Rabu, 18 September 2024

Media Dongeng untuk Membentuk Karakter Siswa

Perkembangan teknologi  yang  massif mendorong terciptanya kemudahan dalam  setiap orang untuk mengakses informasi dari berbagai belahan dunia. Media massa dan internet memberikan kemudahan bagi masyarakat untuk memenuhi berbagai kebutuhan mulai dari hiburan, ekonomi, dan sebagainya. Dibalik itu semua, kenyaataanya remaja saat ini secara tidak langsung dihadapkan pada pengaruh negatif media yang sangat mudah untuk diakses. Aynur (2011) menjelaskan bahwa karakter yang baik sangat penting dalam masyarakat saat ini karena remaja beresiko menghadapi bahaya yang tidak pernah terjadi pada generasi sebelumnya.

Lickona  Lickona (2012) mengemukakan beberapa alasan tentang perlunya pendidikan karakter bagi siswa, yaitu: (a) karakter adalah hal yang sangat penting bagi kemajuan bangsa dan negara; (b) karakter memainkan peran dalam memberikan kontrol dan kekuatan dalam masyarakat; dan (c) karakter tidak muncul secara alami, tetapi harus dibangun dan dibentuk untuk menjadi bangsa yang bermartabat. Karakter yang baik dikembangkan melalui proses yang berkelanjutan yaitu melalui belajar dan praktek. Menurut lickona pembentukan karakter dibagi menjadi 3 tahapan yaitu, moral knowing, moral feeling dan moral action. Sebelum karakter terbentuk, manusia terlebih dahulu harus mengetahui nilai-nilai apa saja yang memberikan kebaikan dalam kehidupanya. Tahap selanjutnya, manusia akan merasakan manfaat dan dampak yang diperoleh apabila melaksanakan nilai karakter dengan baik. Tahap akhir dari pembentukan karakter manusia akan melaksanakan nilai karakter sebagai bentuk kesadaran dan kebutuhan untuk hidup yang lebih baik.

Kepedulian terhadap karakter telah dirumuskan pada fungsi dan tujuan pendidikanbagi masa depan bangsa Indonesia yang dituangkan dalam Pasal 3 Undang-UndangNomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan, “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang MahaEsa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab”. Ketentuan undang –undang tersebut dapat di maknai bahwa pendidikan nasional mendorong terwujud nya generasi penerus bangsa yang memiliki karakter religius, berakhlak mulia, cendekia, mandiri, dan demokratis.

Pendidikan karakter di sekolah tidak menjadi tanggungjawab semua pihak. Sekolah harus menciptakan lingkungan sekolah yang mendukung terbentuknya karakter anak. Sementara itu, untuk pembelajaran di depan kelas guru harus mampu untuk menciptakan suasanabelajar yang dapat menanamkan karakter anak sejak dini. Kegiatan pembelajaran perlu dibuat menarik dan interaktif dengan berbagai metode yang sesuai dengan perkembangan anak. Salah satu strategi yang dapat  dilaksanakan adalah pembelajaran berbasis cerita yaitu dongeng. Guru dapat menetukan materi pembelajaran yang sesuai untuk dilaksanakan dengan bercerita. Misalnya pada materi Bahasa Indonesia pengenalan tokoh dalam cerita atau menentukan pesan dalam cerita.

- Advertisement -
Baca Juga:  Longmarch ke DPR, Ribuan Massa Demo Jilid III Dihadang Aparat

Pembentukan karakter melalui dongeng di sekolah juga dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain: (1) mewajibkan siswa untuk membaca dongeng sekali setiap minggu yang disediakan perpustakaan sekolah; (2) guru membacakan dongeng yang menarik di depan kelas seminggu sekali, (3) lima menit sebelum pelajaran dimulai, siswa membaca dongeng yang disukainya;  (4) siswa mencatat nilai-nilai moral dari dongeng yang telah dibaca; (5) guru menugasi siswa membuat ringkasan mengenai dongeng yang dibacanya seminggu sekali; dan (6) membuat kliping dongeng dari majalah atau Koran seminggu sekali.

Dongeng memiliki beberapa manfaat bagianak. Mengajarkan budi pekerti pada anak

- Advertisement -

1. Banyak dongeng dapat menjadi contoh bagi anak-anak dan mengandung nilai karakter, misalnya cerita tentang kancil anak nakal, tentang perlombaan antara siput dan kelinci, tentang kerucut merah, dan banyak lagi. Dongeng setiap anak selalu memiliki tujuan tersendiri, karena alasan ini, jika anak Anda mengalami kesulitan memahami karakter dalam cerita, guru dapat menjelaskannya menggunakan perumpamaan dari dongeng.

2. Membiasakan budaya membaca anak-anak yang suka membaca biasanya karena orang tua mereka sering membiasakan diri membaca sejak kecil. Salah satu cara untuk memperkenalkan budaya membaca kepada anak-anak sejak kecil adalah dengan membaca banyak cerita seperti dongeng sebelum tidur. Ketika para pendidik terbiasa membaca buku cerita anak-anak, anak-anak akan semakin tertarik untuk belajar membaca sendiri sejak kecil. Dengan begitu, anak-anak akan gemar membaca sejak kecil, dan menyusun anak-anak terbiasa dengan budaya membaca, ini bisa membantunya menjadi lebih pintar di sekolah.

3. Mengembangkan imajinasi.
Cerita dalam sebuah dongeng bagi anak terkadang memiliki cerita yang di luar logika orang dewasa. Meskipun demikan, cerita-cerita seperti itulah yang dapat membantu anak untuk meningkatkan daya imajinasinya. Walaupun terlihat berlebihan, cerita ini bertujuan untuk membuat anak dapat meningkatkan daya kreasinya. Biasanya, anak yang memiliki imajinasi yang tinggi memiliki rasa ingin tahu yang besar sehingga dia akan lebih cepat berkembang.

Baca Juga:  Dalami Pengembangan Koperasi dan UMKM

Membacakan dongeng pada anak dapat mengasah kreativitas dan minat anak dalam membaca. Selain itu, anak juga bisa belajar nilai-nilai karakter yang ada dalam cerita. Jika kebiasaan baik seperti ini terus diterapkan, maka akan memberikan manfaat positif bagi tumbuhkembang mental anak, bahkan memberikan pengaruh yang baik bagi kehidupannya di masa depan.

Mendengarkan dongeng adalah salah satu kegiatan pembelajaran menyenangkan bagi anak. Anak akan antusias duduk untuk mendengarkan cerita yang dibawakan oleh guru. Dongeng yang disampaikan guru dalam kondisi dan suasana yang tepat, mampu membawa imajinasi anak untuk menilai sikap bahkan mengembangkan karakter tokoh pada dongeng. Munculnya tokoh dengan sifat protagonist mampu memunculkan idola pada setiap anak. Ketika siswa merasa senang saat mendengarkan cerita,

Ketika siswa mendengarkan dongeng, guru secara tidak langsung telah melaksanakan dua tahapan pembentukan moral yaitu moral knowing dan moral feeling (lickona, 2012). Siswa akan diperkenalakan dengan berbagai tokoh yang memiliki sifat yang berbeda, ada yang baik dan ada yang buruk. Sifat dari tokoh ini merupakan pengenalan (moral knowing) nilai-nilai karakter pada siswa dan akibat dari perbuatan yang dilakukan oleh tokoh pada akhir cerita. Selain itu, siswa juga ikut dibawa ke dalam dunia cerita yang penuh imajinasi sehingga mendorong mereka merasakan situasi yang terdapat dalam cerita sehingga siswa merasakan apa yang dihadapi oleh tokoh dalam cerita. Tahap ini membantu siswa merasakan dampak dari yang sikap yang dilakukan oleh tokoh dalam cerita. Siswa akan yakin bahwa tokoh yang baik akan memiliki akhir cerita yang bahagia. Rasa kagum akan tokoh ini akan membuat siswa mengikuti sikap daritokoh yang dia dengar dari cerita.***

ELY ASTUTI,S.Pd.SD (Sdn 24 Bantan Kabupaten Bengkalis)

 

 

 

Perkembangan teknologi  yang  massif mendorong terciptanya kemudahan dalam  setiap orang untuk mengakses informasi dari berbagai belahan dunia. Media massa dan internet memberikan kemudahan bagi masyarakat untuk memenuhi berbagai kebutuhan mulai dari hiburan, ekonomi, dan sebagainya. Dibalik itu semua, kenyaataanya remaja saat ini secara tidak langsung dihadapkan pada pengaruh negatif media yang sangat mudah untuk diakses. Aynur (2011) menjelaskan bahwa karakter yang baik sangat penting dalam masyarakat saat ini karena remaja beresiko menghadapi bahaya yang tidak pernah terjadi pada generasi sebelumnya.

Lickona  Lickona (2012) mengemukakan beberapa alasan tentang perlunya pendidikan karakter bagi siswa, yaitu: (a) karakter adalah hal yang sangat penting bagi kemajuan bangsa dan negara; (b) karakter memainkan peran dalam memberikan kontrol dan kekuatan dalam masyarakat; dan (c) karakter tidak muncul secara alami, tetapi harus dibangun dan dibentuk untuk menjadi bangsa yang bermartabat. Karakter yang baik dikembangkan melalui proses yang berkelanjutan yaitu melalui belajar dan praktek. Menurut lickona pembentukan karakter dibagi menjadi 3 tahapan yaitu, moral knowing, moral feeling dan moral action. Sebelum karakter terbentuk, manusia terlebih dahulu harus mengetahui nilai-nilai apa saja yang memberikan kebaikan dalam kehidupanya. Tahap selanjutnya, manusia akan merasakan manfaat dan dampak yang diperoleh apabila melaksanakan nilai karakter dengan baik. Tahap akhir dari pembentukan karakter manusia akan melaksanakan nilai karakter sebagai bentuk kesadaran dan kebutuhan untuk hidup yang lebih baik.

Kepedulian terhadap karakter telah dirumuskan pada fungsi dan tujuan pendidikanbagi masa depan bangsa Indonesia yang dituangkan dalam Pasal 3 Undang-UndangNomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan, “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang MahaEsa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab”. Ketentuan undang –undang tersebut dapat di maknai bahwa pendidikan nasional mendorong terwujud nya generasi penerus bangsa yang memiliki karakter religius, berakhlak mulia, cendekia, mandiri, dan demokratis.

Pendidikan karakter di sekolah tidak menjadi tanggungjawab semua pihak. Sekolah harus menciptakan lingkungan sekolah yang mendukung terbentuknya karakter anak. Sementara itu, untuk pembelajaran di depan kelas guru harus mampu untuk menciptakan suasanabelajar yang dapat menanamkan karakter anak sejak dini. Kegiatan pembelajaran perlu dibuat menarik dan interaktif dengan berbagai metode yang sesuai dengan perkembangan anak. Salah satu strategi yang dapat  dilaksanakan adalah pembelajaran berbasis cerita yaitu dongeng. Guru dapat menetukan materi pembelajaran yang sesuai untuk dilaksanakan dengan bercerita. Misalnya pada materi Bahasa Indonesia pengenalan tokoh dalam cerita atau menentukan pesan dalam cerita.

Baca Juga:  Dalami Pengembangan Koperasi dan UMKM

Pembentukan karakter melalui dongeng di sekolah juga dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain: (1) mewajibkan siswa untuk membaca dongeng sekali setiap minggu yang disediakan perpustakaan sekolah; (2) guru membacakan dongeng yang menarik di depan kelas seminggu sekali, (3) lima menit sebelum pelajaran dimulai, siswa membaca dongeng yang disukainya;  (4) siswa mencatat nilai-nilai moral dari dongeng yang telah dibaca; (5) guru menugasi siswa membuat ringkasan mengenai dongeng yang dibacanya seminggu sekali; dan (6) membuat kliping dongeng dari majalah atau Koran seminggu sekali.

Dongeng memiliki beberapa manfaat bagianak. Mengajarkan budi pekerti pada anak

1. Banyak dongeng dapat menjadi contoh bagi anak-anak dan mengandung nilai karakter, misalnya cerita tentang kancil anak nakal, tentang perlombaan antara siput dan kelinci, tentang kerucut merah, dan banyak lagi. Dongeng setiap anak selalu memiliki tujuan tersendiri, karena alasan ini, jika anak Anda mengalami kesulitan memahami karakter dalam cerita, guru dapat menjelaskannya menggunakan perumpamaan dari dongeng.

2. Membiasakan budaya membaca anak-anak yang suka membaca biasanya karena orang tua mereka sering membiasakan diri membaca sejak kecil. Salah satu cara untuk memperkenalkan budaya membaca kepada anak-anak sejak kecil adalah dengan membaca banyak cerita seperti dongeng sebelum tidur. Ketika para pendidik terbiasa membaca buku cerita anak-anak, anak-anak akan semakin tertarik untuk belajar membaca sendiri sejak kecil. Dengan begitu, anak-anak akan gemar membaca sejak kecil, dan menyusun anak-anak terbiasa dengan budaya membaca, ini bisa membantunya menjadi lebih pintar di sekolah.

3. Mengembangkan imajinasi.
Cerita dalam sebuah dongeng bagi anak terkadang memiliki cerita yang di luar logika orang dewasa. Meskipun demikan, cerita-cerita seperti itulah yang dapat membantu anak untuk meningkatkan daya imajinasinya. Walaupun terlihat berlebihan, cerita ini bertujuan untuk membuat anak dapat meningkatkan daya kreasinya. Biasanya, anak yang memiliki imajinasi yang tinggi memiliki rasa ingin tahu yang besar sehingga dia akan lebih cepat berkembang.

Baca Juga:  Muncul Banyak Virus, Perubahan Iklim Picu Penyakit Lompat ke Manusia

Membacakan dongeng pada anak dapat mengasah kreativitas dan minat anak dalam membaca. Selain itu, anak juga bisa belajar nilai-nilai karakter yang ada dalam cerita. Jika kebiasaan baik seperti ini terus diterapkan, maka akan memberikan manfaat positif bagi tumbuhkembang mental anak, bahkan memberikan pengaruh yang baik bagi kehidupannya di masa depan.

Mendengarkan dongeng adalah salah satu kegiatan pembelajaran menyenangkan bagi anak. Anak akan antusias duduk untuk mendengarkan cerita yang dibawakan oleh guru. Dongeng yang disampaikan guru dalam kondisi dan suasana yang tepat, mampu membawa imajinasi anak untuk menilai sikap bahkan mengembangkan karakter tokoh pada dongeng. Munculnya tokoh dengan sifat protagonist mampu memunculkan idola pada setiap anak. Ketika siswa merasa senang saat mendengarkan cerita,

Ketika siswa mendengarkan dongeng, guru secara tidak langsung telah melaksanakan dua tahapan pembentukan moral yaitu moral knowing dan moral feeling (lickona, 2012). Siswa akan diperkenalakan dengan berbagai tokoh yang memiliki sifat yang berbeda, ada yang baik dan ada yang buruk. Sifat dari tokoh ini merupakan pengenalan (moral knowing) nilai-nilai karakter pada siswa dan akibat dari perbuatan yang dilakukan oleh tokoh pada akhir cerita. Selain itu, siswa juga ikut dibawa ke dalam dunia cerita yang penuh imajinasi sehingga mendorong mereka merasakan situasi yang terdapat dalam cerita sehingga siswa merasakan apa yang dihadapi oleh tokoh dalam cerita. Tahap ini membantu siswa merasakan dampak dari yang sikap yang dilakukan oleh tokoh dalam cerita. Siswa akan yakin bahwa tokoh yang baik akan memiliki akhir cerita yang bahagia. Rasa kagum akan tokoh ini akan membuat siswa mengikuti sikap daritokoh yang dia dengar dari cerita.***

ELY ASTUTI,S.Pd.SD (Sdn 24 Bantan Kabupaten Bengkalis)

 

 

 

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

Terbaru

spot_img

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari