JANTUNG petugas rumah duka Duarte and Sons Funeral, Paraguay, berdegup kencang. Kantong jenazah yang baru diserahkan San Fernando Clinic bergerak-gerak. Dengan mengumpulkan segenap keberanian, mereka membuka kantong tersebut.
Jenazah di dalamnya, Gladys Rodriguez Duarte, terbangun. Gladys bukan zombi. Perempuan 46 tahun itu menjadi korban salah diagnosis. Dia masih hidup, tapi dinyatakan sudah meninggal dan dikirim ke rumah duka. Beruntung, dia terbangun sebelum dimasukkan ke peti jenazah.
Dilansir Mirror, perempuan asal Kota Coronel Oviedo itu pergi ke San Fernando Clinic karena tekanan darahnya naik.
Dia tiba pada pukul 09.30 dan diperiksa Dr Heriberto Vera. Dua jam kemudian, dokter menyatakan kepada sang suami, Maximino Duarte Ferreira, bahwa nyawa Gladys tidak tertolong. Tubuhnya dimasukkan ke kantong jenazah dan dikirim ke rumah duka. "Dia (dokter Vera, red) bahkan tidak berusaha menyelamatkannya," ujar Maximino. Gladys kini dirawat di Social Welfare Institute.(sha/c14/ayi/jpg)
JANTUNG petugas rumah duka Duarte and Sons Funeral, Paraguay, berdegup kencang. Kantong jenazah yang baru diserahkan San Fernando Clinic bergerak-gerak. Dengan mengumpulkan segenap keberanian, mereka membuka kantong tersebut.
Jenazah di dalamnya, Gladys Rodriguez Duarte, terbangun. Gladys bukan zombi. Perempuan 46 tahun itu menjadi korban salah diagnosis. Dia masih hidup, tapi dinyatakan sudah meninggal dan dikirim ke rumah duka. Beruntung, dia terbangun sebelum dimasukkan ke peti jenazah.
- Advertisement -
Dilansir Mirror, perempuan asal Kota Coronel Oviedo itu pergi ke San Fernando Clinic karena tekanan darahnya naik.
Dia tiba pada pukul 09.30 dan diperiksa Dr Heriberto Vera. Dua jam kemudian, dokter menyatakan kepada sang suami, Maximino Duarte Ferreira, bahwa nyawa Gladys tidak tertolong. Tubuhnya dimasukkan ke kantong jenazah dan dikirim ke rumah duka. "Dia (dokter Vera, red) bahkan tidak berusaha menyelamatkannya," ujar Maximino. Gladys kini dirawat di Social Welfare Institute.(sha/c14/ayi/jpg)