Sabtu, 23 November 2024
spot_img

Penderita Kanker Ganas Stadium 4 Harapkan Bantuan Makin Membesar, Berharap Bisa Berobat ke Melaka

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) — Perempuan berusia 33 tahun sedang berba- ring lesu di kasur yang berada di ruang tamu. Tepat di kepalanya terdapat benjolan berwarna merah kira-kira sebesar bola takraw membuatnya tidak lagi bisa beraktivitas seperti sebelumnya. Sesekali ia mencoba duduk kemudian berbaring untuk bisa mengobrol dengan tetangga yang menjenguknya.

Sri Rahayu, perempuan dengan empat anak ini harus menerima pengobatan demi pengobatan, meskipun tidak menunjukkan hasil yang signifikan. Berbagai upaya telah ia lakukan, mulai dari berobat tradisional hingga modern, tetapi dokter tidak bisa berbuat banyak. Wanita yang biasa disapa Sari ini mengaku telah mengunjungi berbagai dokter baik di Pekanbaru, Padang hingga Bandung, tetapi benjolan di kepalanya tak kunjung mengempis.

Perempuan yang tinggal di Jalan Cipta Karya, Panam ini bercerita, sekitar dua tahun lalu ia menderita tiroid. Menurutnya tiroid tersebut menjadi penyebab kepalanya yang membesar. "Awalnya saya tiroid. Terus menyebar ke kepala. Saya juga tidak paham. Dulu di awal-awal hanya merah-merah aja di kepala, dokter juga tidak tahu karena memang tidak ada benjolan. Tetapi badan saya meriang. Beberapa waktu kemudian mulai nampak benjolan. Mulai besarnya di bulan tujuh tahun lalu," katanya, Jumat (10/1).

Berbekal Badan Penyelenggar jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan, Sari bisa bernapas sedikit lega. Kendati demikian ia berada di kelas II sehingga iuran yang harus dibayarkan setiap bulannya cukup membuat Sari dan suaminya berpikir keras. Pasalnya, keluarga tersebut berasal dari keluarga tidak mampu. "Saya dapat BPJS Kesehata kelas dua karena saya dulu bekerja di perusahaan jadi cleaning service," ujar Sari.

Baca Juga:  Besok MK Agendakan Sidang Mendengarkan Jawaban Termohon dan Pihak Terkait

Sari berhenti bekerja saat hamil anak bungsunya yang saat ini berusia 2 tahun 7 bulan. Suami Sari bekerja sebagai pekerja bangunan yang menerima pekerjaan jika ada yang menawarkan. Mulai dari membangun rumah, memperbaiki atap dan apapun yang diminta terkait bangunan, semua suami Sari lakukan demi menghidupi istri dan keempat anaknya.

Sambil menitikkan air mata, Sari menuturkan selama ini, biaya pembayaran BPJS Kesehatan Sari dibantu oleh keluarga dan tetangga-tetangga yang peduli dengan keadaannya. Bahkan Sari juga pernah menunggak sehingga tidak bisa berobat menggunakan BPJS. Untuk itulah mereka berinisiatif untuk membuka donasi demi kesembuhan Sari. Uang itulah yang digunakan Sari untuk membayar BPJS dan bepergian mencari pengobatan. "Saya berharap BPJS ini bisa turun kelas jadi pengobatan bisa ditanggung semua. Tetapi data saya tidak ada di masyarakat tak mampu," tutur Sari.

Sementara itu, kendati telah berobat ke sana-kemari, Sari harus menelan ludah ketika dokter tak kunjung memberikan solusi untuk kanker ganas stadium 4 dengan nama malignant neoplasm of brain ini. Menurut Sari, dokter memintanya untuk lebih banyak berdoa agar diberikan kemudahan. "Dokter bilang gitu, saya jadi takut. Ada obatnya tapi satu bulannya Rp25 juta, dokter juga tidak bisa memastikan manjur tidaknya obat itu, saya nggak kebayang," ujar Sari sambil mengusap air matanya.

Baca Juga:  Justin Bieber Curhat Ungkap Kehidupan Kelam di Awal Karir

Sari berharap besar bisa melakukan pengobatan ke rumah sakit di Melaka, untuk memastikan penyakitnya bisa ditangani dengan segera dan bisa kembali beraktivitas seperti biasa. Tidak ada yang bisa dilakukan Sari selain duduk dan berbaring menahan rasa sakit akibat benjolan di kepalanya itu. Sari juga mengatakan, benjolan tersebut selain terasa berat juga sering mengeluarkan darah. "Kadang berdarah, nggak bisa diberhentikan kecuali berhenti sendiri," ucapnya.

Sementara itu, menurut kader posyandu setempat Yuni yang juga rekan Sari, mengharapkan agar Sari bisa mendapatkan pengobatan dan dapat menurunkan kelas BPJS sehingga Sari bisa lebih ringan dalam membayar iuran BPJS. Ia mengatakan jika Sari dan suaminya telah berusaha baik ke dinas kesehatan maupun ke dinas sosial untuk mewujudkan hal tersebut, tetapi terhalang oleh peraturan yang menyatakan jika BPJS kelas II tidak tercatat sebagai keluarga tidak mampu.

"Padahal ini urgent, siapapun yang datang ke sini pasti bilang kalau Sari tidak mampu, tapi terhalang peraturan itu tadi. Semoga Pak wali kota bisa membantu Sari," harap Yuni.

Tak hanya itu, Yuni juga menyampaikan kepada masyarakat, untuk berdonasi membantu Sari agar bisa berobat ke Melaka.

"Kami buka donasi agar Sari bisa berobat ke Melaka, karena biaya ke sana perlu dana yang tidak sedikit dan tidak ditanggung BPJS " imbuhnya. Untuk membantu Sari berobat, donasi bisa dikirimkan melalui rekening BRI 7010-01-026633-53-8 atas nama Abu Nalis.(*2/ade)

Laporan : MUSLIM NURDIN

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) — Perempuan berusia 33 tahun sedang berba- ring lesu di kasur yang berada di ruang tamu. Tepat di kepalanya terdapat benjolan berwarna merah kira-kira sebesar bola takraw membuatnya tidak lagi bisa beraktivitas seperti sebelumnya. Sesekali ia mencoba duduk kemudian berbaring untuk bisa mengobrol dengan tetangga yang menjenguknya.

Sri Rahayu, perempuan dengan empat anak ini harus menerima pengobatan demi pengobatan, meskipun tidak menunjukkan hasil yang signifikan. Berbagai upaya telah ia lakukan, mulai dari berobat tradisional hingga modern, tetapi dokter tidak bisa berbuat banyak. Wanita yang biasa disapa Sari ini mengaku telah mengunjungi berbagai dokter baik di Pekanbaru, Padang hingga Bandung, tetapi benjolan di kepalanya tak kunjung mengempis.

- Advertisement -

Perempuan yang tinggal di Jalan Cipta Karya, Panam ini bercerita, sekitar dua tahun lalu ia menderita tiroid. Menurutnya tiroid tersebut menjadi penyebab kepalanya yang membesar. "Awalnya saya tiroid. Terus menyebar ke kepala. Saya juga tidak paham. Dulu di awal-awal hanya merah-merah aja di kepala, dokter juga tidak tahu karena memang tidak ada benjolan. Tetapi badan saya meriang. Beberapa waktu kemudian mulai nampak benjolan. Mulai besarnya di bulan tujuh tahun lalu," katanya, Jumat (10/1).

Berbekal Badan Penyelenggar jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan, Sari bisa bernapas sedikit lega. Kendati demikian ia berada di kelas II sehingga iuran yang harus dibayarkan setiap bulannya cukup membuat Sari dan suaminya berpikir keras. Pasalnya, keluarga tersebut berasal dari keluarga tidak mampu. "Saya dapat BPJS Kesehata kelas dua karena saya dulu bekerja di perusahaan jadi cleaning service," ujar Sari.

- Advertisement -
Baca Juga:  KPK Panggil 6 Orang Saksi Terkait DAK Kota Dumai, Dua di Antaranya ASN

Sari berhenti bekerja saat hamil anak bungsunya yang saat ini berusia 2 tahun 7 bulan. Suami Sari bekerja sebagai pekerja bangunan yang menerima pekerjaan jika ada yang menawarkan. Mulai dari membangun rumah, memperbaiki atap dan apapun yang diminta terkait bangunan, semua suami Sari lakukan demi menghidupi istri dan keempat anaknya.

Sambil menitikkan air mata, Sari menuturkan selama ini, biaya pembayaran BPJS Kesehatan Sari dibantu oleh keluarga dan tetangga-tetangga yang peduli dengan keadaannya. Bahkan Sari juga pernah menunggak sehingga tidak bisa berobat menggunakan BPJS. Untuk itulah mereka berinisiatif untuk membuka donasi demi kesembuhan Sari. Uang itulah yang digunakan Sari untuk membayar BPJS dan bepergian mencari pengobatan. "Saya berharap BPJS ini bisa turun kelas jadi pengobatan bisa ditanggung semua. Tetapi data saya tidak ada di masyarakat tak mampu," tutur Sari.

Sementara itu, kendati telah berobat ke sana-kemari, Sari harus menelan ludah ketika dokter tak kunjung memberikan solusi untuk kanker ganas stadium 4 dengan nama malignant neoplasm of brain ini. Menurut Sari, dokter memintanya untuk lebih banyak berdoa agar diberikan kemudahan. "Dokter bilang gitu, saya jadi takut. Ada obatnya tapi satu bulannya Rp25 juta, dokter juga tidak bisa memastikan manjur tidaknya obat itu, saya nggak kebayang," ujar Sari sambil mengusap air matanya.

Baca Juga:  Jenazah Sutopo Dimakamkan di Boyolali

Sari berharap besar bisa melakukan pengobatan ke rumah sakit di Melaka, untuk memastikan penyakitnya bisa ditangani dengan segera dan bisa kembali beraktivitas seperti biasa. Tidak ada yang bisa dilakukan Sari selain duduk dan berbaring menahan rasa sakit akibat benjolan di kepalanya itu. Sari juga mengatakan, benjolan tersebut selain terasa berat juga sering mengeluarkan darah. "Kadang berdarah, nggak bisa diberhentikan kecuali berhenti sendiri," ucapnya.

Sementara itu, menurut kader posyandu setempat Yuni yang juga rekan Sari, mengharapkan agar Sari bisa mendapatkan pengobatan dan dapat menurunkan kelas BPJS sehingga Sari bisa lebih ringan dalam membayar iuran BPJS. Ia mengatakan jika Sari dan suaminya telah berusaha baik ke dinas kesehatan maupun ke dinas sosial untuk mewujudkan hal tersebut, tetapi terhalang oleh peraturan yang menyatakan jika BPJS kelas II tidak tercatat sebagai keluarga tidak mampu.

"Padahal ini urgent, siapapun yang datang ke sini pasti bilang kalau Sari tidak mampu, tapi terhalang peraturan itu tadi. Semoga Pak wali kota bisa membantu Sari," harap Yuni.

Tak hanya itu, Yuni juga menyampaikan kepada masyarakat, untuk berdonasi membantu Sari agar bisa berobat ke Melaka.

"Kami buka donasi agar Sari bisa berobat ke Melaka, karena biaya ke sana perlu dana yang tidak sedikit dan tidak ditanggung BPJS " imbuhnya. Untuk membantu Sari berobat, donasi bisa dikirimkan melalui rekening BRI 7010-01-026633-53-8 atas nama Abu Nalis.(*2/ade)

Laporan : MUSLIM NURDIN

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img
spot_img
spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari