(RIAUPOS.CO) – Menjelang 10 hari terakhir bulan Ramadan, hampir seluruh masjid di Pekanbaru sudah mempersiapkan untuk melaksanakan kegiatan iktikaf. Baik itu dilakukan di masjid besar atau masjid berlabel masjid paripurna, maupun masjid tanpa label itu.
Artinya, umat yang menjalankan ibadah puasa Ramadan ini, dipastikan akan melakukan ibadah tersebut, dengan berdiam diri di masjid dalam waktu yang ditentukan, bermuhasabah dan mencari keridaan sang pencipta dan untuk mengejar lailatul qadar yang agung.
Menurut Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Pekanbaru, Akbarizan, iktikaf ini adalah salah satu ibadah yang dianjurkan bagi kaum muslimin di bulan Ramadan untuk memperbanyak iktikaf.
"Sebenarnya iktikaf itu setiap malam di bulan Ramadan bisa dilaksanakan. Tapi karena tidak bisa dilaksanakan setiap malam, sekurang-kurangnya itu dilakukan malam ke-21 Ramadan, atau 10 malam terakhir bulan Ramadan. Kalau pun tidak bisa di 10 malam terakhir, di malam-malam ganjil di 10 malam terakhir itu bisa dilaksanakan," kata Akbarizan kepada wartawan, Sabtu (16/4).
Apa yang diharap dari iktikaf itu? Dijelaskannya, tentu semua umat Islam yang muslim mengharapkan mendapatkan lailatul qadar. "Jadi lailatul qadar itu, kalau kita mendapatkannya, jika kita berdoa diijabah, makbul, lalu amalan yang dilakukan malam lailatul qadar itu dihitung lebih baik dari 1000 bulan atau lebih kurang 83 tahun. Itulah keutamaan lailatul qadar," jelasnya.
Makanya, orang-orang yang mau mengejar lailatul qadar itu ialah orang mengejar fadilah dengan itikaf di masjid di 10 malam terakhir. Disampaikan Akbarizan lagi, bahwa, tata cara melaksanakan iktikaf ini sangat mudah, namun harus tidur di masjid. Saat bangun di sepertiga malamnya melakukan kegiatan seperti salat-salat sunnah yang dianjurkan, membaca Alquran, berdoa, namun harus dilakukan di masjid dan khusuk.
Misalkan setiap malamnya kalau di rumah tidur pukul 21. 00WIB, lalu bangun pukul 3 dini hari menjelang subuh. Namun untuk iktikaf mungkin tidur bisa pukul 00.00 WIB setelah melakukan tata caranya, dan bangun pukul 2 dinihari melakukan amalan dan anjuran selama Ramadan. Akbarizan yang juga merupakan Ketua Harian Masjid Agung Paripurna Ar-Rahman Pekanbaru, ini mengatakan, kegiatan di salah satu masjid kebanggaan di Kota Pekanbaru, pihaknya sudah mempersiapkan jauh-jauh hari.
"Masjid Agung paripurna Ar-Rahman sendiri dalam pelaksanaan iktikaf nanti sudah mempersiapkan diri, dan membentuk kepanitiaannya. Dan juga mempersiapkan ustaz-ustaz pilihan yang akan membimbing jamaah selama pelaksanaan iktikaf di masjid Agung Paripurna Ar-Rahman," tuturnya.
Tidak hanya itu, selama iktikaf juga, panitia sudah mempersiapkan segala hal lainnya, termasuk sahur jamaah yang ikut iktikaf. Pihaknya menyiapkan, bagi jamaah yang mau beritikaf di sini (disiapkan ustaz pembimbing yang bagus bacaannya, tilawahnya.
“Yang pasti harapannya Allah terima doa kita semua," ungkapnya lagi.
Untuk persiapan iktikaf ini sendiri, khususnya di masjid Ar-Rahman sudah dilakukan menjelang masuk Ramadan, dan juga untuk menjadi pembimbing iktikaf di Arrahman. "Kita akan start atau kita mulai iktikaf pada malam 21 Ramadan nanti," sebut Akbarizan.
Disampaikannya, pastinya ada perbedaan antara malam lainnya dengan malam saat akan dilaksanakan iktikaf. Bedanya itu disampaikannya dengan malam biasa. Malam itikaf ini ialah, akan banyak orang tidak pulang, karena akan mengikuti iktikaf bersama-sama di masjid. Misalkan ada nanti pelaksanaan salat tahajud, ada ustaz yang memimpin, ada baca quran, ada tausiyah, muhasabah, selama iktikaf berlangsung.
Banyak Kaum Tua daripada Kaum Muda
Jika melihat dari pengalaman Ramadan yang sudah-sudah, jamaah yang iktikaf di masjid ini kebanyakan kaum tua-tua. Dan ini tentu harus menjadi motivasi bagi yang masih muda untuk tidak melewatkan amalan ini.
Ditaksir untuk jamaah iktikaf tahun ini akan banyak peminat meski belum kelihatan karena belum dimulai iktikafnya. Kalau dilihat dari semangat jamaah dari awal Ramadan selalu penuh, dia berharap iktikaf nanti juga banyak peminatnya.
Ditegaskan Akbarizan memang, biasanya yang mendominasi ikut iktikaf ini kebanyakan kaum-kaum sepuh, tua-tua, jarang sekali dari kalangan muda. "Tahun ini diharapkan berbeda, dan lebih banyak lagi jamaahnya," harapnya.
Untuk itu, Akbarizan juga mengimbau yang mau ikut iktikaf di masjid ialah, pertama diminta sehat, dan memakai masker. "Meski tidak ada pembatasan lagi, namun prokes ketat tetap diterapkan di dalam masjid," tuturnya.
Sementara itu, Sekretaris Daerah Kota (Sekdako) Pekanbaru M Jamil mengatakan, melaksanakan iktikaf pada sepuluh hari terakhir di bulan Ramadan adalah hal yang sangat dianjurkan, terutama pada saat malam hari.
"Bayangkan saja, salah satu dari sepuluh malam terakhir Ramadan sangat dimungkinkan bertepatan dengan turunnya lailatul qadar, lalu kita yang mendapatkannya, masyaallah. Maka melaksanakan iktikaf pada malam-malam tersebut sangatlah dianjurkan dan tentunya ada pahala," sebut M Jamil.
Diharapkan Sekdako juga kepada kaum muda, untuk dapat menjadikan iktikaf ini sebagai gaya hidup. Dan benar-benar memanfaatkannya untuk kebaikan hidup di masa mendatang. "Ini harapan kita bagi anak-anak muda kita," pungkasnya.
Jangan Lupakan Kewajiban
Semua umat Islam yang muslim akan mendapatkan lailatul qadar, dan ini tentu bagi yang mau untuk mengejarnya. Apalagi pada malam itu sesuai dengan Surat Al-Qadr dan artinya, “Pada malam itu turun para malaikat dan Ruh (Jibril) dengan izin Tuhannya untuk mengatur semua urusan.”
Ini yang diungkapkan Wakil Wali Kota Pekanbaru Ayat Cahyadi saat diminta tanggapan soal iktikaf dan lailatul qadar. "Iktikaf di antara sunnah yang tak pernah ditinggalkan Rasulullah saat puasa Ramadan. Karena di 10 hari terakhir Allah janjikan dengan 1 malam yang lebih baik dari 1000 bulan. Rasulullah mengabarkannya di malam-malam ganjil," kata Ayat.
Untuk itu dia mengajak kepada kaum muslimin semaksimal mungkin untuk mengerjakannya amalan itikaf ini. "Tentu tidak boleh mengganggu kewajiban. Misalnya seorang suami yang tugasnya mencari nafkah, kalau yang bersangkutan tak mencari tak ada yang di makan oleh anggota keluarga maka harus mendahulukan mencari nafkah. Maka pentingnya merencanakan ibadah Ramadan jauh sebelum Ramadan sehingga di akhir Ramadan bisa iktikaf," sarannya.
Kepada seluruh pengurus masjid, terutama masjid-masjid paripurna, Ayat kembali menegaskan, untuk dapat memfasilitasi kegiatan iktikaf ini dengan sebaik-baiknya. "Supaya kegiatan ini bisa dimaksimalkan dengan baik dan mendapatkan fadilah lailatul qadar tersebut," tuturnya.(gus)