JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Masker terbukti efektif dalam mencegah penularan virus corona melalui tetesan droplet. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga menyarankan agar publik bisa mengenakan masker kain. Agar lebih efektif lagi, peneliti Amerika Serikat menemukan terobosan membuat masker kain yang bisa menangkap virus corona dan menonaktifkannya agar tak menginfeksi seseorang.
Para peneliti telah membuat masker wajah yang diubah secara kimiawi yang dapat menonaktifkan patogen seperti virus corona. Sebuah tim peneliti dari Northwestern University di Evanston, Illinois, telah mengusulkan metode yang memungkinkan masker wajah untuk memodulasi tetesan yang diembuskan secara kimiawi dan membuatnya tidak terlalu menular. Detail pekerjaan mereka dipublikasikan di jurnal Matter.
Masker yang membersihkan tetesan pernapasan akan sangat mengurangi risiko penularan penyakit yang bergantung pada udara atau tetesan. Peneliti mensimulasikan tindakan pernapasan misalnya dengan menghirup, mengembuskan napas, batuk, dan bersin di laboratorium untuk menunjukkan bukti konsep mereka.
Lalu peneliti menunjukkan kain seperti lap tanpa serat dengan kepadatan serat 19 persen dapat membersihkan virus hingga 82 persen tetesan pernapasan yang dikeluarkan berdasarkan volume. Para peneliti juga melaporkan bahwa kain bukan tenunan dalam percobaan tidak menghalangi pernapasan, dan bahan kimia dalam masker yang telah diubah tidak dikeluarkan selama simulasi pernapasan.
Peneliti bekerja merancang bahan masker yang memenuhi beberapa kriteria. Pertama, tidak boleh menghalangi pernapasan sehingga menyulitkan.
Berikutnya adalah kain yang mereka cari harus memiliki kemampuan yang cukup untuk membawa agen antivirus molekuler, ion logam dan asam, yang dapat dengan mudah menempel pada tetesan yang dikeluarkan. Terakhir, peneliti mencari kain yang tidak memiliki bahan kimia yang mudah menguap atau bagian yang dihirup oleh pengguna dengan penggunaan berulang.
“Struktur virus sebenarnya sangat halus dan rapuh,” jelas pemimpin tim peneliti dari Northwestern University Jiaxing Huang seperti dilansir Science Times.
Dia menambahkan bahwa jika salah satu bagian dari patogen mengalami malfungsi, sebagian besar virus tidak dapat menginfeksi orang lain. “Masker merupakan komponen terpenting dari alat pelindung diri (APD) yang dibutuhkan untuk melawan pandemi,” jelasnya.
Huang juga membahas kesalahpahaman di antara beberapa orang yang tidak percaya akan perlunya masker di tengah pandemi dalam sebuah artikel dari Northwestern. Dia menyarankan agar APD menjadi senjata wajib masyarakat.
“Di mana ada wabah penyakit pernapasan menular, mengendalikan sumber adalah paling efektif dalam mencegah penyebaran virus,” kata Huang.
Sumber: Jawapos.com
Editor: E Sulaiman