Sabtu, 23 November 2024
spot_img

Siapkan Obat dan Gelang Pakai Chip

(RIAUPOS.CO) – Pemerintah kembali menyiapkan paket perawatan karantina mandiri untuk pasien Covid-19 bergejala ringan. Kebijakan itu disiapkan untuk mengantisipasi potensi lonjakan kasus karena persebaran Covid-19 varian Omicron.

Keputusan tersebut diambil da­lam rapat koordinasi antara Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dan Satgas Penanganan Covid-19 yang dipimpin Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan pada Jumat (14/1) lalu.

Luhut mengatakan, dari berbagai penelitian yang dia terima dari para epidemiolog dan dokter, varian Omicron ini menular sangat cepat, tetapi less severe atau tidak parah. Kendati telah dilaporkan kematian di beberapa negara, jumlahnya cukup rendah.

"Walau begitu, kita mau agar lonjakan kasus konfirmasi ini bisa kita turunkan dan bagaimana upaya kita pascalonjakan Omicron ini," ujar Luhut dalam pernyataannya, Selasa  (15/1).

Dalam beberapa pekan terakhir, Omicron menyebar di Tanah Air dengan dominasi berasal dari pelaku perjalanan luar negeri (PPLN). Hingga kemarin sudah terdeteksi lebih dari 500 kasus konfirmasi positif varian Omicron di Indonesia. Terutama di wilayah DKI Jakarta.

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyatakan, transmisi lokal sudah terjadi. Provinsi DKI Jakarta menjadi klaster penularannya. "Untuk itu, perlu kita lakukan koordinasi dengan pemerintah daerah terkait pengetatan mobilitas yang dibarengi dengan penguatan protokol kesehatan, vaksin booster, dan fasilitas pelayanan kesehatan," urainya.

Untuk antisipasi lonjakan kasus, Wakil Menkes Dante Saksono Harbuwono menyebutkan perlunya kembali pemberian paket obat bagi penderita dengan gejala ringan, sedang, dan berat. Paket obat tersebut, ujar dia, akan disiapkan Kemenkes. "Paket obat ini ditujukan bagi orang yang tidak bergejala dan bergejala ringan. Hal ini untuk mengurangi angka hospitalization (rawat inap, red) di berbagai rumah sakit di Indonesia," terangnya.

Dalam kesempatan yang sama, Koordinator Tim Pakar Satgas Covid-19 Wiku Adisasmito juga berkomentar soal strategi yang akan digunakan. Fokusnya pada pengetatan PPLN yang datang ke Indonesia. "Bagi para PPLN, akan dilakukan karantina selama tujuh hari setelah mereka sampai. Selama karantina ini mereka akan dites PCR dan harus betul-betul aman sebelum masuk dalam komunitas," ujarnya.

Baca Juga:  Semakin Banyak Negara Batalkan Haji 2020

Sementara itu, Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny Gerard Plate mengimbau masyarakat segera mengambil vaksin booster bagi yang sudah mendapatkan panggilan. Vaksinasi booster, kata dia, dapat mempertahankan tingkat kekebalan, memperpanjang masa perlindungan, dan mengendalikan penularan Covid-19.

Apalagi, persebaran varian Omicron masih mengancam terjadinya gelombang peningkatan kasus berikutnya. "Kami terus mengedukasi masyarakat secara masif supaya pemahaman akan pentingnya manfaat vaksinasi booster ini semakin luas," tuturnya.
Pada bagian lain, Kepala Subbidang Tracing Satgas Penanganan Covid-19 Koesmedi Priharto mengatakan, jajarannya tengah mengkaji opsi penggunaan gelang yang dilengkapi cip (chip) bagi pasien karantina. Chip tersebut diperlukan untuk memantau dan memastikan warga itu tidak keluar lokasi karantina. "Ini sedang kita coba cari ya, apakah mungkin diberikan gelang. Karena saat ini teknologi sangat memungkinkan," ucapnya dalam diskusi.

Pasalnya, lanjut Koesmedi, aplikasi PeduliLindungi yang sekarang digunakan tidak cukup efektif. Sebab, warga tersebut dimungkinkan meninggalkan handphone-nya. Berbeda dengan menggunakan teknologi chip yang melekat.

Sejauh ini pihaknya masih mencari formula agar orang yang dikarantina bisa menerima dan menjalani dengan baik. Sebab, selama ini selalu saja ada persoalan. "Kita harus mencari model. Artinya, model apa sih yang bisa kita lakukan supaya karantina itu bisa diterima dengan enak," tuturnya.

Riau Terkendali
Kasus penyebaran Covid-19 di Riau terkendali. Buktinya, Sabtu (15/1) di Riau tidak terdapat atau nihil penambahan pasien positif Covid-19. Plt Kepala Dinas Kesehatan Riau, Masrul Kasmy mengatakan, dengan tidak adanya penambahan pasien positif Covid-19 tersebut, maka total penderita Covid-19 di Riau masih 128.575 orang.

Sementara itu, untuk pasien yang sembuh bertambah satu pasien, sehingga total 124.444 orang yang sudah sembuh. Untuk kabar baiknya, tidak terdapat pasien positif Covid-19 yang meninggal dunia. Sehingga total pasien yang meninggal akibat Covid-19 di Riau masih sebanyak 4.125 orang.

Dari total pasien positif Covid-19 Riau, yang masih menjalani perawatan di rumah sakit sebanyak dua orang. Sementara yang menjalani isolasi mandiri sebanyak empat orang. Sehingga saat ini jumlah pasien Covid-19 yang masih menjalani perawatan baik di rumah sakit maupun isolasi mandiri sebanyak enam orang.

Baca Juga:  Saat Live IG, Maudy Ayunda Cekcok dengan Seorang Pria

Sementara itu, untuk suspek yang menjalani isolasi mandiri 78 orang dan yang isolasi di rumah sakit 10 orang. Total suspek yang selesai menjalani isolasi 154.964, meninggal dunia 512 orang. Masrul juga mengajak masyarakat untuk terus menerapkan protokol kesehatan. Terutama saat beraktivitas di luar rumah.

"Mari kita sama-sama untuk tetap menjaga diri dan orang sekitar kita dengan terus menerapkan protokol kesehatan dengan cara mencuci tangan, menjaga jarak, dan menggunakan masker," ujar Plt Kepala Dinas Kesehatan Riau, Masrul Kasmy, Sabtu (15/1).
Sementara itu, pencapaian vaksinasi Covid-19 bagi tenaga kesehatan dengan sasaran 32.923 orang, dengan vaksinasi dosis pertama sebesar 45.699 (138,81 persen), vaksinasi dosis kedua sebesar 43.654 (132,59 persen) dan vaksinasi dosis ketiga sebesar 27.869 (84,65 persen). Pencapaian vaksinasi Covid-19 bagi lansia dengan sasaran 322.466 orang, dengan vaksinasi dosis pertama sebesar 190.436 (59,06 persen) dan vaksinasi dosis kedua sebesar 105.746 (32,79 persen).

Pencapaian vaksinasi Covid-19 bagi pelayan publik dengan sasaran 349.418 orang, dengan vaksinasi dosis pertama sebesar 519.389 (148,64 persen) dan vaksinasi dosis kedua sebesar 475.817 (136,17 persen). Pencapaian vaksinasi Covid-19 bagi masyarakat umum dengan sasaran 3.451.350 orang, dengan vaksinasi dosis pertama sebesar 2.423.749 (70,23 persen) dan vaksinasi dosis kedua sebesar 1.290.524 (37,39 persen).

Sedangkan capaian vaksinasi Covid-19 bagi ibu hamil dengan sasaran 29.418 orang, vaksinasi dosis pertama sebesar 170 (0,58 persen) dan vaksinasi dosis kedua sebesar 144 (0,49 persen). Pencapaian vaksinasi Covid-19 bagi disabilitas dengan vaksinasi dosis pertama sebesar 170 (0,00 persen) dan vaksinasi dosis kedua sebesar 144 (0,00 persen).

Pencapaian vaksinasi Covid-19 bagi masyarakat berumur 12-17 tahun dengan sasaran 611.773 orang, dengan vaksinasi dosis pertama sebesar 611.773 (89,42 persen) dan vaksinasi dosis kedua sebesar 402.753 (58,87 persen)," katanya.(tau/far/c9/oni/sol/jpg)

 

Laporan SOLEH SAPUTRA dan JPG, Pekanbaru dan Jakarta

(RIAUPOS.CO) – Pemerintah kembali menyiapkan paket perawatan karantina mandiri untuk pasien Covid-19 bergejala ringan. Kebijakan itu disiapkan untuk mengantisipasi potensi lonjakan kasus karena persebaran Covid-19 varian Omicron.

Keputusan tersebut diambil da­lam rapat koordinasi antara Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dan Satgas Penanganan Covid-19 yang dipimpin Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan pada Jumat (14/1) lalu.

- Advertisement -

Luhut mengatakan, dari berbagai penelitian yang dia terima dari para epidemiolog dan dokter, varian Omicron ini menular sangat cepat, tetapi less severe atau tidak parah. Kendati telah dilaporkan kematian di beberapa negara, jumlahnya cukup rendah.

"Walau begitu, kita mau agar lonjakan kasus konfirmasi ini bisa kita turunkan dan bagaimana upaya kita pascalonjakan Omicron ini," ujar Luhut dalam pernyataannya, Selasa  (15/1).

- Advertisement -

Dalam beberapa pekan terakhir, Omicron menyebar di Tanah Air dengan dominasi berasal dari pelaku perjalanan luar negeri (PPLN). Hingga kemarin sudah terdeteksi lebih dari 500 kasus konfirmasi positif varian Omicron di Indonesia. Terutama di wilayah DKI Jakarta.

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyatakan, transmisi lokal sudah terjadi. Provinsi DKI Jakarta menjadi klaster penularannya. "Untuk itu, perlu kita lakukan koordinasi dengan pemerintah daerah terkait pengetatan mobilitas yang dibarengi dengan penguatan protokol kesehatan, vaksin booster, dan fasilitas pelayanan kesehatan," urainya.

Untuk antisipasi lonjakan kasus, Wakil Menkes Dante Saksono Harbuwono menyebutkan perlunya kembali pemberian paket obat bagi penderita dengan gejala ringan, sedang, dan berat. Paket obat tersebut, ujar dia, akan disiapkan Kemenkes. "Paket obat ini ditujukan bagi orang yang tidak bergejala dan bergejala ringan. Hal ini untuk mengurangi angka hospitalization (rawat inap, red) di berbagai rumah sakit di Indonesia," terangnya.

Dalam kesempatan yang sama, Koordinator Tim Pakar Satgas Covid-19 Wiku Adisasmito juga berkomentar soal strategi yang akan digunakan. Fokusnya pada pengetatan PPLN yang datang ke Indonesia. "Bagi para PPLN, akan dilakukan karantina selama tujuh hari setelah mereka sampai. Selama karantina ini mereka akan dites PCR dan harus betul-betul aman sebelum masuk dalam komunitas," ujarnya.

Baca Juga:  Booster Cegah Omicron, Pfizer Ingin Anak 5-11 Tahun Divaksin 3 Dosis

Sementara itu, Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny Gerard Plate mengimbau masyarakat segera mengambil vaksin booster bagi yang sudah mendapatkan panggilan. Vaksinasi booster, kata dia, dapat mempertahankan tingkat kekebalan, memperpanjang masa perlindungan, dan mengendalikan penularan Covid-19.

Apalagi, persebaran varian Omicron masih mengancam terjadinya gelombang peningkatan kasus berikutnya. "Kami terus mengedukasi masyarakat secara masif supaya pemahaman akan pentingnya manfaat vaksinasi booster ini semakin luas," tuturnya.
Pada bagian lain, Kepala Subbidang Tracing Satgas Penanganan Covid-19 Koesmedi Priharto mengatakan, jajarannya tengah mengkaji opsi penggunaan gelang yang dilengkapi cip (chip) bagi pasien karantina. Chip tersebut diperlukan untuk memantau dan memastikan warga itu tidak keluar lokasi karantina. "Ini sedang kita coba cari ya, apakah mungkin diberikan gelang. Karena saat ini teknologi sangat memungkinkan," ucapnya dalam diskusi.

Pasalnya, lanjut Koesmedi, aplikasi PeduliLindungi yang sekarang digunakan tidak cukup efektif. Sebab, warga tersebut dimungkinkan meninggalkan handphone-nya. Berbeda dengan menggunakan teknologi chip yang melekat.

Sejauh ini pihaknya masih mencari formula agar orang yang dikarantina bisa menerima dan menjalani dengan baik. Sebab, selama ini selalu saja ada persoalan. "Kita harus mencari model. Artinya, model apa sih yang bisa kita lakukan supaya karantina itu bisa diterima dengan enak," tuturnya.

Riau Terkendali
Kasus penyebaran Covid-19 di Riau terkendali. Buktinya, Sabtu (15/1) di Riau tidak terdapat atau nihil penambahan pasien positif Covid-19. Plt Kepala Dinas Kesehatan Riau, Masrul Kasmy mengatakan, dengan tidak adanya penambahan pasien positif Covid-19 tersebut, maka total penderita Covid-19 di Riau masih 128.575 orang.

Sementara itu, untuk pasien yang sembuh bertambah satu pasien, sehingga total 124.444 orang yang sudah sembuh. Untuk kabar baiknya, tidak terdapat pasien positif Covid-19 yang meninggal dunia. Sehingga total pasien yang meninggal akibat Covid-19 di Riau masih sebanyak 4.125 orang.

Dari total pasien positif Covid-19 Riau, yang masih menjalani perawatan di rumah sakit sebanyak dua orang. Sementara yang menjalani isolasi mandiri sebanyak empat orang. Sehingga saat ini jumlah pasien Covid-19 yang masih menjalani perawatan baik di rumah sakit maupun isolasi mandiri sebanyak enam orang.

Baca Juga:  Suara Cempreng

Sementara itu, untuk suspek yang menjalani isolasi mandiri 78 orang dan yang isolasi di rumah sakit 10 orang. Total suspek yang selesai menjalani isolasi 154.964, meninggal dunia 512 orang. Masrul juga mengajak masyarakat untuk terus menerapkan protokol kesehatan. Terutama saat beraktivitas di luar rumah.

"Mari kita sama-sama untuk tetap menjaga diri dan orang sekitar kita dengan terus menerapkan protokol kesehatan dengan cara mencuci tangan, menjaga jarak, dan menggunakan masker," ujar Plt Kepala Dinas Kesehatan Riau, Masrul Kasmy, Sabtu (15/1).
Sementara itu, pencapaian vaksinasi Covid-19 bagi tenaga kesehatan dengan sasaran 32.923 orang, dengan vaksinasi dosis pertama sebesar 45.699 (138,81 persen), vaksinasi dosis kedua sebesar 43.654 (132,59 persen) dan vaksinasi dosis ketiga sebesar 27.869 (84,65 persen). Pencapaian vaksinasi Covid-19 bagi lansia dengan sasaran 322.466 orang, dengan vaksinasi dosis pertama sebesar 190.436 (59,06 persen) dan vaksinasi dosis kedua sebesar 105.746 (32,79 persen).

Pencapaian vaksinasi Covid-19 bagi pelayan publik dengan sasaran 349.418 orang, dengan vaksinasi dosis pertama sebesar 519.389 (148,64 persen) dan vaksinasi dosis kedua sebesar 475.817 (136,17 persen). Pencapaian vaksinasi Covid-19 bagi masyarakat umum dengan sasaran 3.451.350 orang, dengan vaksinasi dosis pertama sebesar 2.423.749 (70,23 persen) dan vaksinasi dosis kedua sebesar 1.290.524 (37,39 persen).

Sedangkan capaian vaksinasi Covid-19 bagi ibu hamil dengan sasaran 29.418 orang, vaksinasi dosis pertama sebesar 170 (0,58 persen) dan vaksinasi dosis kedua sebesar 144 (0,49 persen). Pencapaian vaksinasi Covid-19 bagi disabilitas dengan vaksinasi dosis pertama sebesar 170 (0,00 persen) dan vaksinasi dosis kedua sebesar 144 (0,00 persen).

Pencapaian vaksinasi Covid-19 bagi masyarakat berumur 12-17 tahun dengan sasaran 611.773 orang, dengan vaksinasi dosis pertama sebesar 611.773 (89,42 persen) dan vaksinasi dosis kedua sebesar 402.753 (58,87 persen)," katanya.(tau/far/c9/oni/sol/jpg)

 

Laporan SOLEH SAPUTRA dan JPG, Pekanbaru dan Jakarta

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img
spot_img
spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari