JAKARTA (RIAUPOS.CO) — "Kami akan mengubah seluruh hunian Anda menjadi abu." Ancaman itu diucapkan pasukan militer Myanmar saat melewati permukiman di Tamwe, Yangon. Peluru dimuntahkan ke berbagai arah dengan membabi buta. Video mencekam tersebut diunggah salah satu penduduk ke Facebook. Beberapa warga mengakui bahwa situasi serupa terjadi hampir setiap malam.
"Saya tak lagi merasa aman. Beberapa malam saya tidak bisa tidur," ujar salah seorang penduduk seperti dikutip Agence France-Presse. Mereka bahkan tak berani keluar rumah untuk sekadar berbelanja. Mereka memilih mengais makanan di tempat tinggal tetangganya.
Sebagian penduduk Yangon memutuskan untuk meninggalkan kota yang kini mirip medan perang itu. Utamanya di area-area yang statusnya sudah berubah menjadi darurat militer. Biasanya penduduk pergi pada pagi hari saat jam malam usai. Sebagian pindah ke desa yang lebih aman. Sisanya memilih pergi ke negara tetangga seperti Thailand dan Vietnam.
Pemerintah Provinsi Tak, Thailand, bahkan sudah menyiapkan selter untuk menampung para pengungsi yang mungkin bakal membeludak. Gubernur Tak, Pongrat Piromrat menyatakan bahwa provinsinya bisa menampung sekitar 30 ribu hingga 50 ribu orang.
Situasi di Myanmar terus memburuk setiap harinya. Saat ini sudah sekitar 230 demonstran yang telah kehilangan nyawa. Jumlah itu bisa terus bertambah. Jumat (19/3) tiga orang dilaporkan tewas. Jumlah tersebut bisa bertambah karena relawan medis tidak berani mengambil jenazah yang masih berada di area baku tembak.
Terpisah, dua jurnalis menghilang pada Jumat (19/3). Mereka adalah Aung Thura dari BBC dan Than Htike Aung yang merupakan jurnalis media lokal Mizzima. Keduanya sedang bersama saat ditangkap di Naypyidaw. Belum diketahui apakah pelaku penangkapan adalah junta militer atau pihak lain.
Sumber: Jawapos.com
Editor: Rinaldi
JAKARTA (RIAUPOS.CO) — "Kami akan mengubah seluruh hunian Anda menjadi abu." Ancaman itu diucapkan pasukan militer Myanmar saat melewati permukiman di Tamwe, Yangon. Peluru dimuntahkan ke berbagai arah dengan membabi buta. Video mencekam tersebut diunggah salah satu penduduk ke Facebook. Beberapa warga mengakui bahwa situasi serupa terjadi hampir setiap malam.
"Saya tak lagi merasa aman. Beberapa malam saya tidak bisa tidur," ujar salah seorang penduduk seperti dikutip Agence France-Presse. Mereka bahkan tak berani keluar rumah untuk sekadar berbelanja. Mereka memilih mengais makanan di tempat tinggal tetangganya.
- Advertisement -
Sebagian penduduk Yangon memutuskan untuk meninggalkan kota yang kini mirip medan perang itu. Utamanya di area-area yang statusnya sudah berubah menjadi darurat militer. Biasanya penduduk pergi pada pagi hari saat jam malam usai. Sebagian pindah ke desa yang lebih aman. Sisanya memilih pergi ke negara tetangga seperti Thailand dan Vietnam.
Pemerintah Provinsi Tak, Thailand, bahkan sudah menyiapkan selter untuk menampung para pengungsi yang mungkin bakal membeludak. Gubernur Tak, Pongrat Piromrat menyatakan bahwa provinsinya bisa menampung sekitar 30 ribu hingga 50 ribu orang.
- Advertisement -
Situasi di Myanmar terus memburuk setiap harinya. Saat ini sudah sekitar 230 demonstran yang telah kehilangan nyawa. Jumlah itu bisa terus bertambah. Jumat (19/3) tiga orang dilaporkan tewas. Jumlah tersebut bisa bertambah karena relawan medis tidak berani mengambil jenazah yang masih berada di area baku tembak.
Terpisah, dua jurnalis menghilang pada Jumat (19/3). Mereka adalah Aung Thura dari BBC dan Than Htike Aung yang merupakan jurnalis media lokal Mizzima. Keduanya sedang bersama saat ditangkap di Naypyidaw. Belum diketahui apakah pelaku penangkapan adalah junta militer atau pihak lain.
Sumber: Jawapos.com
Editor: Rinaldi