- Advertisement -
NEW YORK (RIAUPOS.CO) — Buku daras tentang kemiliteran tampaknya harus mengalami revisi. Angkatan bersenjata kini tak lagi hanya tiga matra, angkatan darat, angkatan laut, dan angkatan udara.
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump resmi membentuk satu angkatan di matra yang berbeda: angkatan luar angkasa (space force), Sabtu (21/12). Peluncuran itu dilakukan bersamaan dengan penandatanganan anggaran militer negara tersebut. Militer mendapat anggaran sebesar 738 miliar dolar AS (Rp10 kuadriliun). Sementara, angkatan luar angkasa kebagian anggaran 40 juta dolar AS (Rp558 miliar). Menurut Sekretaris Angkatan Udara AS Barbara Barrett, matra baru itu akan diawaki sekitar 16 ribu personel gabungan dari angkatan udara dan warga sipil.
- Advertisement -
Sebelumnya AS sudah mempunyai divisi militer khusus yang menangani luar angkasa. Namanya US Space Command (SpaceCom). Divisi tersebut bekerja di bawah Angkatan Udara AS, dikomandoi Jenderal Jay Raymond. Dengan catatan kerja itu, sudah bisa ditebak, Raymond diangkat sebagai kepala staf Angkatan Luar Angkasa AS.
Berbicara di pangkalan militer Joint Base Andrews, Maryland, Donald Trump menyebut luar angkasa sebagai arena pertempuran baru di dunia. "Mengingat besarnya ancaman yang bisa dilakukan dari ruang angkasa, superioritas (di luar angkasa, red) menjadi sangat vital bagi kami," ujar presiden yang baru saja di-impeachment DPR AS tersebut sebagaimana dikutip Jawa Pos (JPG).
Trump mengatakan, negaranya masih unggul dalam lomba persenjataan di luar angkasa. "Tapi, keunggulan kami tipis. Angkatan luar angkasa ini yang akan membuat kami unggul banyak. Militer di matra baru ini akan membuat kami punya kontrol dari tempat tinggi," katanya yakin.
- Advertisement -
Konsep Angkatan Luar Angkasa AS ini tidak berarti menempatkan tentara di orbit. Tapi menyediakan personel yang bertugas mengamankan aset luar angkasa AS. Di antaranya adalah ratusan satelit yang digunakan untuk komunikasi maupun satelit mata-mata. Kebutuhan tersebut dirasa mendesak setelah Rusia dan Cina juga agresif mengejar ketertinggalannya di matra baru militer itu.(jpg)
NEW YORK (RIAUPOS.CO) — Buku daras tentang kemiliteran tampaknya harus mengalami revisi. Angkatan bersenjata kini tak lagi hanya tiga matra, angkatan darat, angkatan laut, dan angkatan udara.
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump resmi membentuk satu angkatan di matra yang berbeda: angkatan luar angkasa (space force), Sabtu (21/12). Peluncuran itu dilakukan bersamaan dengan penandatanganan anggaran militer negara tersebut. Militer mendapat anggaran sebesar 738 miliar dolar AS (Rp10 kuadriliun). Sementara, angkatan luar angkasa kebagian anggaran 40 juta dolar AS (Rp558 miliar). Menurut Sekretaris Angkatan Udara AS Barbara Barrett, matra baru itu akan diawaki sekitar 16 ribu personel gabungan dari angkatan udara dan warga sipil.
- Advertisement -
Sebelumnya AS sudah mempunyai divisi militer khusus yang menangani luar angkasa. Namanya US Space Command (SpaceCom). Divisi tersebut bekerja di bawah Angkatan Udara AS, dikomandoi Jenderal Jay Raymond. Dengan catatan kerja itu, sudah bisa ditebak, Raymond diangkat sebagai kepala staf Angkatan Luar Angkasa AS.
Berbicara di pangkalan militer Joint Base Andrews, Maryland, Donald Trump menyebut luar angkasa sebagai arena pertempuran baru di dunia. "Mengingat besarnya ancaman yang bisa dilakukan dari ruang angkasa, superioritas (di luar angkasa, red) menjadi sangat vital bagi kami," ujar presiden yang baru saja di-impeachment DPR AS tersebut sebagaimana dikutip Jawa Pos (JPG).
- Advertisement -
Trump mengatakan, negaranya masih unggul dalam lomba persenjataan di luar angkasa. "Tapi, keunggulan kami tipis. Angkatan luar angkasa ini yang akan membuat kami unggul banyak. Militer di matra baru ini akan membuat kami punya kontrol dari tempat tinggi," katanya yakin.
Konsep Angkatan Luar Angkasa AS ini tidak berarti menempatkan tentara di orbit. Tapi menyediakan personel yang bertugas mengamankan aset luar angkasa AS. Di antaranya adalah ratusan satelit yang digunakan untuk komunikasi maupun satelit mata-mata. Kebutuhan tersebut dirasa mendesak setelah Rusia dan Cina juga agresif mengejar ketertinggalannya di matra baru militer itu.(jpg)