Sabtu, 23 November 2024
spot_img

Gempa di Karangasem, Tiga Orang Meninggal

BANGLI (RIAUPOS.CO) – Guncangan ke­ras membuat I Nyoman Puja dan istrinya, Ni Nengah Nusa, terbangun dari tidur. Waktu itu pukul 04.20. Sinar matahari belum begitu terang. Beberapa detik kemudian, mereka sadar sedang terjadi gempa. I Nyoman Puja dan Ni Nengah Nusa bergegas bangkit. Mereka berteriak membangunkan lima anaknya. Suasana seketika panik.

Semua penghuni rumah ber­hamburan keluar. Namun, seorang anaknya yang baru berusia 3 tahun, Ni Luh Meriani, tak sempat keluar dari rumah tersebut. I Nyoman Puja berusaha menjemput Ni Luh Meriani. Namun, sebelum usahanya berhasil, rumahnya keburu ambruk. Material bangunan menimpa bocah malang tersebut. Ni Luh Meriani ditemukan meninggal dengan luka-luka di sekujur tubuh.

Peristiwa memprihatinkan itu terjadi di Dusun Jatituhu, Desa Ban, Kabupaten Karangasem, Bali, Sabtu (16/10) pagi. "Saat gempa, semua panik. Ni Luh Meriani ini belum sempat dibawa keluar rumah," ujar Kepala Desa Ban I Gede Tamu Sugiantara saat dikonfirmasi Jawa Pos Radar Bali (JPG), Sabtu (16/10).

Sugiantara menerangkan, kondisi desanya kini memprihatinkan. Dari 15 banjar dinas dan 9 banjar adat yang ada, hampir seluruhnya mengalami kerusakan. Desa Ban memang menjadi desa yang mengalami kerusakan paling parah.

Ni Luh Meriani bukan satu-satunya korban. Di Desa Trunyan, Kintamani, Karangasem, gempa yang berkekuatan magnitudo 4,8 itu memicu tanah longsor. Di desa tersebut, dua orang meninggal akibat tertimbun material longsoran. Korban meninggal itu adalah Kadek Wahyu Antari (25), dan Lionel Adi Putra (8). Ada juga yang kondisinya kritis, yakni Made Mudawati (42), dan Nopa Novita Sari (18).  "Korban selamat kini dalam perawatan intensif di RSU Bangli," tegas Kapolres Bangli AKBP I Gusti Agung Dhana Aryawan yang memantau evakuasi korban.

Selain menimpa rumah dan korban, runtuhan bukit menutup akses menuju Desa Trunyan. Di jalur menuju Trunyan, ada delapan titik longsor. Dengan begitu, jalur satu-satunya ke lokasi korban longsor hanya lewat perahu atau lewat Danau Batur. Evakuasi korban pun menggunakan jalur danau. "Para korban diangkut menggunakan boat (kapal) oleh anggota kami," ujar Kapolres. Dia juga meminta seluruh warga yang tinggal di bawah bukit mengungsi ke tempat aman.     

Baca Juga:  Warga AS Turun ke Jalan karena Politikus Diam

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bangli Ketut Gede Wiradana menyatakan, evakuasi satu-satunya hanya bisa dilakukan lewat danau.

"Karena akses ke lokasi longsor ini tertutup," ujarnya.

Untuk sementara, pihaknya hanya bisa mengungsikan warga yang selamat. "Mereka kami minta tinggal sementara di rumah keluarga yang aman dan jauh dari bukit," ujarnya.

Proses evakuasi berjalan lambat. Sebab, BPBD kesulitan untuk menerjunkan alat berat ke lokasi kejadian. "Alat berat ini terhalang longsoran. Kalau memaksa mengeruk, takutnya tanah di atas turun lagi," jelasnya. Dia menambahkan, Kapolda Bali sempat meninjau lokasi longsor. "Pak Kapolda sudah memberikan bantuan perahu karet tambahan untuk jalur ke lokasi itu," ujarnya.

Di Kabupaten Gianyar, gempa juga merusak bangunan suci di Kecamatan Tegallalang. Di antaranya, Pura Puncak Telembu. Di sana, 4 pilar tembok, 2 bangunan apit lawang, dan ujung candi bentar roboh. Kemudian, di Pura Puseh, Desa Adat Perean, bagian atas puncak padmasana roboh. Tidak ada korban dalam kejadian tersebut.
Balai Besar Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BBMKG) Wilayah III Denpasar mencatat, setidaknya terjadi empat kali gempa susulan pascagempa pertama yang memiliki kekuatan 4,8 magnitudo. Lokasi gempa berada di titik 8 kilometer barat laut Karangasem.

Koordinator Bidang Data dan Informasi BBMKG Wilayah III Denpasar Dwi Hartanto menyebutkan, masih ada potensi gempa susulan. Namun, biasanya guncangannya lebih kecil daripada gempa pertama. "Masih ada potensi untuk terjadi gempa susulan. Sejauh ini sudah terjadi empat kali gempa susulan," ujar Hartanto.

Baca Juga:  Waktu Melontar Berakhir, Mina Sepi

Kendati kekuatan magnitudo gempa hanya 4,8, lanjut Hartanto, dampak yang ditimbulkan bisa sangat merusak. Sebab, titik gempa berada di darat dan kedalaman dangkal. Letak geografis suatu wilayah juga memengaruhi tingkat kerusakan yang ditimbulkan getaran gempa.

Kepala Pelaksana BPBD Karangasem IB Ketut Arimbawa menuturkan, hingga saat ini pihaknya masih melakukan pendataan. Kerusakan terbanyak terjadi pada rumah warga dan tempat ibadah. Mengingat jarak rumah satu dan yang lainnya cukup berjauhan. "Karena memang wilayah perbukitan," ujar Arimbawa.

Selain warga yang meninggal, ada yang mengalami luka-luka. Terdapat 13 orang yang mengalami luka-luka. Empat di antaranya terluka parah akibat tertimpa material runtuhan rumah. "Yang luka dirawat di RS Pratama Kubu dan RSUD Karangasem," jelasnya. Warga yang memilih tidur di luar saat ini sudah diberi fasilitas tenda. "Sudah banyak bantuan yang masuk. Besok baru disalurkan," ujarnya.

Gempa juga berdampak pada Kabupaten Buleleng. Sebanyak tiga rumah dan sebuah pura di Desa Tembok rusak. Kepala Pelaksana BPBD Buleleng Putu Ariadi Pribadi mengatakan, pihaknya baru mengidentifikasi kerusakan di Desa Tembok saja. Hingga pukul 18.00 WIB kemarin, baru Desa Tembok yang melaporkan kerusakan.

"Untuk desa-desa lainnya, kami belum mendapat laporan. Kami sudah sampaikan kepada para perbekel, utamanya di wilayah Sawan, Kubutambahan, dan Tejakula, agar melakukan identifikasi. Siapa tahu ada warganya yang terdampak kerusakan akibat gempa," katanya.

Ariadi menambahkan, pihaknya telah mengerahkan tim reaksi cepat (TRC) untuk mengidentifikasi kerusakan. Rencananya, tim BPBD mendistribusikan paket bantuan sekaligus menghitung kerugian akibat peristiwa tersebut.(zul/dra/eps/c7/oni/jpg)

 

BANGLI (RIAUPOS.CO) – Guncangan ke­ras membuat I Nyoman Puja dan istrinya, Ni Nengah Nusa, terbangun dari tidur. Waktu itu pukul 04.20. Sinar matahari belum begitu terang. Beberapa detik kemudian, mereka sadar sedang terjadi gempa. I Nyoman Puja dan Ni Nengah Nusa bergegas bangkit. Mereka berteriak membangunkan lima anaknya. Suasana seketika panik.

Semua penghuni rumah ber­hamburan keluar. Namun, seorang anaknya yang baru berusia 3 tahun, Ni Luh Meriani, tak sempat keluar dari rumah tersebut. I Nyoman Puja berusaha menjemput Ni Luh Meriani. Namun, sebelum usahanya berhasil, rumahnya keburu ambruk. Material bangunan menimpa bocah malang tersebut. Ni Luh Meriani ditemukan meninggal dengan luka-luka di sekujur tubuh.

- Advertisement -

Peristiwa memprihatinkan itu terjadi di Dusun Jatituhu, Desa Ban, Kabupaten Karangasem, Bali, Sabtu (16/10) pagi. "Saat gempa, semua panik. Ni Luh Meriani ini belum sempat dibawa keluar rumah," ujar Kepala Desa Ban I Gede Tamu Sugiantara saat dikonfirmasi Jawa Pos Radar Bali (JPG), Sabtu (16/10).

Sugiantara menerangkan, kondisi desanya kini memprihatinkan. Dari 15 banjar dinas dan 9 banjar adat yang ada, hampir seluruhnya mengalami kerusakan. Desa Ban memang menjadi desa yang mengalami kerusakan paling parah.

- Advertisement -

Ni Luh Meriani bukan satu-satunya korban. Di Desa Trunyan, Kintamani, Karangasem, gempa yang berkekuatan magnitudo 4,8 itu memicu tanah longsor. Di desa tersebut, dua orang meninggal akibat tertimbun material longsoran. Korban meninggal itu adalah Kadek Wahyu Antari (25), dan Lionel Adi Putra (8). Ada juga yang kondisinya kritis, yakni Made Mudawati (42), dan Nopa Novita Sari (18).  "Korban selamat kini dalam perawatan intensif di RSU Bangli," tegas Kapolres Bangli AKBP I Gusti Agung Dhana Aryawan yang memantau evakuasi korban.

Selain menimpa rumah dan korban, runtuhan bukit menutup akses menuju Desa Trunyan. Di jalur menuju Trunyan, ada delapan titik longsor. Dengan begitu, jalur satu-satunya ke lokasi korban longsor hanya lewat perahu atau lewat Danau Batur. Evakuasi korban pun menggunakan jalur danau. "Para korban diangkut menggunakan boat (kapal) oleh anggota kami," ujar Kapolres. Dia juga meminta seluruh warga yang tinggal di bawah bukit mengungsi ke tempat aman.     

Baca Juga:  Tanggapi Pernyataan Presiden soal 75 Pegawai, Begini Kata KPK

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bangli Ketut Gede Wiradana menyatakan, evakuasi satu-satunya hanya bisa dilakukan lewat danau.

"Karena akses ke lokasi longsor ini tertutup," ujarnya.

Untuk sementara, pihaknya hanya bisa mengungsikan warga yang selamat. "Mereka kami minta tinggal sementara di rumah keluarga yang aman dan jauh dari bukit," ujarnya.

Proses evakuasi berjalan lambat. Sebab, BPBD kesulitan untuk menerjunkan alat berat ke lokasi kejadian. "Alat berat ini terhalang longsoran. Kalau memaksa mengeruk, takutnya tanah di atas turun lagi," jelasnya. Dia menambahkan, Kapolda Bali sempat meninjau lokasi longsor. "Pak Kapolda sudah memberikan bantuan perahu karet tambahan untuk jalur ke lokasi itu," ujarnya.

Di Kabupaten Gianyar, gempa juga merusak bangunan suci di Kecamatan Tegallalang. Di antaranya, Pura Puncak Telembu. Di sana, 4 pilar tembok, 2 bangunan apit lawang, dan ujung candi bentar roboh. Kemudian, di Pura Puseh, Desa Adat Perean, bagian atas puncak padmasana roboh. Tidak ada korban dalam kejadian tersebut.
Balai Besar Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BBMKG) Wilayah III Denpasar mencatat, setidaknya terjadi empat kali gempa susulan pascagempa pertama yang memiliki kekuatan 4,8 magnitudo. Lokasi gempa berada di titik 8 kilometer barat laut Karangasem.

Koordinator Bidang Data dan Informasi BBMKG Wilayah III Denpasar Dwi Hartanto menyebutkan, masih ada potensi gempa susulan. Namun, biasanya guncangannya lebih kecil daripada gempa pertama. "Masih ada potensi untuk terjadi gempa susulan. Sejauh ini sudah terjadi empat kali gempa susulan," ujar Hartanto.

Baca Juga:  Saatnya Negara Melindungi Rakyatnya

Kendati kekuatan magnitudo gempa hanya 4,8, lanjut Hartanto, dampak yang ditimbulkan bisa sangat merusak. Sebab, titik gempa berada di darat dan kedalaman dangkal. Letak geografis suatu wilayah juga memengaruhi tingkat kerusakan yang ditimbulkan getaran gempa.

Kepala Pelaksana BPBD Karangasem IB Ketut Arimbawa menuturkan, hingga saat ini pihaknya masih melakukan pendataan. Kerusakan terbanyak terjadi pada rumah warga dan tempat ibadah. Mengingat jarak rumah satu dan yang lainnya cukup berjauhan. "Karena memang wilayah perbukitan," ujar Arimbawa.

Selain warga yang meninggal, ada yang mengalami luka-luka. Terdapat 13 orang yang mengalami luka-luka. Empat di antaranya terluka parah akibat tertimpa material runtuhan rumah. "Yang luka dirawat di RS Pratama Kubu dan RSUD Karangasem," jelasnya. Warga yang memilih tidur di luar saat ini sudah diberi fasilitas tenda. "Sudah banyak bantuan yang masuk. Besok baru disalurkan," ujarnya.

Gempa juga berdampak pada Kabupaten Buleleng. Sebanyak tiga rumah dan sebuah pura di Desa Tembok rusak. Kepala Pelaksana BPBD Buleleng Putu Ariadi Pribadi mengatakan, pihaknya baru mengidentifikasi kerusakan di Desa Tembok saja. Hingga pukul 18.00 WIB kemarin, baru Desa Tembok yang melaporkan kerusakan.

"Untuk desa-desa lainnya, kami belum mendapat laporan. Kami sudah sampaikan kepada para perbekel, utamanya di wilayah Sawan, Kubutambahan, dan Tejakula, agar melakukan identifikasi. Siapa tahu ada warganya yang terdampak kerusakan akibat gempa," katanya.

Ariadi menambahkan, pihaknya telah mengerahkan tim reaksi cepat (TRC) untuk mengidentifikasi kerusakan. Rencananya, tim BPBD mendistribusikan paket bantuan sekaligus menghitung kerugian akibat peristiwa tersebut.(zul/dra/eps/c7/oni/jpg)

 

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img
spot_img
spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari