Selasa, 17 September 2024

Ukraina di Ambang Perang, Biden dan Putin Bakal Bertemu

KIEV (RIAUPOS.CO) – Presiden AS Joe Biden dan Presiden Rusia Vladimir Putin dijadwalkan berbicara pada Sabtu (12/2/2022) atau Ahad WIB, untuk menyikapi peringatan negara-negara Barat tentang potensi perang yang dapat terjadi kapan saja di Ukraina.

Menurut otoritas Gedung Putih, Putin sudah meminta panggilan telepon antara kedua pemimpin itu dilangsungkan pada Senin (14/2). Namun, Biden ingin melakukannya lebih cepat karena AS melihat tanda-tanda yang semakin jelas tentang kemungkinan serangan Rusia ke Ukraina.

Dalam situasi ketegangan antarnegara ini, Australia dan Selandia Baru menjadi negara yang turut mengimbau warganya untuk meninggalkan Ukraina. Keputusan tersebut diambil setelah AS memperingatkan invasi Rusia yang bisa terjadi kapan pun mungkin meliputi serangan udara.

Rusia sendiri telah berulang kali membantah cerita versi AS yang menyebutkan pihaknya telah mengerahkan 100 ribu pasukan ke perbatasan Ukraina. Rusia berdalih mereka hanya menjaga keamanan negaranya dari agresi sekutu NATO.

- Advertisement -
Baca Juga:  Beberapa Kapal Induk Cina Lewat, Selat Taiwan Memanas

Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, berharap Putin akan memilih jalur diplomasi dibandingkan melakukan serangan. Tapi, bila Rusia bersikeras menyerang, maka AS dapat menjatuhkan sanksi ekonomi pada negara tersebut.

"Saya terus berharap dia tidak akan memilih jalur agresi baru dan dia akan memilih jalur diplomasi dan dialog," ungkap Blinken kepada wartawan setelah pertemuan dengan para pemimpin Pasifik di Fiji, seperti dikutip dari Reuters.

- Advertisement -

"Tapi jika tidak, kami siap," imbuhnya.

Putin berusaha menguatkan pengaruh di Eropa pasca-Perang Dingin. Ia juga meminta jaminan pada Biden untuk memblokir masuknya Ukraina ke NATO dan memastikan keamanan Rusia dari rudal yang ditempatkan di dekat perbatasan negaranya.

AS menganggap banyak dari permintaan itu yang bisa tidak terlalu prioritas, seraya mendorong Rusia untuk membahasnya bersama-sama dengan Washington dan sekutu Eropanya.

Baca Juga:  Perang Balkan, Kroasia, dan Luka Modric

Namun, Biden yakin bahwa pembicaraan satu lawan satu dengan Putin mungkin merupakan peluang terbaik untuk menemukan titik terang dari permasalahan antar negara ini.

Dua komunikasi pada Desember lalu antara Biden dan Putin tidak menghasilkan solusi yang berarti untuk permasalahan tersebut.

Semenjak itu, kedua pemimpin ini belum melakukan pembicaraan lagi, dan diplomat dari kedua negara telah berupaya untuk menemukan titik temu.

Kemudian, proses mediasi lain pada pembicaraan empat arah di Berlin antara Rusia, Ukraina, Jerman dan Prancis pada Kamis (10/2) pun tidak menghasilkan kemajuan.

Lebih lanjut, menurut kantor berita Rusia, TASS, Putin juga berencana untuk berbicara dengan Presiden Prancis, Emmanuel Macron.

Sumber: AFP/News/Berbagai Sumber
Editor: Hary B Koriun

KIEV (RIAUPOS.CO) – Presiden AS Joe Biden dan Presiden Rusia Vladimir Putin dijadwalkan berbicara pada Sabtu (12/2/2022) atau Ahad WIB, untuk menyikapi peringatan negara-negara Barat tentang potensi perang yang dapat terjadi kapan saja di Ukraina.

Menurut otoritas Gedung Putih, Putin sudah meminta panggilan telepon antara kedua pemimpin itu dilangsungkan pada Senin (14/2). Namun, Biden ingin melakukannya lebih cepat karena AS melihat tanda-tanda yang semakin jelas tentang kemungkinan serangan Rusia ke Ukraina.

Dalam situasi ketegangan antarnegara ini, Australia dan Selandia Baru menjadi negara yang turut mengimbau warganya untuk meninggalkan Ukraina. Keputusan tersebut diambil setelah AS memperingatkan invasi Rusia yang bisa terjadi kapan pun mungkin meliputi serangan udara.

Rusia sendiri telah berulang kali membantah cerita versi AS yang menyebutkan pihaknya telah mengerahkan 100 ribu pasukan ke perbatasan Ukraina. Rusia berdalih mereka hanya menjaga keamanan negaranya dari agresi sekutu NATO.

Baca Juga:  Korban Curanmor di Kampar Kaget, Motor yang Hilang Diantar Kapolres ke Rumahnya

Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, berharap Putin akan memilih jalur diplomasi dibandingkan melakukan serangan. Tapi, bila Rusia bersikeras menyerang, maka AS dapat menjatuhkan sanksi ekonomi pada negara tersebut.

"Saya terus berharap dia tidak akan memilih jalur agresi baru dan dia akan memilih jalur diplomasi dan dialog," ungkap Blinken kepada wartawan setelah pertemuan dengan para pemimpin Pasifik di Fiji, seperti dikutip dari Reuters.

"Tapi jika tidak, kami siap," imbuhnya.

Putin berusaha menguatkan pengaruh di Eropa pasca-Perang Dingin. Ia juga meminta jaminan pada Biden untuk memblokir masuknya Ukraina ke NATO dan memastikan keamanan Rusia dari rudal yang ditempatkan di dekat perbatasan negaranya.

AS menganggap banyak dari permintaan itu yang bisa tidak terlalu prioritas, seraya mendorong Rusia untuk membahasnya bersama-sama dengan Washington dan sekutu Eropanya.

Baca Juga:  Fitnah Sodomi ke Anwar Ibrahim Diminta Dihentikan

Namun, Biden yakin bahwa pembicaraan satu lawan satu dengan Putin mungkin merupakan peluang terbaik untuk menemukan titik terang dari permasalahan antar negara ini.

Dua komunikasi pada Desember lalu antara Biden dan Putin tidak menghasilkan solusi yang berarti untuk permasalahan tersebut.

Semenjak itu, kedua pemimpin ini belum melakukan pembicaraan lagi, dan diplomat dari kedua negara telah berupaya untuk menemukan titik temu.

Kemudian, proses mediasi lain pada pembicaraan empat arah di Berlin antara Rusia, Ukraina, Jerman dan Prancis pada Kamis (10/2) pun tidak menghasilkan kemajuan.

Lebih lanjut, menurut kantor berita Rusia, TASS, Putin juga berencana untuk berbicara dengan Presiden Prancis, Emmanuel Macron.

Sumber: AFP/News/Berbagai Sumber
Editor: Hary B Koriun

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

Terbaru

spot_img

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari