Sabtu, 23 November 2024
spot_img

Rekam Jantung

KATA 'predator' akan jadi kosakata baru di dunia politik Amerika. “Ke depan kita akan sering mendengar kata ‘predator’ diucapkan di Amerika,” kata John Mohn dalam WA-nya kepada saya.

John sering saya tanya untuk melihat apa yang terjadi di akar rumput di Amerika. Ia orang biasa. Kulit putih. Mengidentifikasikan diri sebagai orang Partai Republik. Tapi ia sering memilih calon dari Demokrat. Tinggalnya juga di kota kecil di pedalaman yang paling tengah di Amerika: Kansas. Istrinya juga kulit putih dan tetangganya semua kulit putih.

John pengagum Barack Obama. Ia tidak melihat Obama itu sebagai kulit hitam. “Obama itu kulit putih,” katanya. Ia tahu ayah Obama orang Kenya, kulit hitam. Tapi ia melihat cara berpikir dan cara bicara Obama adalah kulit putih. Seperti ibunya. Ia sering mengejek Donald Trump. Beberapa kali ia mengirimi saya meme lucu. Yang isinya ‘jangan pilih Trump’.

Di Pilpres yang lalu ia  memilih Hillary Clinton. John tidak perlu ditanya memilih siapa di Pilpres 3 November depan. Termasuk biar pun Capres Joe Biden menggandeng orang kulit hitam sekaligus keturunan Asia menjadi Cawapresnya: Kamala Devi Harris.

Tentu saya menanti-nantikan pidato Cawapres keturunan Madras, India itu. Yakni saat dia menyatakan menerima pencalonannyi sebagai Wapres. Pidato itu dilakukan di forum konvensi Partai Demokrat. Yang ruangannya megah dan besar. Tapi tidak ada delegasi yang hadir di gedung itu. Di ruang itu hanya ada wartawan, itu pun sangat terbatas. Inilah untuk pertama kali pidato capres/cawapres dilakukan di podium yang menghadap ke  ruang kosong ¬–akibat pandemi Covid-19.

Baca Juga:  Canggih, Uji Covid-19 Portabel, Lebih Cepat dan Murah

Semua delegasi mengikuti acara itu di rumah masing-masing secara online. “Apakah pidato Kamala hari itu sesuai dengan harapan Anda? Lebih buruk? Lebih baik?“ tanya saya pada John. “Dia itu wanita cerdas dan pembicara yang baik. Dia pas sekali menyebut Trump itu sebagai apa: predator. Maka kita akan sering mendengar kata predator setelah ini,” jawabnya.

Kamala sudah menciptakan istilah baru untuk mengidentifikasikan siapa Trump. Sangat negatif: predator. Hama. Seperti wereng. Ia predator demokrasi, predator kerukunan, predator ekonomi, dan predator apa saja.

Kamala memang kenal keluarga Joe Biden. Anak Joe Biden adalah jaksa Agung di Delaware. Kamala jaksa Agung di California. “Di saat krisis ekonomi yang lalu hampir tiap hari saya bicara dengan Beau Biden di telepon,” ujar Kamala dalam pidatonya itu. Yakni untuk mencari jalan keluar bagaimana bank terbesar di Amerika harus bertanggung jawab menyelesaikan kewajibannya.

Anda sudah tahu: anak Joe  Biden yang jaksa agung itu meninggal dunia tahun 2015 karena kanker. “Sisi lemah apa yang ada pada Kamala yang akan jadi sasaran serangan Trump?” tanya saya lagi. “Hanya satu: Trump akan menyerangnyi sebagai bukan orang Amerika,” jawab John.

Baca Juga:  Siswa SMP dan SMA Witama Raih Medali Emas

Begitu sulit mencari kelemahan Kamala, kecuali soal ras tadi. Sasaran serangan pun akan lebih ke Biden langsung. Tapi semakin sulit juga menyerang Biden. Peluru untuk Biden sudah dihabiskan tahun lalu. Dalam kaitan dengan keterlibatan anak Biden yang lain di bisnis di Ukraina dan di Tiongkok. Itu pun tidak mempan.

Fokus serangan berikutnya  kelihatannya akan beralih ke umur: Biden sudah 77 tahun. Tapi ini juga tidak terlalu ampuh. Trump sendiri sudah 74 tahun. Rupanya soal umur ini akan tetap dipakai menyerang Biden. Dengan cara: bikin isu ancaman kulit hitam dan aliran kiri.

Maka dihembuskanlah isu ini: kalau Biden meninggal dalam jabatan Kamala akan jadi presiden. Trump akan membawa sentimen ras lagi: masak sih presiden Amerika kulit hitam lagi. Bahkan wanita.

Isu itu kemarin dikembangkan lebih luas. Lewat media sosial. Yang melontarkan isu itu tanpa menyertakan identitas jelas. Ketika dihubungi wartawan tidak tersambung. Isu baru ini mendapat respons luas. Bunyinya: kalau Biden meninggal dalam jabatan Kamala akan jadi presiden dan ketua DPR Nancy Pelosi akan otomatis jadi wakil presiden.

 

 

 

KATA 'predator' akan jadi kosakata baru di dunia politik Amerika. “Ke depan kita akan sering mendengar kata ‘predator’ diucapkan di Amerika,” kata John Mohn dalam WA-nya kepada saya.

John sering saya tanya untuk melihat apa yang terjadi di akar rumput di Amerika. Ia orang biasa. Kulit putih. Mengidentifikasikan diri sebagai orang Partai Republik. Tapi ia sering memilih calon dari Demokrat. Tinggalnya juga di kota kecil di pedalaman yang paling tengah di Amerika: Kansas. Istrinya juga kulit putih dan tetangganya semua kulit putih.

- Advertisement -

John pengagum Barack Obama. Ia tidak melihat Obama itu sebagai kulit hitam. “Obama itu kulit putih,” katanya. Ia tahu ayah Obama orang Kenya, kulit hitam. Tapi ia melihat cara berpikir dan cara bicara Obama adalah kulit putih. Seperti ibunya. Ia sering mengejek Donald Trump. Beberapa kali ia mengirimi saya meme lucu. Yang isinya ‘jangan pilih Trump’.

Di Pilpres yang lalu ia  memilih Hillary Clinton. John tidak perlu ditanya memilih siapa di Pilpres 3 November depan. Termasuk biar pun Capres Joe Biden menggandeng orang kulit hitam sekaligus keturunan Asia menjadi Cawapresnya: Kamala Devi Harris.

- Advertisement -

Tentu saya menanti-nantikan pidato Cawapres keturunan Madras, India itu. Yakni saat dia menyatakan menerima pencalonannyi sebagai Wapres. Pidato itu dilakukan di forum konvensi Partai Demokrat. Yang ruangannya megah dan besar. Tapi tidak ada delegasi yang hadir di gedung itu. Di ruang itu hanya ada wartawan, itu pun sangat terbatas. Inilah untuk pertama kali pidato capres/cawapres dilakukan di podium yang menghadap ke  ruang kosong ¬–akibat pandemi Covid-19.

Baca Juga:  Ramadan dan Pemulihan Ekonomi

Semua delegasi mengikuti acara itu di rumah masing-masing secara online. “Apakah pidato Kamala hari itu sesuai dengan harapan Anda? Lebih buruk? Lebih baik?“ tanya saya pada John. “Dia itu wanita cerdas dan pembicara yang baik. Dia pas sekali menyebut Trump itu sebagai apa: predator. Maka kita akan sering mendengar kata predator setelah ini,” jawabnya.

Kamala sudah menciptakan istilah baru untuk mengidentifikasikan siapa Trump. Sangat negatif: predator. Hama. Seperti wereng. Ia predator demokrasi, predator kerukunan, predator ekonomi, dan predator apa saja.

Kamala memang kenal keluarga Joe Biden. Anak Joe Biden adalah jaksa Agung di Delaware. Kamala jaksa Agung di California. “Di saat krisis ekonomi yang lalu hampir tiap hari saya bicara dengan Beau Biden di telepon,” ujar Kamala dalam pidatonya itu. Yakni untuk mencari jalan keluar bagaimana bank terbesar di Amerika harus bertanggung jawab menyelesaikan kewajibannya.

Anda sudah tahu: anak Joe  Biden yang jaksa agung itu meninggal dunia tahun 2015 karena kanker. “Sisi lemah apa yang ada pada Kamala yang akan jadi sasaran serangan Trump?” tanya saya lagi. “Hanya satu: Trump akan menyerangnyi sebagai bukan orang Amerika,” jawab John.

Baca Juga:  Sampah Plastik Cemari Lingkungan

Begitu sulit mencari kelemahan Kamala, kecuali soal ras tadi. Sasaran serangan pun akan lebih ke Biden langsung. Tapi semakin sulit juga menyerang Biden. Peluru untuk Biden sudah dihabiskan tahun lalu. Dalam kaitan dengan keterlibatan anak Biden yang lain di bisnis di Ukraina dan di Tiongkok. Itu pun tidak mempan.

Fokus serangan berikutnya  kelihatannya akan beralih ke umur: Biden sudah 77 tahun. Tapi ini juga tidak terlalu ampuh. Trump sendiri sudah 74 tahun. Rupanya soal umur ini akan tetap dipakai menyerang Biden. Dengan cara: bikin isu ancaman kulit hitam dan aliran kiri.

Maka dihembuskanlah isu ini: kalau Biden meninggal dalam jabatan Kamala akan jadi presiden. Trump akan membawa sentimen ras lagi: masak sih presiden Amerika kulit hitam lagi. Bahkan wanita.

Isu itu kemarin dikembangkan lebih luas. Lewat media sosial. Yang melontarkan isu itu tanpa menyertakan identitas jelas. Ketika dihubungi wartawan tidak tersambung. Isu baru ini mendapat respons luas. Bunyinya: kalau Biden meninggal dalam jabatan Kamala akan jadi presiden dan ketua DPR Nancy Pelosi akan otomatis jadi wakil presiden.

 

 

 

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img
spot_img
spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari