Di mana ada kemauan, di situ ada jalan. Pepatah inilah yang dipegang Ali Imran (44). Dirumahkan dari pekerjaannya di masa pandemi Covid-19 tak membuatnya patah semangat. Demam bunga jadi peluang. Dengan modal seadanya dan berbahan baku akar rotan, Ali tetap bisa mendapatkan pemasukan bersama rekan-rekan seperjuangan.
Laporan: EKA GUSMADI PUTRA (Tenayan Raya)
PEKANBARU (RIAUPOS.CO) — Pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang diterapkan Pemerintah Kota Pekanbaru pada April lalu hingga berlanjut dengan sebutan lain sampai Oktober kemarin sepenuhnya adalah dampak pandemi Covid-19. Hal ini mengakibatkan banyak orang yang bekerja dari rumah, bahkan sampai dirumahkan.
Dampak pandemi ini juga dialami Ali Imran. Muncul ide baru untuk menjadi pengrajin. Dan ternyata, hasil kerajinan yang dibuat Ali diminati banyak orang. Hingga menjadikan rezeki baginya serta orang-orang di sekitar RW 12 Kelurahan Pebatuan, Kecamatan Tenayan Raya.
"Ini untuk meletak pot bunganya. Jadi akar pohon ini bisa jadi hiasan di pekarangan untuk bunga-bunga yang lagi tren sekarang," kata Ali saat mengajak Riau Pos keliling melihat tempat usahanya, Senin (2/11).
Mengawali cerita, Ali menjelaskan idenya muncul ketika penerapan PSBB dimulai. Membuat kerajinan dari akar pohon hingga bisa dikreasikan menjadi rak bunga, meja, kursi, dan bongsai ternyata menjadi usaha yang dapat diandalkan di saat pekerjaan sedang tak ada.
"Ya, PSBB ini mengakibatkan kita harus bekerja di rumah saja. Kebetulan sekarang lagi musim bunga, jadi saya terpikir untuk membuat rak bunga," jelas Ali.
Di Kelurahan Pebatuan, Kecamatan Tenayan Raya, tempat usaha Ali ini namanya Sahabat Akar. Akar-akar pohon di ambil dari hutan yang ada di Pekanbaru. Akar-akar yang telah tua di manfaatkan untuk menghasilkan kerajinan yang bernilai jual.
"Kita ambil akar-akar pohon ini dari hutan-hutan yang ada di Pekanbaru, akar-akar yang sudah tua, yang tidak digunakan orang-orang, kita maanfaatkan kambali untuk membuat kerajinan," katanya.
Akar pohon yang di manfaatkanpun semua yang berbentuk unik dan bagus, memiliki banyak cabang yang dapat dikreasikan. Pembuatannya hanya membutuhkan waktu kurang lebih 3 hari.
Dengan rekan kerja tiga sampai empat orang, merupakan warga sekitar tempat tinggalnya. Ali berharap apa yang dilakukan dapat menjadi pemasukan untuk masyarakat yang menjadi pengangguran karena dampak pandemi ini.
Ditegaskannya, selama pandemi ini atau sejak April, kerajinannya sudah laku 50-60 karya. Bahkan, saat ini sudah ada yang memesan langsung kepadanya. Disinggung harga, jika melihat tren harga bunga sekarang, harganya pun kompetitif.
"Dijual Rp300-800 ribuan. Tergantung tingkat kerumitan mengerjakan," akunya.***