Selasa, 17 September 2024

29 Ribu JCH Belum Dapat Smart Card 1.243 Jemaah Riau Ikuti Skema Murur

MAKKAH (RIAUPOS.CO) – Pada musim haji kali ini, semua jemaah, termasuk jemaah calon haji (JCH) Indonesia, wajib memiliki smart card. Peranti yang juga familier disebut kartu nusuk itu menjadi perangkat yang begitu vital. Sebab, smart card menjadi ‘’tiket masuk’’ ke area pelaksanaan ibadah puncak haji, yakni Armuzna (Arafah Muzdalifah Mina).

Jelang pelaksanaan ibadah Armuzna mulai 15 Juni nanti, sebagian JCH ternyata belum memperoleh kartu nusuk. Ada juga yang sudah dapat, tapi hilang. Sebagian lagi kartunya tidak bisa terbaca oleh sistem.

Berdasar data Kementerian Agama (Kemenag) RI hingga Selasa (11/6), sekitar 12 persen dari 241 ribu JCH Indonesia belum mendapat smart card. Atau sekitar 29 ribu orang. Banyaknya JCH yang belum memperoleh kartu itu sedang jadi perhatian serius Kemenag. ‘’Saat ini kami terus berkomunikasi dengan otoritas Arab Saudi untuk menyelesaikan masalah ini,’’ kata Direktur Layanan Haji Luar Negeri Kemenag RI Subhan Cholid di Kantor Urusan Haji Indonesia di Makkah, kemarin.

Dia menjelaskan, sejauh ini proses penerbitan smart card masih terus dilakukan oleh pemerintah Saudi. ‘’Kemarin (dua hari lalu, red) masih ada 19 persen jemaah yang belum jadi smart card-nya. Hari ini (kemarin, red) tinggal 12 persen,’’ katanya.

- Advertisement -

Menurutnya, 12 persen itu merupakan akumulasi. Yakni, jemaah yang belum mendapat kartu, jemaah yang kartunya tidak bisa terbaca sistem, serta jemaah yang kehilangan kartu. Dia berharap seluruh jemaah sudah mengantongi smart card pada H-1 pelaksanaan wukuf di Arafah pada 15 Juni.

Baca Juga:  Ponpes Pilihan Tepat Mendidik Anak

Meski demikian, petugas penyelenggaraan ibadah haji (PPIH) Arab Saudi sudah menyiapkan skenario jika jemaah belum memperoleh smart card hingga jelang keberangkatan menuju Arafah yang dijadwalkan mulai 8 Zulhijah (14 Juni) pagi. Sesuai skenario, jemaah yang belum mendapatkan smart card akan ditunda keberangkatannya. ‘’Mereka akan diikutkan keberangkatan berikutnya. Insya Allah, waktunya masih sangat cukup,’’ katanya.

- Advertisement -

Pada musim haji tahun ini, pemerintah Saudi menerapkan pengetatan bagi JCH saat masuk ke Armuzna. Hanya yang memiliki smart card yang boleh masuk. Kebijakan itu mulai disimulasikan ke hotel-hotel jemaah. Teknisnya, saat hendak naik bus yang mengantar ke Arafah, setiap jemaah akan diperiksa dan di-scan kartunya oleh petugas dari masyariq. Jika lolos, dia bisa masuk bus. Jika tidak, keberangkatannya ditunda sementara.

1.243 JCH Riau Ikuti Skema Murur
Puncak haji sudah semakin dekat, Kota Makkah sudah dipenuhi jemaah haji dari penjuru dunia. Jemaah diminta untuk menyiapkan fisik dan mental, juga menjaga kesehatan agar tidak sakit saat puncak haji. Meski begitu, menghadapi puncak haji, Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi akan memberlakukan skema murur saat Mabit di Muzdalifah.

Skema ini utamanya diperuntukkan bagi jemaah haji risiko tinggi, lanjut usia, disabilitas, pengguna kursi roda, dan para pendampingnya. ‘’Jemaah Indonesia akan diberangkatkan dari Arafah dengan skema murur dan non murur (normal). Pola normal adalah sistem taraddudi (shuttle) yang mengantar jemaah dari Arafah menuju Muzdalifah, sedangkan cara murur adalah mabit (bermalam) yang dilakukan dengan cara melintas di Muzdalifah, setelah menjalani wukuf di Arafah,” ujar Kepala Sektor 2 Makkah H Syahrudin, Selasa (11/6).

Baca Juga:  Indonesia Tunggu Rekomendasi WHO

‘’Jemaah saat melewati kawasan Muzdalifah tetap berada di atas bus (tidak turun dari kendaraan), lalu bus langsung membawa mereka menuju tenda Mina,’’ sambungnya.

Lebih lanjut Syahrudin mengatakan, untuk JCH Riau sebanyak 1.243 orang akan mengikuti skema murur dan selebihnya akan mengikuti non murur atau normal. ‘’Jemaah Provinsi Riau saat ini berada di Tanah Suci berjumlah 5.328, sebanyak 446 orang merupakan lansia, 418 orang adalah risti, 37 orang disabilitas dan 342 merupakan pendamping. Sehingga sebanyak 1.243 orang ini nantinya yang akan mengikuti murur,” tambahnya.

Sedangkan jemaah yang akan di safari wukufkan karena alasan kesehatan berjumlah 11 orang. “Safari wukuf jemaah kita berjumlah 11 orang, dengan jumlah yang mengambil nafar awal berjumlah 2.388 dan nafar Tsani berjumlah 2.939,” terangnya.

Syahrudin mengimbau untuk jemaah Haji Provinsi Riau, selama proses pelaksanaan armusna agar memperhatikan arahan petugas kloter. ‘’Jemaah perlu memiliki pemahaman yang baik tentang syarat, rukun, dan wajib haji, agar ibadah haji yang dilaksanakan sesuai dengan ketentuan syariat. Rukun haji adalah rangkaian amalan yang harus dilakukan dalam ibadah haji dan tidak dapat diganti dengan amalan lain. Jika rukun ini ditinggalkan, ibadah haji seseorang tidak sah. Rukun haji tersebut adalah, Ihram (niat), wukuf di Arafah, tawaf ifadah, sa’i, cukur (tahallul) dan tertib,” jelasnya.(ris/oni/jpg/ilo)






Reporter: Redaksi Riau Pos Riau Pos

MAKKAH (RIAUPOS.CO) – Pada musim haji kali ini, semua jemaah, termasuk jemaah calon haji (JCH) Indonesia, wajib memiliki smart card. Peranti yang juga familier disebut kartu nusuk itu menjadi perangkat yang begitu vital. Sebab, smart card menjadi ‘’tiket masuk’’ ke area pelaksanaan ibadah puncak haji, yakni Armuzna (Arafah Muzdalifah Mina).

Jelang pelaksanaan ibadah Armuzna mulai 15 Juni nanti, sebagian JCH ternyata belum memperoleh kartu nusuk. Ada juga yang sudah dapat, tapi hilang. Sebagian lagi kartunya tidak bisa terbaca oleh sistem.

Berdasar data Kementerian Agama (Kemenag) RI hingga Selasa (11/6), sekitar 12 persen dari 241 ribu JCH Indonesia belum mendapat smart card. Atau sekitar 29 ribu orang. Banyaknya JCH yang belum memperoleh kartu itu sedang jadi perhatian serius Kemenag. ‘’Saat ini kami terus berkomunikasi dengan otoritas Arab Saudi untuk menyelesaikan masalah ini,’’ kata Direktur Layanan Haji Luar Negeri Kemenag RI Subhan Cholid di Kantor Urusan Haji Indonesia di Makkah, kemarin.

Dia menjelaskan, sejauh ini proses penerbitan smart card masih terus dilakukan oleh pemerintah Saudi. ‘’Kemarin (dua hari lalu, red) masih ada 19 persen jemaah yang belum jadi smart card-nya. Hari ini (kemarin, red) tinggal 12 persen,’’ katanya.

Menurutnya, 12 persen itu merupakan akumulasi. Yakni, jemaah yang belum mendapat kartu, jemaah yang kartunya tidak bisa terbaca sistem, serta jemaah yang kehilangan kartu. Dia berharap seluruh jemaah sudah mengantongi smart card pada H-1 pelaksanaan wukuf di Arafah pada 15 Juni.

Baca Juga:  Jemaah Haji Riau Kembali Mulai 24 Juni, Lempar Jumrah Pakai Sistem Buka Tutup

Meski demikian, petugas penyelenggaraan ibadah haji (PPIH) Arab Saudi sudah menyiapkan skenario jika jemaah belum memperoleh smart card hingga jelang keberangkatan menuju Arafah yang dijadwalkan mulai 8 Zulhijah (14 Juni) pagi. Sesuai skenario, jemaah yang belum mendapatkan smart card akan ditunda keberangkatannya. ‘’Mereka akan diikutkan keberangkatan berikutnya. Insya Allah, waktunya masih sangat cukup,’’ katanya.

Pada musim haji tahun ini, pemerintah Saudi menerapkan pengetatan bagi JCH saat masuk ke Armuzna. Hanya yang memiliki smart card yang boleh masuk. Kebijakan itu mulai disimulasikan ke hotel-hotel jemaah. Teknisnya, saat hendak naik bus yang mengantar ke Arafah, setiap jemaah akan diperiksa dan di-scan kartunya oleh petugas dari masyariq. Jika lolos, dia bisa masuk bus. Jika tidak, keberangkatannya ditunda sementara.

1.243 JCH Riau Ikuti Skema Murur
Puncak haji sudah semakin dekat, Kota Makkah sudah dipenuhi jemaah haji dari penjuru dunia. Jemaah diminta untuk menyiapkan fisik dan mental, juga menjaga kesehatan agar tidak sakit saat puncak haji. Meski begitu, menghadapi puncak haji, Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi akan memberlakukan skema murur saat Mabit di Muzdalifah.

Skema ini utamanya diperuntukkan bagi jemaah haji risiko tinggi, lanjut usia, disabilitas, pengguna kursi roda, dan para pendampingnya. ‘’Jemaah Indonesia akan diberangkatkan dari Arafah dengan skema murur dan non murur (normal). Pola normal adalah sistem taraddudi (shuttle) yang mengantar jemaah dari Arafah menuju Muzdalifah, sedangkan cara murur adalah mabit (bermalam) yang dilakukan dengan cara melintas di Muzdalifah, setelah menjalani wukuf di Arafah,” ujar Kepala Sektor 2 Makkah H Syahrudin, Selasa (11/6).

Baca Juga:  Bangun Jalan Poros Desa Pasir Jaya

‘’Jemaah saat melewati kawasan Muzdalifah tetap berada di atas bus (tidak turun dari kendaraan), lalu bus langsung membawa mereka menuju tenda Mina,’’ sambungnya.

Lebih lanjut Syahrudin mengatakan, untuk JCH Riau sebanyak 1.243 orang akan mengikuti skema murur dan selebihnya akan mengikuti non murur atau normal. ‘’Jemaah Provinsi Riau saat ini berada di Tanah Suci berjumlah 5.328, sebanyak 446 orang merupakan lansia, 418 orang adalah risti, 37 orang disabilitas dan 342 merupakan pendamping. Sehingga sebanyak 1.243 orang ini nantinya yang akan mengikuti murur,” tambahnya.

Sedangkan jemaah yang akan di safari wukufkan karena alasan kesehatan berjumlah 11 orang. “Safari wukuf jemaah kita berjumlah 11 orang, dengan jumlah yang mengambil nafar awal berjumlah 2.388 dan nafar Tsani berjumlah 2.939,” terangnya.

Syahrudin mengimbau untuk jemaah Haji Provinsi Riau, selama proses pelaksanaan armusna agar memperhatikan arahan petugas kloter. ‘’Jemaah perlu memiliki pemahaman yang baik tentang syarat, rukun, dan wajib haji, agar ibadah haji yang dilaksanakan sesuai dengan ketentuan syariat. Rukun haji adalah rangkaian amalan yang harus dilakukan dalam ibadah haji dan tidak dapat diganti dengan amalan lain. Jika rukun ini ditinggalkan, ibadah haji seseorang tidak sah. Rukun haji tersebut adalah, Ihram (niat), wukuf di Arafah, tawaf ifadah, sa’i, cukur (tahallul) dan tertib,” jelasnya.(ris/oni/jpg/ilo)






Reporter: Redaksi Riau Pos Riau Pos
Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

Terbaru

spot_img

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari