Sabtu, 23 November 2024
spot_img

Masyarakat Diminta Tak Ikut Ajakan People Power

JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Sejumlah aktivis yang tergabung dalam Gerakan Satu Bangsa menyayangkan adanya kesan mencekam menjelang pengumuman hasil pemilu pada 22 Mei 2019. Seharusnya, pengumuman hasil pesta demokrasi itu disambut dengan sukacita atas terpilihnya presiden dan wakil presiden serta wakil rakyat untuk lima tahun ke depan.

Menyikapi hal itu, Inisiator Gerakan Satu Bangsa, Stefanus Asat Gusma mengimbau masyarakat Indonesia tidak terprovokasi ajakan tokoh untuk terlibat people power yang bertujuan mendelegitimasi proses dan hasil pemilu serentak 2019.

’’Gerakan penggalangan massa untuk mendelegitimasi KPU, Bawaslu dan MK serta menolak hasil Pemilu tidak boleh dipandang sebagai gerakan menegakkan demokrasi rakyat, tetapi lebih merupakan gerakan politik syahwat kekuasaan yang merongrong kewibawaan negara dan mengancam eksistensi NKRI sebagai negara hukum,’’ tegas Stefanus Asat Gusma didampingi Dicky Ricardo Gulto dan Ronald Da Gomez dalam pernyataan persnya di Jakarta, Minggu (19/5/2019).

Menurut Gusma, sapaan Stefanus, Gerakan Satu Bangsa melihat bahwa saat ini tengah berhadapan dengan situasi bukan lagi sekadar pertarungan pilpres antara paslon 01 Vs 02, melainkan Pancasila/NKRI Vs Radikalisme/Negara Khilafah. Seyogyanya ini menjadi perhatian para tokoh dan aktor politik kubu paslon 02 agar membatalkan rencana aksi massa 22 Mei tersebut.

Baca Juga:  Desak Pemerintah Lebih Terbuka

’’Gunakan jalur-jalur konstitusional yang sudah disepakati bersama untuk memperjuangkan keadilan Pemilu atas dugaan-dugaan kecurangan proses dan hasil Pemilu,’’ kata Gusma.

Pada kesempatan itu, Gerakan Satu Bangsa berharap para aktor dan tokoh politik tersebut semestinya dapat memberikan kesejukan dalam berdemokrasi dan menjadi contoh kedewasaan berpolitik dan berjiwa kesatria.

’’Kami berkesimpulan, jika nanti konflik politik ini mengarah pada benturan ditingkatan akar rumput hingga berdampak pada gesekan bahkan aksi-aksi kekerasan maka para aktor dan tokoh politik inilah yang harus bertanggung jawab,’’ tegas Gusma.

Gerakan Satu Bangsa dalam pernyataannya menyebutkan pihak kepolisian sudah merilis informasi resmi, bahwa aksi massa tanggal 22 Mei 2019 di KPU akan dijadikan sasaran oleh kelompok dan jaringan teroris untuk melakukan aksi teror bom. Hal tersebut dibuktikan dengan penangkapan terhadap 29 orang terduga teroris yang disinyalir akan merencanakan aksinya, lengkap disertai dengan barang-barang bukti berupa senjata dan bahan-bahan untuk merakit bom.(fri)

Sumber: JPNN.com
Editor: Fopin A Sinaga

JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Sejumlah aktivis yang tergabung dalam Gerakan Satu Bangsa menyayangkan adanya kesan mencekam menjelang pengumuman hasil pemilu pada 22 Mei 2019. Seharusnya, pengumuman hasil pesta demokrasi itu disambut dengan sukacita atas terpilihnya presiden dan wakil presiden serta wakil rakyat untuk lima tahun ke depan.

Menyikapi hal itu, Inisiator Gerakan Satu Bangsa, Stefanus Asat Gusma mengimbau masyarakat Indonesia tidak terprovokasi ajakan tokoh untuk terlibat people power yang bertujuan mendelegitimasi proses dan hasil pemilu serentak 2019.

- Advertisement -
’’Gerakan penggalangan massa untuk mendelegitimasi KPU, Bawaslu dan MK serta menolak hasil Pemilu tidak boleh dipandang sebagai gerakan menegakkan demokrasi rakyat, tetapi lebih merupakan gerakan politik syahwat kekuasaan yang merongrong kewibawaan negara dan mengancam eksistensi NKRI sebagai negara hukum,’’ tegas Stefanus Asat Gusma didampingi Dicky Ricardo Gulto dan Ronald Da Gomez dalam pernyataan persnya di Jakarta, Minggu (19/5/2019).

Menurut Gusma, sapaan Stefanus, Gerakan Satu Bangsa melihat bahwa saat ini tengah berhadapan dengan situasi bukan lagi sekadar pertarungan pilpres antara paslon 01 Vs 02, melainkan Pancasila/NKRI Vs Radikalisme/Negara Khilafah. Seyogyanya ini menjadi perhatian para tokoh dan aktor politik kubu paslon 02 agar membatalkan rencana aksi massa 22 Mei tersebut.

Baca Juga:  Gubri Tinjau  Progres Pemugaran Istana Peraduan

’’Gunakan jalur-jalur konstitusional yang sudah disepakati bersama untuk memperjuangkan keadilan Pemilu atas dugaan-dugaan kecurangan proses dan hasil Pemilu,’’ kata Gusma.

- Advertisement -

Pada kesempatan itu, Gerakan Satu Bangsa berharap para aktor dan tokoh politik tersebut semestinya dapat memberikan kesejukan dalam berdemokrasi dan menjadi contoh kedewasaan berpolitik dan berjiwa kesatria.

’’Kami berkesimpulan, jika nanti konflik politik ini mengarah pada benturan ditingkatan akar rumput hingga berdampak pada gesekan bahkan aksi-aksi kekerasan maka para aktor dan tokoh politik inilah yang harus bertanggung jawab,’’ tegas Gusma.

Gerakan Satu Bangsa dalam pernyataannya menyebutkan pihak kepolisian sudah merilis informasi resmi, bahwa aksi massa tanggal 22 Mei 2019 di KPU akan dijadikan sasaran oleh kelompok dan jaringan teroris untuk melakukan aksi teror bom. Hal tersebut dibuktikan dengan penangkapan terhadap 29 orang terduga teroris yang disinyalir akan merencanakan aksinya, lengkap disertai dengan barang-barang bukti berupa senjata dan bahan-bahan untuk merakit bom.(fri)

Sumber: JPNN.com
Editor: Fopin A Sinaga
Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img
spot_img
spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari