JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Baterai ion litium sudah jamak dipakai. Salah satunya, pada telepon genggam. Namun, baru kemarin (9/10) tiga ilmuwan pencipta baterai tersebut meraih penghargaan Nobel di bidang kimia.
''Ini luar biasa. Saya sangat terkejut.” Pernyataan itu dilontarkan Akira Yoshino kepada para jurnalis saat ditanya tentang perasaannya ketika diberi tahu bahwa dia memenangkan Nobel. Peneliti asal Jepang itu tak sendiri. Dia berbagi hadiah dengan John Goodenough dari AS dan M Stanley Whittingham asal Inggris.
Mereka bertiga adalah orang-orang yang berjasa menciptakan baterai ion litium. Baterai yang dayanya bisa diisi ulang itu kini dipakai pada banyak hal. Mulai telepon genggam, laptop, mobil listrik, mainan, hingga peralatan rumah tangga.
”Baterai litium telah merevolusi hidup kita sejak ia kali pertama masuk pasar pada 1991. Ia telah memberikan manfaat besar bagi umat manusia.” Demikian bunyi pernyataan juri Nobel Kimia. Baterai tersebut ringan dan memiliki daya yang besar.
Yang membuka jalan atas penemuan besar itu adalah Whittingham. Saat krisis minyak pada dekade 1970-an, Whittingham menciptakan teknologi penghasil energi yang tidak bergantung kepada minyak.
Dia menggunakan logam litium di anode dan ion litium diselipkan di titanium disulfida untuk katode. Lahirlah baterai ion litium. Sayangnya, ketika diisi ulang beberapa kali, baterai itu rawan meledak.
Untuk meningkatkan keamanannya, kala itu Whittingham mengombinasikan litium metalik dengan aluminium di anode. Namun, baterainya hanya memiliki daya 2 volt.
Goodenough mengembangkan karya Whittingham. Warga AS kelahiran Jerman itu memprediksi bahwa katode bisa ditingkatkan jika dibuat dari logam oksida, bukan sulfida. Profesor di University of Texas, Austin, itu akhirnya menggunakan kobalt oksida untuk meningkatkan baterai litium menjadi 4 volt pada 1980.
Lima tahun kemudian giliran Yoshino yang mengembangkan temuan itu. Dia menggunakan material yang berbahan karbon untuk menyimpan ion litium. Hasilnya adalah baterai yang bisa diisi ulang daya, ringan, dan kuat. Itu baterai pertama yang bisa dikomersialkan.
Goodenough mengungkapkan bahwa kali pertama membuat percobaan dirinya tidak membayangkan bahwa baterai litium itu akan luar biasa berguna seperti saat ini. ”Saya tidak menyangka itu akan berguna untuk telepon seluler, kamera, dan bebagai hal lainnya,” ujar ilmuwan 97 tahun tersebut.
Goodenough adalah peraih Nobel tertua untuk semua kategori. Kemarin dia mendapat dua penghargaan prestisius sekaligus. Yaitu, Nobel Kimia dan Medali Copley dari Royal Society di London, Inggris. Setelah puluhan tahun, karyanya akhirnya diapresiasi.
Yang unik, Yoshino ogah menggunakan telepon genggam. Padahal, di telepon genggam tersebut ada baterai penemuannya. Ilmuwan yang bekerja di Asahi Kasei Corporation itu baru menggunakan telepon genggam beberapa tahun belakangan ini.
BATERAI ION LITIUM ITU…
– Dasar baterai ion litium diciptakan kali pertama pada 1970 untuk mengatasi krisis minyak.
– Baterai itu terdiri atas lima komponen utama, yaitu katode, anode, separator, pengumpul arus (positif dan negatif), serta elektrolit.
– Cara kerjanya, ketika baterai disetrum (dicas), elektrode positif (katode) melepas beberapa ion litiumnya yang bergerak melalui elektrolit dan separator menuju elektrode negatif (anode). Saat baterai dilepas dari pengisinya, ion litium bergerak dari anode ke katode menghasilkan aliran elektron ke alat yang menggunakan baterai itu.
– Baterai ion litium digunakan untuk telepon genggam, laptop, mobil listrik, dan berbagai peralatan lainnya.
Sumber: Jawapos.com
Editor: E Sulaiman