DALAM sebuah riwayat An-Nasa'i disebut, siapa bergembira dengan masuknya bulan Ramadan, Allah akan mengharamkan jasadnya masuk neraka. Hadits ini sangat populer di kalangan masyarakat Islam. Terutama menjelang memasuki bulan Ramadan. Kecenderungan ini ditandai dengan banyaknya tradisi perayaan di berbagai daerah dan jadi agenda tahunan masyarakat bahkan pemerintah untuk dilestarikan sedemikian meriahnya. Kegiatan seperti yang dimaklumi bersama telah pula menjadi afdhal dan perhatian khusus kalangan pemuda melaksanakan panjat batang pinang, pacu jalur, perlombaan sepeda hias yang berakhir dengan mandi "balimau kasai".
Bergembira pada prinsipnya adalah di mana suasana hati yang senang, tenang, damai menyelimuti sanubari. Beragam cara untuk mendapatkan rasa kegembiraan, sebanyak itu pula ragam yang membuat hati gundah gulana. Kegembiran, keriangan, dan kebahagiaan adalah kata paralel yang similar untuk menunjukkan sesuatu positif yang menghinggapi perasaan, untuk kemudian memancarkan cahaya ekspresif secara lentur di muka. Kegembiran, keriangan, dan kebahagiaan tidak sesulit meregulasi pikiran, perasaan, dan hati, karena sesungguhnya, ketika individu mampu melakukan self regulation dengan baik, hampir dipastikan saban hari hidupnya dalam kegembiran, keriangan, dan kebahagiaan.
Self regulation atau meregulasi diri memang tidak mudah, justeru sangat berat untuk dijadikan self concept (konsep diri) yang matang. Namun ada strategi jitu yang menjadi pakaian para salafusshaleh, apabila kita mau menilik histografi para sahabat nabi, para tabiin, dan tabi' tabiin, sebut saja Umar Ibn Khattab yang berwatak keras membatu, tetapi kemudian dikenal sebagai khalifah yang tegas dan bijak. Hati Umar Ibn Khattab tersentuh dengan bacaan Quran. Realitas Umar Ibn Khattab telah menjadikan Alquran sebagai Syifa' (penawar) bagi hatinya yang keras, berubah menjadi tegas dan bijak.
Ilustrasi di atas adalah deskripsi betapa Alquran dapat mewarnai psikologis seorang individu. Alquran menimbulkan kesejukan hati, ketenangan jiwa, pengendali emosi, tunduk di bawah nafs muthmainnah, dan banyak lagi aspek psikologis yang muncul efek dari membaca, mendengar, menghayati, memahami, dan mengamalkan kandungannya. Alquran bukan saja pedoman, petunjuk arah, aturan hukum, dan atau pembeda yang hak dan yang batil, melainkan melatih diri, meregulasi diri, dan membantu individu berkelindan dalam suatu keniscayaan bahwa setiap orang berhak memperoleh Kegembiran, keriangan, dan kebahagiaan.
Alquran turun tepat pada bulan Ramadan; syahru shiyam yang mubarak. Dinamakan syahru mubarak, bukan saja karena Ramadan saidu syahr, melainkan bulan ini jadi syahru maghfirah, syahru rahmah, dan syahru mubarak. Penamaan bulan Ramadan sebagai syahru maghfirah, syahrurrahmah, dan syahru mubarak menunjukkan menumpuknya kebaikan-kebaikan yang tidak terdapat pada bulan lainnya. Justeru di dalamnya banyak kebaikan-kebaikan, maka wajar kehadirannya ditunggu-tunggu oleh setiap muslim dan mukmin.
Penamaan syahrur maghfirah berarti bulan ampunan, di mana di bulan maghfirah pintu taubat terbuka. Apabila pintu tobat terbuka, sudah seharusnya setiap muslim menyesali perbuatan nista dan dosa yang pernah dilakukan. Menyesali perbuatan salah, tentulah tidak cukup, ia akan menyisakan bekas-bekas noda hitam yang mesti dikikis habis yang diiringi dengan tidak mengulangi perbuatan salah yang serupa. Dalam budaya Islam keindonesiaan, realitasnya menjelang terbenamnya matahari di akhir bulan Syakban, mereka mandi dengan membasahi sekujur tubuh tanpa kecuali. Mandi seperti ini seolah menggambarkan bahwa dengan bersuci mereka sudah siap sedia memasuki pintu kebaikan dan ampunan. Sesuai tradisi Islam ke-Indonesia-an, inilah yang oleh sebagian masyarakat disebut petang balimau, bersih-bersih jasmani sebelum datangnya Ramadhan.
Penamaan syahru rahmah berarti bulan yang di dalamnya diturunkan banyak rahmah yang diberikan kepada siapa saja, sebagai perimbangan kasih sayang Allah Azza Wajalla kepada hambanya. Dalam riwayat Imam Tabrani, Rasulullah SAW bersabda; Telah datang kepadamu bulan Ramadan, bulan yang penuh berkah, Allah meliputi kalian di dalam bulan tersebut, rahmat diturunkan, dosa-dosa dihapuskan dan doa-doa dikabulkan. Allah akan melihat kalian semua berlomba-lomba di dalam bulan itu, maka Dia merasa bangga terhadap kalian dan para malaikat. Maka perlihatkanlah segala macam kebaikan diri kalian di hadapan Allah. Sebab orang yang celaka adalah orang yang terhalang mendapatkan rahmat Allah pada bulan tersebut.
Penamaan syahru mubarak yang dimaksudkan adalah bahwa bulan ini adalah bulan yang penuh keberkahan. Setiap apapun yang diperoleh seorang shaim dibuka pintu berkah untuknya. Dalam riwayat Nasa'i Rasulullah SAW bersabda; Ketika datang bulan Ramadan, sungguh telah datang kepadamu bulan yang penuh berkah, diwajibkan atas kamu berpuasa, dalam bulan ini pintu syurga dibuka, pintu neraka ditutup, setan-setan dibelenggu. Bahkan dalam riwayat lain Rasulululah SAW menyatakan orang-orang yang berpuasa dimasukkan ke dalam syurga melalui pintu Arrayyan.
Bulan Ramadan yang disebut juga sebagai bulan pembakaran adalah bulan di mana seorang muslim mukmin berlomba, mendulang, dan berpacu memperoleh ampunan, rahmat, dan keberkahan. Tidak jarang kita melihat masjid yang tadinya diisi oleh segelintir kaum tua, di bulan Ramadan berubah wajah, tidak terkecuali remaja dan anak-anak. Mereka berlomba-lomba mengikuti qiyamul lail dengan salat sunat tarawih dan tadarus Alquran. Bahkan kecenderungan berinfak dan bersedekah masyarakat meningkat tajam, berbanding luar Ramadan. Sinyalemen ini adalah catatan penting bahwa kesadaran masyarakat Islam di luar dan di dalam Ramadan berubah total. Hal ini muncul oleh sebab motivasi pahala setiap amalan di bulan Ramadan yang berlipat ganda. Apabila puasa ditunaikan, qiyamul lail ditegakkan, dan infak-infak ditingkatkan maka hampir dipastikan pengunduhan pahala menjadi file yang tersimpan rapi dibilik pahala menuju Jannah al-Naim seperti yang dijanjikan Allah SWT. Karakteristik calon penghuni Jannah melalui pintu Arrayyan meliputi orang berpuasa yang memperoleh ampunan, rahmat, dan keberkahan, sehingga secara implisit disebut sebagai karakter muttaqy, efek dari amaliyah Ramadhan yang terbayarkan lunas.
Masyarakat muslim perlu mengingat dan menimbang bahwa amalan-amalan Ramadhan bisa kering kerontang dan tidak bermanfaat apapun oleh sebab adanya perilaku yang memberangus pahala ibadah tersebut, dalam hadits Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda; "Tahukah kalian siapakah orang yang bangkrut itu?" Mereka menjawab: "Orang yang bangkrut di kalangan kami adalah orang yang tidak memiliki dirham dan tidak pula memiliki harta." Rasulullah bersabda: "Sesungguhnya orang yang bangkrut dari umatku adalah orang yang datang pada hari kiamat dengan membawa pahala salat, puasa, dan zakat. Namun ia juga datang dengan membawa dosa kedzaliman. Ia pernah mencerca si ini, menuduh tanpa bukti terhadap si itu, memakan harta si anu, menumpahkan darah orang ini dan memukul orang itu. Maka sebagai tebusan atas kedzalimannya tersebut, diberikanlah di antara kebaikannya kepada si ini, si anu dan si itu. Hingga apabila kebaikannya telah habis dibagi-bagikan kepada orang-orang yang didzaliminya sementara belum semua kedzalimannya tertebus, diambillah kejelekan/ kesalahan yang dimiliki oleh orang yang didzaliminya lalu ditimpakan kepadanya, kemudian ia dicampakkan ke dalam neraka. (HR. Muslim).
Menjaga ibadah Ramadhan dengan mengelak dari berlaku zhalim, menghujat, memakan yang tiada hak, berghibah, menyakiti orang lain, menyebar fitnah dan hoaks dapat menjamin individu yang berpuasa dari muplis atau bangkrut. Penyakit hati yang disebut di atas adalah sifat buruk yang harus dihindarkan, agar kejiwaan menjadi tenang, damai, dan memiliki kesehatan mental paripurna. Allahu a'lam bisshowab.***