan Kamil

"Kami kehilangan tokoh besar, di bidang pendidikan dan juga politik, pernah menjadi anggota DPD RI pertama di Riau, jati diri sebagai guru tidak pernah luntur. Dirinya banyak memberikan masukan. Soemardi adalah seorang guru yang tidak menggurui," kata dia.

Dalam mendidik, lanjut Abu Bakar, juga dalam menyampaikan pokok pikiran dan nasehat, justru Soemardi lebih banyak mengajak berdialog. Hingga dirinya bisa merasa sangat dekat dengan Soemardi, walaupun umur almarhum sangat jauh diatasnya.

"Beliau ini kebapakannya ada, tapi pada satu sisi, saat memberikan masukan dan nasehat terutama kepada anak muda, beliau bisa dekat seperti seorang kawan," kata Abu Bakar.

Namun Abu Bakar melihat Soemardi merupakan seorang yang punya prinsip dan juga seorang individu yang berpegang teguh pada prinsip-prinsip kebenaran. Apapun masukan, kritikan serta kepada siapa hal itu diarahkannya, tetap kental dengan semangat mendidik dan membangun, yang sesuai serta selaras dengan nilai-nilai yang dianut masyarakat Riau.

Sangat Pandai Menghargai Orang
Kenangan Soemardi semasa hidup juga diceritakan oleh Guru Besar UIN Suska Riau Prof Dr Alaidin Koto. Alaidin sebagai seorang guru besar yang produktif mengenal Soemardi sebagai guru yang punya komitmen tinggi, terutama pada pendidikan di Riau. Sebagai seorang tokoh besar, senior, Alaidin begitu mengenang Soemardi yang menurutnya seorang yang punya kepribadian sangat santun dan sangat pandai menghargai orang.

Alaidin mengaku kaget ketika mendapat kabar Soemardi berpulang. Ingatannya menerawang jauh ketika pada suatu waktu, dirinya menulis tentang Soemardi. Tulisan itu dibaca oleh Soemardi sendiri, terkesan lalu datang ingin menemui Alaidin karena tulisan itu. Bahkan Soemardi berkali-kali datang ke rumahnya hanya untuk mengucapkan terima kasih atas tulisan tersebut.

"Saya sebenarnya malu. Beliau sangat menghargai orang, buktinya beberapa kali beliau datang ke rumah saya hanya untuk mengucapkan rasa terima kasih. Sudah dua tahun tulisan itu keluar, dia masih ke rumah mengantarkan hadiah tanda terima kasih. Saya menjadi malu juga mengapa beliau besar sekali rasa terima kasihnya atas tulisan itu dengan berulang-ulang datang ke rumah," kata Alaidin.

Baca Juga:  Kemenag Pertahankan Pembelajaran Jarak Jauh

Alaidin merasa, tulisan yang dibuatnya soal Soemardi itu sama seperti tulisan lain yang pernah ditulisnya. Yaitu sebuah tulisan yang ditulis sesuai apa yang dia lihat dan rasakan. Namun dirinya tidak menyangka seorang tokoh pendidikan, usianya jauh lebih tua, bahkan pernah duduk di Senayan, justru Soemardi merupakan seorang berkepribadian yang sangat rendah hati dan pandai menghargai.

"Saya melihat, itulah salah satu sifat yang seharusnya kita punya, sifat jiwa besar seorang tokoh. Walaupun pernah menjadi Ketua PGRI Riau, Sekjen PGRI bahkan anggota DPD RI, tapi karakter dan sifat dasar seorang gurunya tidak pernah hilang. Tetap merunduk, tetap merendah. Ini mengapa saya katakan, kita kehilangan tokoh besar dan seorang pemikir dari Riau," sebut Alaidin.

Alaidin juga menyebutkan, Riau saat ini sudah berangsur kehilangan tokoh besarnya yang punya komitmen kuat dan konsisten memberikan masukan untuk kemajuan daerah. Dengan berpulang Soemardi, dirinya berharap hendaknya generasi muda dapat membaca-baca lagi kepribadian tokoh-tokoh di Riau untuk melihat karakter besar itu. Anak muda bisa meniru, bisa menjadikannya cermin.

"Beliau pergi, sudah berbuat. Nah kita berbuat apa," tutupnya.

Gubri Turut Berduka
Gubernur Riau (Gubri) H Syamsuar menyampaikan duka cita mendalam atas meninggalnya tokoh pendidikan Riau, Soemardhi Thaher.

"Atas nama Pemerintah Provinsi Riau, saya menyampaikan duka cita yang sangat mendalam atas meninggalnya Bapak Soemardhi Thaher," ucap Gubri melalui sambungan telepon.

Gubri yang sedang di Bali mengikuti rapat terbatas dengan Presiden RI merasa sangat kehilangan seorang tokoh yang selama ini menjadi kebanggaan Riau.

"Almarhum salah seorang putra terbaik Riau. Beliau adalah tokoh pendidikan yang pantas jadi teladan kita semua," ucap Gubri, seraya menambahkan bahwa jasa-jasa almarhum untuk kemajuan pendidikan khususnya di Bumi Melayu Lancang Kuning patut dikenang dan diapresiasi," katanya.

Gubri mendoakan almarhum mendapat tempat yang terbaik di sisi Allah SWT. "In sya Allah almarhum husnul khotimah. Dan kita juga mendo’akan keluarga yang ditinggal diberi kesabaran" sambungnya.

Gubri juga menyebut bahwa almarhum pernah menjadi anggota DPD RI, yang memperjuangkan aspirasi masyarakat Riau di tingkat pusat.  

"Jasa-jasa almarhum banyak sekali untuk Riau," ucap Gubri.(ted)

 

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari