Sabtu, 23 November 2024
spot_img

Pancasila Harus Masuk Kurikulum, Guru adalah Tokohnya

JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Anggota MPR RI, Saifullah Tamliha menilai, bangsa roh Pancasila mulai hilang ketika era reformasi mulai dan berjalan. 

Karena semua produk atau kebijakan yang dikeluarkan oleh orde baru dianggap tidak baik termasuk menghilangkan mata pelajaran Pendidikan Moral Pancasila (PMP) dari kurikulum sekolah.

"Pasca reformasi mata pelajaran PMP di sekolah-sekolah terdampak, yakni ikut dihilangkan. Bangsa ini kehilangan roh kebangsaan. Hilang selama reformasi berlangsung," ujar Saifullah, saat menjadi pembicara dalam Diskusi Empat Pilar MPR di Media Center, Komplek Gedung MPR/DPR RI, Senayan, Jakarta, Senin (13/7/2020).

Saifullah mengungkapkan, saat MPR RI di bawah kepemimpinan Taufik Kiemas, Pancasila kembali disosialisasikan lewat Sosialisasi 4 Pilar MPR RI. Selama menjadi anggota MPR, tambah Saifullah, ia selalu melakukan mensosialisasi 4 Pilar dimana didalamnya adalah penguatan nilai Pancasila.
 
"Warga negara harus memiliki roh kehidupan berbangsa dan bernegara. Untuk itu sangat baik apabila anak-anak sekolah diberi materi ideologi kebangsaan. Anak saya tiga, semuanya lahir di masa reformasi,” ucapnya.
 
"Jadi Pancasila perlu masuk dunia pendidikan. Masuknya Pancasila dalam dunia pendidikan merupakan koreksi total dari era reformasi," tegasnya.

Baca Juga:  Babinsa Tegakkan Disiplin Protokol Kesehatan di Pasar

Menurutnya, kehampaan materi ideologi di sekolah perlu diisi. Memberi materi Pancasila sejak kecil dikatakan sangat penting sebab pada masa itu materinya mudah masuk ke dalam jiwa anak bangsa. 
 
Saat ini sosialisasi Pancasila dilakukan oleh MPR dan BPIP. Bila mengandalkan dua lembaga negara tersebut, dan itu dinilai tidak cukup. Perlu tokoh lain yang melakukan hal serupa. 

"Siapa tokoh lain yang perlu melakukan sosialisasi? Jawabannya adalah guru," sebut politisi PPP itu.

Senada, Anggota MPR RI, M. Nabil Haron mengatakan, selama ini Pancasila hanya menjadi narasi dan masih miskin implementasi. Menurutnya bila hal dibiarkan akan membahayakan kehidupan berbangsa. 

"Dulu PMP baik dan seharusnya dipertahankan," tegasnya.
 
Disebutkannya, banyak negara-negara di dunia yang ingin mengadopsi nilai-nilai Pancasila. Pancasila tidak hanya  masuk sebata dalam kurikulum pendidikan saja, namun juga perlu masuk dalam sendi-sendi kehidupan bangsa dan bernegara.

Baca Juga:  Direktur LIPIA Jakarta Kunjungi Thawalib Padang Panjang

"Mari kita kawal dan implementasikan Pancasila," ajaknya.

Laporan: Yusnir (Jakarta)
Editor: Eko Faizin

JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Anggota MPR RI, Saifullah Tamliha menilai, bangsa roh Pancasila mulai hilang ketika era reformasi mulai dan berjalan. 

Karena semua produk atau kebijakan yang dikeluarkan oleh orde baru dianggap tidak baik termasuk menghilangkan mata pelajaran Pendidikan Moral Pancasila (PMP) dari kurikulum sekolah.

- Advertisement -

"Pasca reformasi mata pelajaran PMP di sekolah-sekolah terdampak, yakni ikut dihilangkan. Bangsa ini kehilangan roh kebangsaan. Hilang selama reformasi berlangsung," ujar Saifullah, saat menjadi pembicara dalam Diskusi Empat Pilar MPR di Media Center, Komplek Gedung MPR/DPR RI, Senayan, Jakarta, Senin (13/7/2020).

Saifullah mengungkapkan, saat MPR RI di bawah kepemimpinan Taufik Kiemas, Pancasila kembali disosialisasikan lewat Sosialisasi 4 Pilar MPR RI. Selama menjadi anggota MPR, tambah Saifullah, ia selalu melakukan mensosialisasi 4 Pilar dimana didalamnya adalah penguatan nilai Pancasila.
 
"Warga negara harus memiliki roh kehidupan berbangsa dan bernegara. Untuk itu sangat baik apabila anak-anak sekolah diberi materi ideologi kebangsaan. Anak saya tiga, semuanya lahir di masa reformasi,” ucapnya.
 
"Jadi Pancasila perlu masuk dunia pendidikan. Masuknya Pancasila dalam dunia pendidikan merupakan koreksi total dari era reformasi," tegasnya.

- Advertisement -
Baca Juga:  Penunjukan 12 Wakil Menteri Bertentangan dengan Hasrat Merampingkan Birokrasi

Menurutnya, kehampaan materi ideologi di sekolah perlu diisi. Memberi materi Pancasila sejak kecil dikatakan sangat penting sebab pada masa itu materinya mudah masuk ke dalam jiwa anak bangsa. 
 
Saat ini sosialisasi Pancasila dilakukan oleh MPR dan BPIP. Bila mengandalkan dua lembaga negara tersebut, dan itu dinilai tidak cukup. Perlu tokoh lain yang melakukan hal serupa. 

"Siapa tokoh lain yang perlu melakukan sosialisasi? Jawabannya adalah guru," sebut politisi PPP itu.

Senada, Anggota MPR RI, M. Nabil Haron mengatakan, selama ini Pancasila hanya menjadi narasi dan masih miskin implementasi. Menurutnya bila hal dibiarkan akan membahayakan kehidupan berbangsa. 

"Dulu PMP baik dan seharusnya dipertahankan," tegasnya.
 
Disebutkannya, banyak negara-negara di dunia yang ingin mengadopsi nilai-nilai Pancasila. Pancasila tidak hanya  masuk sebata dalam kurikulum pendidikan saja, namun juga perlu masuk dalam sendi-sendi kehidupan bangsa dan bernegara.

Baca Juga:  Pemerintah Larang Kerumunan Nataru

"Mari kita kawal dan implementasikan Pancasila," ajaknya.

Laporan: Yusnir (Jakarta)
Editor: Eko Faizin

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img
spot_img
spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari