Angka penyebaran kasus Covid-19 di Riau menunjukkan grafik yang tinggi, bahkan cenderung naik dari hari ke hari. Berbagai upaya, langkah dan stimulus dilakukan untuk bisa pulih dan bangkit melawan pandemi. Namun tak hanya pemerintah, peran masyarakat juga diperlukan untuk jadi agen penanggulangan.
Laporan: PANJI AHMAD SYUHADA (Pekanbaru)
TUJUH bulan Bumi Lancang Kuning dilanda kerisauan. Kasus coronavirus disease (Covid-19) belum juga mereda, angka kematian akibat wabah juga terus menerpa. Riau semakin gelisah, lantaran kebijakan dan formulasi penanggulangan wabah belum bisa membuahkan hasil yang maksimal.
Kekhawatiran masyarakat di negeri Melayu ini semakin memuncak, saat Provinsi Riau duduk pada posisi tiga besar angka penyebaran kasus Covid-19 di Indonesia. Saat itu, dalam satu hari terkonfirmasi sebanyak 325 orang yang terpapar, pada Rabu (30/9/2020). Mungkin angka ini masih terbilang kecil jika dibandingkan kasus harian di DKI Jakarta dan beberapa provinsi di Pulau Jawa. Namun Riau bukan harus berbangga, justru mesti segera berbenah.
Pemerintah Provinsi Riau sejak awal Mei sudah berupaya melakukan langkah-langkah mitigasi penanggulangan bencana nonalam ini. Beragam upaya mulai dari pencegahan, sosialisasi, tracking riwayat pasien, pembatasan sosial hingga swab massal digencarkan untuk memutus penyebaran virus SARS- Cov-2 yang penyebarannya semakin luas.
"Kita lakukan tracking dan swab massal untuk mengetahui sejak dini penyebaran Covid-19. Karena semakin banyak yang diperiksa, semakin cepat pula kita ketahui hasilnya dan bisa ditangani sejak dini," kata Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Riau, Mimi Yulia Nazir usai menggelar swab massal di Pasar Bawah, Pekanbaru, akhir Juli lalu.
Pada Juli itu, jumlah penyebaran wabah Covid-19 di Riau masih berada di angka puluhan saja. Namun sebulan kemudian, memasuki September jumlah itu justru meningkat tajam, hingga laporan hariannya tidak kurang dari 100 orang yang terkonfirmasi positif Covid-19.
Lantas, prediksi juru bicara Satgas Covid-19 Provinsi Riau, dr Indra Yovi pada pertengahan Agustus itu rupanya benar terbukti. Dia menyebut bahwa akan ada lonjakan kasus lantaran kebiasaan masyarakat yang masih menganggap enteng dan sepele persoalan covid-19 di Riau.
Periode September di Riau, laporan harian penyebaran virus yang pertama kali menginvasi wilayah Wuhan, Provinsi Hubei Cina tersebut menunjukan grafik yang terus meningkat tajam. Beragam upaya, seperti pembatasan sosial berskala besar (PSBB) hingga pembatasan sosial berskala mikro (PSBM) sudah digencarkan pemerintah daerah. Namun lagi-lagi hasilnya justru belum mampu menekan angka penyebaran yang semakin liar.
"Kita selalu berupaya yang terbaik untuk penanggulangan wabah ini," ujar Mimi.
Setiap hari, Riau tentu kewalahan dalam penanggulangan wabah virus yang terbilang baru ini. Namun berkaca pada kasus-kasus yang semakin naik, Pemprov Riau terus melakukan koordinasi dengan pemerintah daerah di 12 kabupaten dan kota untuk pencegahan secara masif, selanjutnya juga membuat kebijakan yang terstruktur. Ini dilakukan untuk bisa bangkit melawan pandemi.
Mimi mengatakan, dari lonjakan kasus yang terus terjadi, pihaknya berharap untuk menekan angka penyebaran covid-19 mesti dimulai dari diri sendiri dengan meningkatkan kesadaran tinggi dan disiplin dalam menerapkan protokol kesehatan. “Sepanjang itu belum kita (masyarakat) laksanakan maka angka penyebaran akan terus ada,” katanya.
Pekanbaru Penyumbang Kasus Tertinggi
Kota Pekanbaru, sebagai urat nadi ekonomi Provinsi Riau menjadi salah satu daerah penyumbang kasus positif Covid-19 terbanyak jika dibanding 11 kabupaten dan kota lainnya. Bahkan kota ini pada 23 Oktober berada di posisi pertama sebagai kota terbanyak warganya yang terpapar. Kemudian disusul Kota Padang, dan Jakarta Timur.
Kawasan ini merupakan lokasi metropolis yang juga sebagai tempat para pelaku usaha bergelut, mulai dari ritel, properti, kuliner hingga jasa. Perputaran ekonomi Riau berpusat di sini. Di Pekanbaru jumlah pasien positif Covid-19 per 3 November berada di angka 7.397, dan yang meninggal melawan virus tersebut sebanyak 185 orang dari lintas usia.
Bagi yang wafat, Pemko Pekanbaru juga telah menyediakan pemakaman khusus korban Covid-19 di tempat pemakaman umum (TPU) Palas, Kecamatan Rumbai. Sementara itu, secara kumulatif di Riau jumlah angka positif di hari yang sama yaitu 14.947, disusul dengan tingkat kesembuhan 11.913 orang dan meninggal 342 orang.
Di sinilah, beragam upaya juga telah digenjot Pemerintah Kota dengan Pemerintah Provinsi untuk menekan angka penyebaran yang semakin liar. Salah satunya dengan penerapan dua kali pembatasan sosial berskala mikro (PSBM) di beberapa kecamatan. Langkah itu sedikitnya telah membawa perubahan atas perilaku masyarakat.
"Dalam penerapannya, kita selalu ingatkan warga agar menerapkan 4-M, yaitu memakai masker sebagai kewajiban, mencuci tangan selalu dengan sabun, menjaga jarak dan menghindari keramaian," kata Wali Kota Pekanbaru, Dr Firdaus.
Sedangkan tugas pemerintah, menurutnya adalah 3-T yaitu tes masyarakat dengan swab atau rapid test baik secara massal maupun per gejala, tracking kontak pasien yang positif dan treatment warga yang membutuhkan perawatan.
Di sisi lain, selama menghadapi pandemi Covid-19, tercatat Riau harus kehilangan tenaga medis yang bertarung langsung dalam penanggulangan wabah. Data yang dihimpun Riau Pos, ada sebanyak empat dokter dan dua perawat di Riau yang sudah gugur dalam waktu tujuh bulan melawan pandemi.
Di antaranya adalah dokter muda Oki Alfian (29). Beliau adalah dokter di Riau yang bertugas di Puskesmas Gunung Sahilan Kabupaten Kampar yang pertama kali gugur terpapar Covid-19 pada Sabtu (12/9/2020). Kemudian dr Jhon Andi Zainal (46) yang bertugas di Puskesmas Air Tiris, Kabupaten Kampar yang juga meninggal dengan kasus sama pada Kamis (24/9/2020).
Selanjutnya dr Hamido Hutauruk (62) yang bertugas di RSUD Arifin Ahmad Pekanbaru, dia meninggal pada Senin (28/10/2020). Dan dokter yang terakhir adalah dr Yudi Rianto (58) yang sehari-hari membuka praktik umum di wilayah Duri, Kabupaten Bengkalis, meninggal pada Jumat (2/10/2020).
Selain dokter, juga ada dua orang perawat yang gugur dalam menjalankan misi kemanusiaan dalam penanggulangan wabah. Yang pertama adalah Riani (50) seorang perawat di RSUD Dumai yang meninggal pada Sabtu (8/9/2020). Kemudian Sisca Febrianti (31), seorang perawat di RS Ibnu Sina Pekanbaru yang meninggal pada Rabu (7/10/2020).
Deretan kasus kematian terhadap tenaga medis akibat Covid-19 ini membuat semua pihak khawatir tak terkecuali Gubernur Riau Drs Syamsuar. Sebagai pucuk pimpinan birokrasi di Bumi Lancang Kuning, dia turut larut dalam kesedihan yang melanda akibat wabah Covid-19.
"Innalillahi wa inna ilahi rojiun. Kami atas nama Provinsi Riau turut berduka. Kami berharap agar tidak ada lagi tenaga kesehatan yang gugur dalam menangani kasus Covid-19 di Provinsi Riau," kata Syamsuar saat melepas jenazah dokter Alfin di RSUD Arifin Ahmad Pekanbaru, Sabtu (12/9) lalu.
Dengan berlinang air mata dan dikelilingi isak tangis pendoa, orang nomor satu di Riau ini berharap kepada seluruh tenaga medis agar wajib memakai alat pelindung diri (APD) selama memberikan pelayanan.
Sebab, menurutnya saat ini banyak yang terinfeksi tapi tidak menunjukkan gejala Covid-19 atau orang tanpa gejala (OTG). Kemudian kepada masyarakat juga, Syamsuar berharap agar disiplin menerapkan protokol kesehatan untuk memutus mata rantai penyebaran corona.
Bangkit dan Menunjukkan Angka Kesembuhan Tinggi
Melihat tren kasus yang masih tinggi, Pengamat Kebijakan Publik dari Universitas Riau, Khairul Amri MSi menilai langkah-langkah dan formulasi yang dibuat pemerintah Provinsi Riau dalam penanggulangan wabah masih belum maksimal.
Buktinya, kebijakan yang dibuat tersebut dirasa belum berefek pada berkurangnya kasus penyebaran Covid-19, namun di sisi lain kesuksesan Riau dalam penanggulangan wabah adalah tingkat kesembuhan yang terbilang tinggi.
Maka dari itu, yang harus diperhatikan Pemerintah Provinsi Riau bersama pemko dan pemkab di Riau adalah di tahap pencegahan dan pengawasan kebijakannya. Ini menurut Khairul adalah hal yang sangat penting. "Strategi tak berjalan kalau pengawasan tak maksimal," katanya.
Dosen muda ini menjelaskan, bahwa dalam sebuah kebijakan yang paling penting adalah pengawasan agar kebijakan itu berjalan dengan baik. Dalam kasus Covid-19 di Riau ini, mesti ada pengawasan yang serius untuk menekan angka penyebaran, agar ada konsekuensinya jika terdapat pelanggaran di tengah masyarakat.
Dari kasus-kasus Covid-19 yang telah terjadi, angka kesembuhan pasien Covid-19 juga meningkat. Per 3 November, sebanyak 11.913 pasien Covid-19 telah dinyatakan sembuh dan bernafas lega. Bahkan pernah suatu kali Riau dinobatkan sebagai jawara di Indonesia dengan predikat tingkat kesembuhan pasien yang tinggi Juli lalu.
Upaya yang telah dijalani Pemerintah Provinsi Riau bersama 12 kabupaten dan kota akhirnya bisa meningkatkan tren pasien sembuh. Juga, pada periode awal November ini, tepatnya pada 1 dan 2 November, penambahan kasus positif di Riau turun drastis bahkan hingga hanya di angka 11 kasus baru saja.
Namun sehari setelahnya, Riau kembali harus berjuang untuk lepas dari cengkraman Covid-19, lantaran kasusnya per 3 November naik lagi hingga di angka 106 kasus, kemudian 4 November kasusnya kembali merangkak jadi 172 kasus.
Harapannya, sinergi dan berbagai upaya yang digencarkan pemerintah bisa melepaskan Riau dari wabah. Sementara masyarakat dituntut untuk bisa disiplin protokol kesehatan agar Riau benar-benar bangkit dari cengkraman Covid-19.(das)
Pesan Redaksi:
Mari bersama-sama melawan Covid-19. Riaupos.co mengajak seluruh pembaca ikut mengampanyekan gerakan 3M Lawan Covid-19 dengan menerapkan protokol kesehatan dalam aktivitas sehari-hari. Ingat pesan Ibu, selalu Memakai masker, Mencuci tangan dan Menjaga jarak serta hindari kerumunan.
#satgascovid19
#ingatpesanibu
#ingatpesanibupakaimasker
#ingatpesanibujagajarak
#ingatpesanibucucitangan
#pakaimasker
#jagajarak
#jagajarakhindarikerumunan
#cucitangan