PEKANBARU (RIAUPOS.CO) – Untuk melaksanakan kewajiban tridarma perguruan tinggi, mahasiswa kuliah kerja nyata (KKN) Universitas Riau melaksanakan pengabdian di Kampung Sialang Palas, Siak. Dengan mitranya kelompok tani Karya Bersama.
Tim yang beranggotakan 10 orang dari beberapa fakultas ini, ada Dona Mustika Lestari, Ester Marisi Silitonga, Farin Fitri Syahdila, Fitri Amelia, Jepri Juliansyah, Ilham Fauzi Siregar, Mutiara Damris, Ravi Oktiari, Randi Pramana, dan Wardaniah.
Tim kukerta dibimbing Khairul Anwar dalam mengolah limbah ternak menjadi pupuk kompos, yang dilaksanakan 29 Agustus 2021 lalu.
LPPM (Lembaga Pengembangan Penelitian Kepada Masyarakat) Unri sebagai pusat penelitian kampus merancang sistem kukerta pada tahun 2021 ini dengan sistem semi daring (hybrid).
Beragam aktivitas manusia menyebabkan peningkatan konsentrasi gas rumah kaca (GRK) di atmosfer bumi. Contohnya seperti aktivitas pertanian yang menghasilkan karbondioksida (CO2) dan metana (NH4) di langit. Sehinga Gas Rumah Kaca (GRK) yang naik ke langit terhalang dan terpantul kembali ke bumi menyebabkan panas yang dirasakan seluruh mahluk dipermukaan bumi semakin tinggi.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut para petani mencari solusi mengatasi emisi gas rumah kaca tersebut dengan memanfaatkan limbah kotoran sapi menjadi pupuk kompos yang ramah lingkungan. Kotoran sapi tersebut dapat dipakai sebagai bahan baku pembuatan pupuk kompos untuk lahan pertanian.
Kelompok tani Karya Bersama ini memiliki peternakan sapi yang cukup bagus. Sayangnya, petani belum memanfaatkannya secara maksimal dan memilih menggunakan pupuk kimia siap pakai di pasaran.
Oleh karena itu, tim KKN/Kukerta Unri melakukan penyuluhan sekaligus membantu Kelompok Tani bagaimana cara mengolah limbah ternak menjadi pupuk kompos yang ramah lingkungan tanpa menggunakan bahan kimia.
Adapun bagan campuran untuk membuat pupuk kompos ini sangat mudah didapatkan seperti kotoran ternak kering, sayuran busuk, buah busuk, sekam, daun kering, tandan kosong kelapa sawit, abu pembakaran, cacahan pelepah sawit, dan air. Semua bahan tersebut ditempatkan di satu wadah dan dicampur secara merata.
Setelah dikira tercampur merata, tutup wadah dengan rapat dan letakkan di tempat yang teduh. Setelah satu atau dua minggu, pupuk kompos sudah bisa digunakan pada lahan pertanian.
Dalam penyuluhan yang digelar di Kampung Sialang Palas itu, tim juga mengatakan, pupuk kompos dari kotoran sapi dapat mengurangi limbah ternak yang tidak diolah sebelumnya, mempunyai daya jual, ramah lingkungan, menghemat pengeluaran biaya, dan dapat diproduksi secara massal.
Sehingga dapat menggerakkan perekonomian warga Kampung Sialang Palas dengan cara memasarkan produk pupuk kompos yang dihasilkan. Apalagi modal yang diperlukan untuk membuat pupuk organik dari kotoran sapi tergolong murah.
Terkait kegiatan mahasiswa Kukerta Unri di Kampung Sialang Palas, penghulu Kampung Sialang Palas, Nasio ikut menyambut dan mempersilakan. Beliau juga meminta tim Kukerta Unri untuk mematuhi protokol kesehatan serta meminimalisir acara yang membuat kerumunan warga.(ifr/rls)
Editor: Eka G Putra