Di dalam rumah berdinding kayu dan berlantai tanah, Putri Nalurita membersihkan luka bakar di sekujur tubuhnya yang belum sepenuhnya kering. Sudah sepekan ini dia bersama anaknya, Clara Atinka, dan ibunya, Sumiyati, tinggal di kampung halamannya di Desa Sembung, Kecamatan Parengan, Tuban.
LUGAS WICAKSONO, Jawa Pos
PEREMPUAN 19 tahun itu sebelumnya dirawat intensif selama 22 hari di RSUD dr Soetomo setelah dibakar suaminya, Purwanto, pada 15 Oktober lalu di kamar kosnya di Ketintang. Putri dinyatakan menderita luka bakar 16 persen. Setelah kondisinya berangsur membaik, dia melakukan rawat jalan. Bersama ibunya, dia ngekos di Jalan Darmawangsa. Keduanya lantas memutuskan pulang ke Tuban sebulan kemudian.
"Mending kontrol di kampung saja. Biaya hidup di Surabaya mahal. Sehari tidak cukup Rp100 ribu," ujar Sumiyati kemarin (8/12).
Sumiyati yang sebelumnya bekerja sebagai pembantu rumah tangga terpaksa berhenti bekerja karena harus merawat Putri dan Clara yang masih 17 bulan. Di kampung halamannya, dia juga tidak bisa bekerja karena kesibukannya merawat anak dan cucunya. Untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, dia bergantung pada kerabatnya dan uang utangan.
Di Tuban, Putri sesekali diperiksa bidan setempat yang dibimbing dokter RSUD dr Soetomo melalui telepon. Sekali periksa, keluarga tersebut mengeluarkan biaya sendiri. Luka bakar di tubuh Putri belum sepenuhnya mengering. Leher dan telinga kanannya masih diperban karena luka bakarnya yang parah.
"Saraf di leher dan pita suara saya kena. Dulu, suara saya tidak begini. Telinga saya juga masih keluar cairan," kata Putri dengan suara parau.
Dadanya juga terbakar hingga payudaranya tidak bisa mengeluarkan air susu ibu (ASI). Dia harus mengeluarkan uang lebih untuk membelikan susu Clara. Dia juga mengatakan kerap sulit bernapas dan merasakan sesak. Kulit pahanya pun harus dicangkok untuk menutupi kulit dadanya. Beruntung, luka bakar di wajahnya tidak separah bagian tubuh lainnya.
"Mas Purwanto padahal mengincar wajah saya. Tangannya yang terbakar diuyek-uyek ke wajah saya biar wajah saya hancur dan tidak ada laki-laki yang mau sama saya lagi," paparnya.
Putri kini sudah bisa berjalan dan lebih percaya diri. Dia mengaku sempat memaksa dokter agar menyuntik mati dirinya sesaat setelah dibakar karena tidak tahan dengan rasa sakit.
"Semua tubuh saya terasa panas dari dalam. Setiap transfusi darah sakit sekali," ucapnya.
Namun, dia mengaku tidak dendam dengan suaminya yang kini dipenjara meski masa depannya sudah dihancurkan. Meski ingin Purwanto dihukum sesuai perbuatannya, dia mengaku sudah memaafkannya.
"Yang tidak bisa dimaafkan, ibu saya merawat dari kecil tidak pernah aniaya saya, dia baru kenal beberapa bulan sudah membakar saya," katanya.
Berbeda dengan Putri, Sumiyati tidak akan memaafkan Purwanto. Dia ingin menantunya itu dihukum seberat-beratnya. Sepekan terakhir ini Purwanto yang ditahan di Polrestabes Surabaya kerap menghubungi Putri dengan nomor yang berbeda-beda. Dia ingin berhubungan baik lagi dengan istrinya. Namun, Putri telanjur trauma dan merasa diteror dengan telepon-telepon dari suaminya. Dia ingin fokus menata ulang masa depannya.
"Kalau saya sudah sembuh, ingin buka usaha online shop sambil merawat Clara," ungkapnya.
Pembakaran itu juga berdampak pada anaknya. Hingga kini, Clara masih ketakutan dan menangis ketika melihat laki-laki. Putri dan Sumiyati pasrah dengan kondisi psikologis balita itu. Keterbatasan biaya membuat mereka mengurungkan niat untuk membawa Clara ke psikolog.
Saat pertengkaran orang tuanya di kamar kos, Clara ditidurkan di kasur. Beruntung, anak dari pernikahan pertamanya tersebut tidak ikut terbakar. Putri yang saat itu sudah dalam kondisi terbakar berteriak memanggil ibunya yang menunggu di luar agar segera menyelamatkan anaknya. Hanya, meskipun selamat, Clara telanjur menghirup asap pekat.
Putri sampai saat ini masih tidak menyangka suaminya yang dikenal lewat aplikasi jodoh itu tega membakarnya. Dia langsung memutuskan menerima pinangan Purwanto dan menikah meski baru empat bulan berkenalan. Alasannya, pria yang usianya terpaut 28 tahun darinya itu bersikap dewasa dan baik kepada keluarganya. Selain itu, dia ingin menghilangkan kesedihan setelah suami pertamanya tewas akibat tersapu tsunami di Palu.
Namun, sikap Purwanto berubah drastis setelah menikah. Dia mengurung Putri di kamar karena tidak ingin istrinya bertemu lelaki lain. Pria asal Pati itu juga kerap cemburu tanpa alasan. Menurut Putri, suaminya bahkan cemburu pada lelaki yang menggodanya. Padahal, godaan itu tidak direspons. Selain itu, lelaki pengantar makanan yang dipesan secara online pun ikut dicemburui. Namun, Purwanto tidak memarahi lelakinya. Tetapi melampiaskannya dengan memarahi Putri.
"Sama bapak ngantar makanan saja cemburu. Saya pas itu minta pisah. Saya tidak sadar dia nekat bakar saya. Sekarang saya masih trauma," paparnya.
Sumber : Jawapos.com
Editor : Rinaldi