JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Hubungan AS dan Syrian Democratic Forces (SDF) makin renggang. Ahad (13/10) lalu petinggi etnis Kurdi sepakat dengan rezim Bashar Al Assad untuk bersama-sama melawan militer Turki. Presiden AS Donald Trump pun makin menjauh dari mantan sekutunya itu dengan menarik tentaranya dari Syria.
Tentara pemerintah Assad tak buang-buang waktu dalam melaksanakan ancamannya kepada Turki. Mereka sudah bergerak menuju perbatasan Turki Senin pagi (14/10). Menurut koresponden Agence France-Presse, personel militer pemerintah Syria tiba di Tall Tamr. Kedatangan tentara itu disambut gembira oleh warga.
Pasukan Syrian Armed Forces (SAF) diberitakan juga bakal memperkuat Manbij, salah satu kota strategis di wilayah kekuasaan SDF, dan kota perbatasan Kobane.
"Kami sudah mengizinkan tentara rezim (Assad) dan Rusia untuk memasuki Kobane malam ini," ujar Jenderal Ismet Sheikh Hassan, menteri pertahanan pemerintah otonomi Kurdi, kepada Al Jazeera.
Menurut Syrian Observatory for Human Rights, serangan Turki di wilayah kekuasaan Kurdi sudah menewaskan 121 personel SDF dan 60 warga sipil. Rumah sakit di Kota Qamishli sudah kewalahan menangani pasien kritis.
Konflik tersebut juga membuat 800 perempuan dan anak yang dipenjara di kamp milik SDF kabur. Hal tersebut membuat SDF akhirnya membuka pintu negosiasi. Rusia pun langsung turun tangan sebagai mediator.
"Saat ini kita harus memilih antara kompromi (dengan pemerintah Syria) atau pembantaian rakyat. Kami jelas memilih hidup rakyat," ujar pejabat SDF dalam pernyataan resmi menurut CNN.
Menurut dokumen yang bocor, kesepakatan itu menekankan bahwa campur tangan Damaskus murni secara militer. Assad juga berjanji tidak mengganggu kewenangan lembaga otonomi Kurdi. Hanya, banyak lembaga yang sudah tidak berfungsi karena serangan Turki.
Hubungan Kurdi dengan pemerintah AS pun makin jauh lantaran kesepakatan itu. Ditambah lagi, Trump baru saja mengumumkan keputusan untuk memulangkan seribu personel militer AS dari Syria.
"Tentara kami terjebak dalam konflik antara dua pihak. Setelah saya bicara dengan presiden, kami putuskan untuk menarik semua pasukan dari Syria," ujar Menteri Pertahanan AS Mark Esper.
Selama ini timur laut Syria merupakan pusat operasi AS. Keputusan untuk menarik kekuatan militer AS dari markas lamanya dianggap publik sebagai lampau hijau yang lebih terang bagi Turki. Esper pun menyebut kesepakatan SDF dengan Assad dan Rusia sebagai salah satu faktor keputusan tersebut.
"Kurdi mungkin saja sengaja melepaskan tahanan itu untuk membuat kami terlibat," ungkap Trump.
Sumber : Jawapos.com
Editor : Rinaldi