BEIJING (RIAUPOS.CO) – Puluhan jet tempur terbang di langit Taiwan. Itu bukan latihan perang, melainkan peringatan. Pesawat-pesawat tersebut milik Cina. Mereka sengaja terbang di wilayah udara Taiwan untuk memperingatkan bahwa negara tersebut belum merdeka.
Agence France-Presse mengungkapkan, ada 25 pesawat Cina yang melintas di Taiwan sejak Senin (12/4/2021). Perinciannya, 14 jet tempur J-16, 4 jet tempur J-10, 4 pesawat pengebom H-6K, 2 pesawat perang antikapal selam, serta 1 pesawat peringatan dini dan kontrol udara.
Itu adalah kali ke-10 pesawat Cina masuk Zona Identifikasi Pertahanan Udara (ADIZ) Taiwan dalam bulan ini dan merupakan rombongan terbesar sepanjang tahun ini. Kementerian Pertahanan langsung mengirimkan pesawat untuk memperingatkan agar jet-jet tersebut pergi. Tahun lalu Beijing memecahkan rekor dengan melintas di ADIZ sebanyak 380 kali.
Pemimpin Redaksi Global Times Hu Xijin menegaskan bahwa Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) akan meningkatkan tekanan militer jika hubungan AS-Taiwan kian menghangat. Global Times merupakan harian di bawah naungan Partai Komunis Cina.
’’Jika pasukan Taiwan melepaskan tembakan, itu akan menjadi momen perang habis-habisan di Selat Taiwan,’’ tegasnya seperti dikutip Newsweek.
Sudah bukan rahasia lagi jika Cina beberapa kali menyatakan akan mengambil alih Taiwan, bahkan jika perlu dengan menggunakan kekuatan. Hu meminta agar Taiwan dan AS berhenti memprovokasi. Jika tidak, mereka harus bersiap melihat pesawat tempur Cina terbang di dekat maupun di atas Taiwan.
Jet-jet tempur Cina yang melintas terus-menerus itu adalah penegasan kedaulatan mereka atas Taiwan. Selama ini Cina memang tidak pernah mengakui kemerdekaan Taiwan. Bagi mereka, Taiwan adalah wilayah otonomi khusus, sama halnya dengan Hongkong dan Makau. Meski selama tujuh dekade terakhir sejak perang sipil Cina berakhir, Negeri Panda itu tidak pernah memerintah dan campur tangan pada urusan dalam negeri Taiwan.
Rombongan jet tempur itu adalah jawaban atas pernyataan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken sehari sebelumnya. Dia memperingatkan Cina agar tidak mengubah status quo di sekitar Taiwan. Sebab, hal itu sama saja dengan membuat kesalahan besar.
’’Yang telah kami lihat dan menjadi perhatian nyata adalah tindakan yang semakin agresif oleh pemerintah di Beijing yang diarahkan ke Taiwan telah meningkatkan ketegangan di Selat Taiwan,’’ ujar Blinken dalam program Meet the Press NBC.
Pekan lalu, tepatnya Jumat (9/4/2021), Departemen Luar Negeri juga mengumumkan bahwa mereka akan mempermudah pejabat AS bertemu dengan perwakilan Taiwan. Pejabat Taiwan kini boleh berkunjung ke gedung-gedung Federal AS. Langkah AS yang kian menganggap Taiwan sebagai negara merdeka itulah yang membuat Cina berang.
Situasi panas di Taiwan meningkat sejak pemilu 2016. Kala itu, Presiden Tsai Ing-wen menolak pemikiran bahwa Taiwan adalah satu bagian dari Cina atau yang dikenal dengan istilah One China. Beberapa pakar dan pejabat militer AS memperingatkan bahwa ketegangan antara Taiwan-Cina saat ini merupakan yang tertinggi sejak pertengahan 1990-an.
Jika perang benar terjadi, Taiwan jelas kalah telak. Kekuatan militer mereka jauh di bawah Cina. Bukan hanya itu, armada tempur Taiwan juga sudah tua dan kerap mengalami kecelakaan beberapa tahun belakangan ini. Taiwan membeli peralatan tempurnya dari AS.
Sumber: Jawapos.com
Editor: Eka G Putra