JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Musisi Aryana Sayeed menjadi satu di antara banyak penduduk Kabul, Afghanistan, yang melarikan diri dari negaranya.
Pada Kamis (19/8), dia berhasil terbang ke rumahnya di Istanbul, Turki. Kabar itu dibagikan sang suami, Hasib, lewat akun pribadi Sayeed.
"Dia tertidur begitu bisa menyandarkan kepala di pesawat yang dijadwalkan bertolak dari Doha, Qatar. Aku hanya memandangi dan mengingat betapa bernyali dan beraninya dia melalui momen paling sulit dan berbahaya di hidupnya yang baru saja terjadi," tulisnya.
Perjalanan udara itu adalah lanjutan dari upayanya menyelamatkan diri. Awal pekan lalu, Sayeed dan suami terbang dengan pesawat kargo Amerika Serikat. "Di salah satu wawancara terbaru, aku berjanji menjadi "tentara terakhir yang meninggalkan ibu pertiwi"… dan menariknya, hal itulah yang benar-benar terjadi," tulis musisi berjuluk Kim Kardashian-nya Afghanistan tersebut di Instagram.
Dalam unggahannya, dia berharap para penduduk Afghanistan bisa menjalani hidup lebih baik walau situasi di negara tersebut tak menentu. "Setidaknya, saudara setanah airku bisa mulai hidup damai tanpa ketakutan pada bom bunuh diri dan ledakan," papar Sayeed. Dia berjanji berbagi cerita setelah tiba di rumah dan pulih dari shock pascainsiden tersebut.
Di Afghanistan, Sayeed adalah sosok yang kontroversial. Dia kerap menyuarakan kesetaraan perempuan di media. Musisi yang juga salah satu juri di The Voice Afghan itu sering dikritik karena tampil dengan pakaian ketat, yang dinilai tak sesuai dengan budaya negara itu. Pihak pemerintah pun memusuhi. Dia sering mendapat ancaman pembunuhan. Konsernya pun sering dilaksanakan tanpa jaminan keamanan.
Namun, Sayeed menilai hal itu tidak akan menghentikannya. "Aku ingin berbagi kebahagiaan buat saudaraku sesama warga Afghanistan yang sangat membutuhkan hal itu saat ini," paparnya dalam wawancara dengan BBC tahun lalu.
Dia menjelaskan, banyak penduduk negerinya yang sangat menentang berbagai jenis hiburan –mulai musik, pesta, hingga menentang perayaan hari raya. Menurut dia, pola pikir tersebut sudah waktunya dihapus.
"Pada akhirnya, kita semua adalah manusia. Musik, perayaan, hari kemerdekaan, dan tahun baru adalah bagian kebutuhan dasar kita," tegasnya.
Sebelum pendudukan Taliban, Sayeed juga pernah merasakan perang. Saat baru berusia 8 tahun, dia dan keluarganya meninggalkan negara tersebut karena terjadi perang saudara Afghanistan. Mereka sempat tinggal di Pakistan, Swiss, dan Inggris. Setelah memulai karier, musisi kelahiran 14 Juli 1985 itu menetap di Istanbul, Turki. Dia juga memiliki rumah kedua di Kabul untuk mendukung aktivitasnya sebagai musisi sekaligus presenter di tanah kelahirannya.
Sumber: Jawapos.com
Editor: Rinaldi