DUMAI (RIAUPOS.CO) – Negara Kesatuan Republik Indonesia, bisa tetap tegak berdiri karena pengorbanan seluruh rakyatnya. Ada yang mengorbankan jiwa dan raganya, demi kemerdekaan Indonesia. Ada pula yang memberikan, kekuasaan dan kekayaan, untuk membantu pembangunan Indonesia.
Di antara beberapa orang yang berjuang saat itu, salah satunya adalah Sultan Syarif Kasim II, atau Raja Kesultanan Siak Indrapura Riau yang menyerahkan harta kekayaannya untuk bangsa dan negara Indonesia.
Beberapa saat setelah Indonesia merdeka Sultan Syarif Kasim II menyerahkan kedaulatan kerajaan, lalu ia memilih bergabung dengan NKRI. Ia juga menyerahkan tanah, mahkota kerajaan berbahan emas dan uang sebesar 13 juta Golden, setara dengan Rp. 1,3 triliun. Harta benda itu diserahkan agar lndonesia bisa menjadi negara yang kuat dan kokoh.
''Ini adalah keteladanan yang luar biasa, pengorbanan material yang sangat besar. Dan itu membuktikan, bahwa NKRI benar-benar hasil pengorbanan seluruh masyarakat. Bukan perjuangan dan pengorbanan segelintir orang saja,” kata Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid (HNW).
Pernyataan itu disampaikan Hidayat Nur Wahid secara daring pada acara Temu Tokoh Nasional / Kebangsaan, kerjasama MPR dengan Pengurus Daerah Ikatan Da’i Indonesia (IKADI) Kota Dumai. Acara tersebut berlangsung di Kota Dumai, Provinsi Riau, (23/11).
Ikut hadir pada acara tersebut Pertahanan Hutabarat M. Pdi Sekretaris Persatuan Mubaliq Dumai (PMD), yang juga pembicara pendamping pada acara tersebut. Lalu, M. Ardi Nasution, Pimpinan PD IKADI Dumai, serta para tokoh masyarakat Kota Dumai.
Selain sumbangan dan pengorbanan masyarakat, kata Hidayat tetap tegaknya NKRI juga ditopang oleh kesepakatan para pendiri bangsa. Salah satu kesepakatan yang paling penting adalah diterimanya Pancasila 18 Agustus 1945 sebagai dasar dan Ideologi negara. Karena itu, Pancasila 18 Agustus, harus terus dijaga dan dirawat agar keberadaan NKRI tetap lestari sepanjang masa.
“Jangan sampai kesepakatan para pendiri bangsa, itu tercabik dengan alasan apapun. Karena tercabiknya salah satu kesepakatan, bisa berbuntut panjang. Bahkan bisa berakibat bubarnya NKRI,” kata HNW.
Uni Soviet, lanjut HNW adalah negara yang bubar, karena pemerintahnya memaksakan ideologi dari luar yang tidak sesuai dengan nilai-nilai di masyarakat. Padahal, sebelum bubar, Soviet adalah negara dengan kondisi ekonomi serta pertanahan keamanan sangat kuat.
Selain itu, Soviet adalah lawan Amerika, baik dibidang pertahanan maupun ekonomi. Bahkan mata-mata Soviet merupakan salah satu yang terbaik didunia. Namun, karena pemimpinnya mengadopsi ideologi dari luar, yang tidak sesuai dengan keinginan rakyat, terjadilah gejolak hingga pemisahan wilayah dan pembubaran negara.
“Sementara Yugoslavia adalah negara yang bubar, setelah bapak bangsanya meninggal. Negara Yugoslavia hanya bertumpu pada satu orang, bapak bangsa, yaitu Josip Broz Tito . Ketika bapak bangsa meninggal potensi negara pun turut sirna, sehingga semua wilayahnya memisahkan diri dan membentuk negara-negara kecil sendiri-sendiri,” katanya.
Sementara pembicara kedua Sekretaris Persatuan Mubaliq Dumai (PMD) Pertahanan Hutabarat, mengingatkan ketertarikan dunia luar terhadap Indonesia sangat besar. Mereka ini tidak menghendaki Indonesia menjadi kuat. Alasannya, karena mereka ingin menguasai segala kekayaan alam yang ada di Indonesia.
“Bangsa Indonesia tidak boleh lepas dari Pancasila. Karena Pancasila adalah alasan bagi bangsa Indonesia tetap bersatu padu hingga kini,” ujarnya.
Sumber: Jawapos.com
Editor: E Sulaiman