BANGKINANG (RIAUPOS.CO) – Rantau Kampar Kiri yang masuk dalam wilayah Kerajaan Gunung Sahilan kehilangan seorang tokoh adat, yakni Kholifah Ludai Datuk Sunardi. Kholifah yang berusia 40 tahun ini wafat Selasa pagi (19/5/2020) karena sakit jantung dengan meninggalkan istri dan ketiga anaknya.
Raja Kerajaan Gunung Sahilan, Yang Dipertuan Muda Muhammad T Nizar bersama rombongan hadir di rumah duka di Desa Lipatkain, Rabu (20/5/2020). Kehadiran Raja pada hari kedua ini disambut segenap keluarga almarhum. Pada kesempatan itu, Raja atas nama Kerajaan Gunung Sahilan dan masyarakat Rantau Kampar Kiri menyampaikan rasa duka yang sedalam-dalamnya.
''Beliau (almarhum, red), sosok yang santun, ramah, pandai bergaul dan dekat dengan banyak orang, termasuk kami dan keluarga kami. Dalam berbagai kegiatan di kerajaan, beliau sangat aktif dan berperan penting,'' kata Raja.
Raja datang didampingi Sekretaris Kerajaan Tengku Sasli, Perwakilan Lembaga Adat Melayu (LAM) Riau Datin Kunni Masrohanti, perwakilan Walhi Riau Rio Susanto, perwakilan Komunitas Seni Rumah Sunting Yanda Rahmanto dan Ketua Laskar Penggiat Ekowisata (LPE) Riau Kacamata Gober.
''Almarhum (Kholifah Ludai, red) juga spsok yang dikenal banyak kalangan, dari orang tua, anak muda dan komunitas atau lembaga. Makanya saya datang dengan lembaga dan komunitas ini,'' sambung Raja.
Kholifah Ludai di dalam Kerajaan Gunung Sahilan memiliki peran penting, yakni sebagai pemimpin luhak atau pemimpin wilayah adat di sepanjang Rantau Kampar Kiri. Tak lama setelah wafat atau sebelum dimakamkan, pihak keluarga almarhum dengan disaksikan pihak kerajaan langsung menentukan pengganti almarhum dan menjabat sebagai Kholifah Ludai yaitu Datuk Thamrin, kemenakan almarhum.
''Karena sudah ada pengganti almarhum, insya Allah nanti kami akan menabalkan Datuk Thamrin sebagai pengganti beliau,'' sambung Raja lagi.
Sementara itu, Datin Kunni Masrohanti, salah seorang pengurus LAM Riau, mengatakan, almarhum merupakan sosok yang berani dan bersungguh-sungguh menjaga wilayah adatnya dari berbagai ancaman. Salah satunya menolak kehadiran tambang batu bara di Kanagarian Ludai yang dipimpinnya.
Penolakan itu dibuktikan dengan menjalin koordinasi serta menggelar rapat dengan berbagai pihak termasuk dengan pihak kerajaan sendiri, LAM Riau, pegiat lingkungan dan sebagainya. Rapat besar terkait penolakan tambang batu bara ini juga dilaksanakan di LAM Riau yang dipimpin Ketua Majelis Kerapatan Adat (MKA) Datuk Seri Al azhar.
Bahkan almarhum menjumpai Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya dengan membawa surat penolakan tambang batu bara yang tidak hanya merusak alam Kanagarian Ludai, tapi juga tatanan masyarakat adat si wilayahnya.
''Almarhum adalah sosok muda yang berani. Saat acara Hari Konservasi Alam Nasional di Batam tahun lalu, beliau hadir dan langsung menjumpai Menteri Siti Nurbaya serta menyampaikan surat penolakan tambang batu bara yang mengancam wilayah adatnya,'' kata Kunni.
Laporan: Eka Gusmadi Putra (Kampar Kiri)
Editor: Eko Faizin