JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) bergerak cepat merespons dikeluarkannya izin penggunaan dalam keadaan emergensi vaksin Sinovac untuk anak berusia 6-11 tahun oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Kemarin (2/11), IDAI secara resmi mengeluarkan rekomendasi pembaruan terkait vaksinasi Covid-19 (Coronavac) untuk anak usia 6 tahun ke atas.
Ketua Umum Pengurus Pusat IDAI Piprim Basarah Yanuarso menjelaskan, dalam rekomendasi yang diterbitkan pihaknya, pemberian imunisasi Covid-19 Coronavac pada anak usia 6 tahun ke atas diberikan secara intramuscular. Di mana, dosis diberikan sebanyak 3ug atau 0,5 ml untuk sekali suntikan. Nantinya, mereka diberikan sebanyak dua kali den gan jarak 4 minggu antara dosis pertama dan kedua.
"IDAI juga mengingatkan bahwa vaksinasi ini tidak direkomendasikan bagi anak yang memiliki atau mengalami kontraindikasi," ujarnya, kemarin (2/11).
Kontraindikasi ini meliputi defisiensi imun primer, penyakit autoimun tidak terkontrol, penyakit sindrom Gullian Barre, mielitis transversa, acute demyelinating encephalomyelitis, anak kanker yang sedang menjalani kemoterapi/radioterapi, anak yang sedang mendapat pengobatan imunosupresan/sitostatika berat.
Kemudian, sedang mengalami demam 37,5 derajat Celcius atau lebih, anak baru sembuh dari Covid-19 kurang dari 3 bulan, pascaimunisasi lain kurang dari 1 bulan, anak atau remaja sedang hamil, memiliki hipertensi dan diabetes melitus, dan atau penyakit-penyakit kronik atau kelainan kongenital yang tidak terkendali lainnya.
Namun, lanjut dia, ada catatan yang bisa jadi perhatian. Rekomendasi tersebut juga memberi catatan, bahwa imunisasi untuk anak dengan kanker dalam fase pemeliharaan, penyakit kronis atau autoimun yang terkontrol dapat mengikuti panduan imunisasi umum.
"Tentunya dengan berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter penanggung jawab pasien sebelumnya," jelasnya.
Lebih lanjut dia mengungkapkan, rekomendasi terbaru ini dikeluarkan mengingat pentingnya vaksinasi Covid-19 untuk anak. Mengingat, mereka juga dapat tertular ataupun menularkan Covid-19 dari dan ke orang dewasa di sekitarnya walau tanpa gejala. Oleh karena itu, penting untuk mengontrol secara terus menerus penularan dan transmisi Covid-19 di Indonesia.
Selain itu, kata dia, dari sejumlah laporan terkait pembelajaran tatap muka (PTM) dari beberapa negara menunjukkan adanya peningkatan kasus rawat inap pasien anak dengan Covid-19. Di Indonesia sendiri, merujuk pada data Satuan Tugas Covid-19 Nasional per 1 November 2021, proporsi kasus anak terinfeksi Covid-19 sebesar 13 persen.
Karenanya, dia juga mengingatkan, nantinya sebelum dan sesudah vaksinasi, semua anak tetap wajib memakai masker dengan benar. Lalu, menjaga jarak, tidak berkerumun, dan tidak bepergian bila tidak penting. Terkait pelaksanaannya sendiri, Piprim mengatakan, bahwa ini tergantung dari kebijakan Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Kemungkinan, vaksinasi Covid-19 untuk anak usia 6-10 tahun dapat dimulai setelah mempertimbangkan kesiapan petugas kesehatan, sarana, prasarana dan masyarakat.Kendati begitu, ia memastikan bahwa 4 ribu dokter anak di Indonesia siap membantu mensukseskan program vaksinasi Covid-19 untuk anak usia 6-11 tahun ini.
Selain itu, dia pun mengimbau agar semua anggota IDAI untuk melakukan imunisasi kejar dan imunisasi rutin guna mencegah kejadian luar biasa penyakit infeksi yang dapat dicegah dengan imunisasi. Dokter anak anggota IDAI juga diharapkan mengikuti panduan pelaporan imunisasi dan pemantauan setelahnya yang sudah dikeluarkan Kemenkes.
Sekjen IDAI Hikari Ambara Sjakti menambahkan, rekomendasi ini sifatnya dinamis. Sehingga, dapat berubah sewaktu-waktu sesuai dengan perkembangan bukti-bukti ilmiah yang terbaru.
Terpisah, Juru bicara vaksinasi Covid-19 dari Kemenkes Siti Nadia Tarmizi mengungkapkan, vaksinasi Covid-19 untuk anak usia 6-11 tahun kemungkinan dilaksanakan para awal tahun depan. Sebab, perlu persiapan khusus untuk mulai program vaksinasi anak usia 6-11 tahun ini. Pihaknya pun telah meminta masukan dan rekomendasi dari ITAGI dan IDAI dan organisasi profesi lainnya, terkait juknis pelaksanaannya.
Selain itu, saat ini pemerintah juga masih akan fokus untuk menyelesaikan sasaran target untuk mendapatkan kekebalan kelompok. "Tapi secara bersamaan kita menyiapkan pelaksanaan teknisnya (untuk vaksinasi anak usia 6-11 tahun, red) termasuk seperti prosedur skrining dan prosedur vaksinasinya," jelasnya.
Di sisi lain, kata dia, perlu juga memastikan vaksin yang digunakan tersedia. Mengingat jumlah yang dipesan sebelumnya belum termasuk vaksinasi anak usia dini tersebut. Diperkirakan keperluan vaksin tambahan sendiri mencapai 25 juta dosis vaksin.
Nantinya, vaksinasi anak usia 6-11 tahun ini sendiri bakal dimulai dari daerah yang cakupan vaksinasi lansianya lebih tinggi. Mengingat risiko pada dewasa sakit berat dan kematian lebih tinggi. Sehingga, perlu dipastikan vaksinasi untuk lansia ini telah terpenuhi.
Kebijakan vaksinasi untuk anak usia 6-11 tahun ini diapresiasi oleh legislator. Anggota Komisi IX Saleh Partaonan Daulay menyebutkan bahwa dengan vaksinasi untuk anak-anak sekolah akan memudahkan pembelajaran tatap muka karena tingkat imunitas dan kekebalan naik.
Saleh pun berharap pemerintah melakukan beberapa langkah untuk memastikan kelancaran vaksinasi anak-anak tersebut. Pertama, memastikan ketersediaan vaksin serta jenisnya.
"Apakah jenis vaksinnya sama dengan orang dewasa, berapa jumlah dosisnya, semua harus dipastikan secepatnya," ungkap Saleh kemarin.
Kedua, Kemendikbudristek diharapkan segera berkoordinasi dengan Kemenkes. "Dinas pendidikan dan kesehatan di daerah juga sudah harus merumuskan pola kerja pelaksanaan vaksinasi ini," lanjutnya.
Vaksinator yang ada harus berbagi tugas karena sebagian tetap harus melayani vaksinasi untuk orang dewasa. Ketiga, pemerintah juga diharapkan segera menentukan pemetaan pelaksanaan vaksinasi anak-anak. Oleh karena pengadaan vaksin tidak serentak, harus segera ditentukan daerah yang menjadi skala prioritas. Misalnya daerah dengan jumlah kasus dan level PPKM-nya masih tinggi.
Tak lupa juga Saleh mengingatkan perlunya ada pendampingan bagi anak-anak yang mungkin belum berani menerima vaksin. "Mungkin ada satu dua yang takut, bisa dibujuk dan disemangati," ujarnnya.(mia/deb/jpg/sol/ksm/ted)
Laporan: JPG (Jakarta)