TEHERAN (RIAUPOS.CO) – Iran mengecam keras keputusan Bahrain menormalisasi hubungan diplomatik dengan Israel. Teheran menyebut Bahrain tak ubahhya rekan kriminal negara Yahudi itu.
Bahrain mengikuti jejak UEA yang lebih dulu menyepakati perdamaian dengan Israel yakni pada 13 Agustus lalu. Bahrain menjadi negara Arab keempat yang menormalisasi hubungan dengan Israel setelah Mesir, Yordania, dan UEA.
Pengumuman normalisasi hubungan diplomatik Bahrain-Israel pertama kali disampaikan oleh Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, lewat kicauan Twitter, Jumat (11/9/2020) malam. Trump memastikan Israel dan Bahrain akan meneken perjanjian perdamaian.
"Terobosan bersejarah lainnya hari ini! Dua sahabat besar kita Israel dan Kerajaan Bahrain menyetujui kesepakatan perdamaian, negara Arab kedua yang berdamai dengan Israel dalam 30 hari," kata Trump, di akun Twitter-nya.
Bahrain setuju untuk menandatangani kesepakatan damai dengan Israel pada 15 September mendatang di Gedung Putih, di mana Uni Emirat Arab (UEA) juga akan menandatangani kesepakatan yang sama.
Keputusan Bahrain memperbaiki hubungan dengan Israel dikecam Iran. Teheran kini memandang Bahrain sebagai salah satu "musuh" dan membahayakan negara-negara Islam.
"Para penguasan Bahrain mulai sekarang akan menjadi mitra kejahatan rezim Zionis sebagai ancaman konstan terhadap keamanan kawasan Arab dan dunia Islam," demikian pernyataan Kementerian Luar Negeri Iran dikutip dari AFP, Sabtu (12/9/2020).
Ini bukan pertama kali Iran menunjukkan kemarahan terhadap langkah negara-negara Arab menormalisasi hubungan diplomatik dengan Israel. Saat UEA sepakat kembali menjalin kerja sama dengan negara Yahudi, Iran dengan keras menyebutnya sebagai tindakan bodoh.
"Semua orang tertindas di Palestina dan semua negara bebas di dunia tidak akan pernah memaafkan normalisasi hubungan dengan rezim kriminal penjajah Israel dan keterlibatannya dalam kejahatan kemanusiaan," demikian pernyataan Iran.
Senada dengan Iran, Kementerian Luar Negeri Turki juga mengutuk langkah UEA. Turki geram dengan kebijakan Abu Dhabi yang dianggap mengorbankan kepentingan rakyat Palestina.
"UEA mencoba menampilkan ini sebagai tindakan pengorbanan diri, sementara mereka mengkhianati perjuangan rakyat Palestina," pernyataan resmi Kemlu Turki dikutip dari AFP.
"Sejarah dan hati nurani masyarakat yang tinggal di wilayah ini tidak akan pernah lupa dan memaafkan perilaku munafik ini," lanjut isi pernyataan.
Sumber: AFP/USA Today/Berbagai Sumber
Editor: Hary B Koriun