Mengabdi, Sabar Menanti Gaji

"Pahlawan tanpa tanda jasa" patut disematkan kepada guru yang benar-benar ikhlas berkorban waktu dan sering mengabaikan apa yang didapatkan. Hal itu masih ada diceruk kampung di Pulau Bengkalis.

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) — MENJADI guru sudah diidamkannya sejak duduk di bangku SMA. Setelah tamat dari SMAN2 Bengkalis dia melanjutkan pendidikan di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) di salah satu perguruan tinggi ternama di Pekanbaru.

- Advertisement -

Setelah tamat 2012, Rubiati langsung mengabdikan diri dan menularkan ilmu yang didapatkan di bangku kuliah tersebut. Terhitung 1 Oktober 2012 dirinya mengabdi sebagai guru bidang studi Biologi di SMAN 5 Bengkalis yang terletak di Sungai Gadung, Desa Sungai Batang, Kecamatan Bengkalis.

"Jarak kadang tak jadi persoalan. Asalkan bisa membagikan ilmu kepada anak didik," kata Rubiati yang lebih akrab disapa Rubi ini kepada Riau Pos.

- Advertisement -

Diceritakan dia, untuk sampai ke SMAN 5 dirinya harus bangun lebih awal. Setiap harinya berangkat dari rumah beralamat di

RT03, RW 01, Desa Telukpambang sekitar pukul 05.40 WIB. "Sebagai guru tentu harus datang lebih awal. Jadi minimal pukul 07.00 WIB sudah tiba di sekolah. Jadi kecepatan motor harus 60 Km per jam. Itu juga terkadang terlambat juga tiba," jelas anak kelima dari delapan bersaudara ini mengenang.

Kenang Rubi, terkadang melihat jarak tempuh yang dilalui setiap hari terasa letih juga. Tapi jika terkenang siswa menunggu di ruang kelas semua itu jadi hilang.

Sejak 2012-2017 rutinitas itu terus dilakukan. Sehingga sudah menjadi kebiasaan. "Letih. Ya tentu letih. Tapi untuk anak-anak didik agar lebih baik dan berilmu lebih utama. Alhamdulillah tetap nyaman, walaupun masih status honorer hingga sekarang," jelasnya.

Setelah lama mengabdi di SMAN 5 Sungai Gadung dirinya harus ikut suami. Akhirnya masih berstatus honorer komite sekolah dirinya pindah ke SMAN 3 Bantan, Desa Teluklancar, Kecamatan Bantan.

Masih menyandang honorer sekolah dirinya bersama suami tetap mengikuti rutinitas menjadi guru di SMAN 3. Jarak tempuh masih tetap sama, kisaran 1 jam perjalanan sepeda motor. "Tantangannya lain lagi. Kalau dulu jalan ditempuh bagus. Sekarang jalannya kurang bagus. Tapi sekali lagi tetap semangat," jelasnya.

"Menjadi guru itu kemauan hati dan bukan kemauan gaji," kata Rubi menyemangat diri.

Sebagai guru honorer dirinya sadar diri. Meskipun menerima gaji per tiga bulan sekali."Masalah gaji janganlah disebutkan. Yang jelas di bawah satu juta per bulan. Tapi keikhlasan mengabdi itu saya ke depankan," ucapnya lagi.

Selama mengabdi 2012 dirinya harus rela menerima honor/gaji enam bulan sekali dengan kisaran di bawah satu juta.

Begitu juga sekarang ini dirinya juga menerima gaji di bawah satu juta. "Itu tak masalah asalkan anak-anak kita bisa belajar dengan baik dan mengenyam pendidikan hingga tingkat SLTA,"kata Rubi mengenang kesulitan dirinya menimba ilmu di bangku SMA jauh dari kampung atau di Kota Bengkalis.

Sebagai guru dirinya tetap ikhlas mendidik. Sekarang dirinya hanya terpikir bagaimana anak-anak yang ada di ceruk kampung juga mengenyam pendidikan yang sama seperti di tengah kota. "Niat saya cuma satu mari didik anak kita agar bisa bersekolah hingga jenjang pendidikan atas," harapnya.***

Laporan ERWAN SANI, Bengkalis

"Pahlawan tanpa tanda jasa" patut disematkan kepada guru yang benar-benar ikhlas berkorban waktu dan sering mengabaikan apa yang didapatkan. Hal itu masih ada diceruk kampung di Pulau Bengkalis.

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) — MENJADI guru sudah diidamkannya sejak duduk di bangku SMA. Setelah tamat dari SMAN2 Bengkalis dia melanjutkan pendidikan di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) di salah satu perguruan tinggi ternama di Pekanbaru.

Setelah tamat 2012, Rubiati langsung mengabdikan diri dan menularkan ilmu yang didapatkan di bangku kuliah tersebut. Terhitung 1 Oktober 2012 dirinya mengabdi sebagai guru bidang studi Biologi di SMAN 5 Bengkalis yang terletak di Sungai Gadung, Desa Sungai Batang, Kecamatan Bengkalis.

"Jarak kadang tak jadi persoalan. Asalkan bisa membagikan ilmu kepada anak didik," kata Rubiati yang lebih akrab disapa Rubi ini kepada Riau Pos.

Diceritakan dia, untuk sampai ke SMAN 5 dirinya harus bangun lebih awal. Setiap harinya berangkat dari rumah beralamat di

RT03, RW 01, Desa Telukpambang sekitar pukul 05.40 WIB. "Sebagai guru tentu harus datang lebih awal. Jadi minimal pukul 07.00 WIB sudah tiba di sekolah. Jadi kecepatan motor harus 60 Km per jam. Itu juga terkadang terlambat juga tiba," jelas anak kelima dari delapan bersaudara ini mengenang.

Kenang Rubi, terkadang melihat jarak tempuh yang dilalui setiap hari terasa letih juga. Tapi jika terkenang siswa menunggu di ruang kelas semua itu jadi hilang.

Sejak 2012-2017 rutinitas itu terus dilakukan. Sehingga sudah menjadi kebiasaan. "Letih. Ya tentu letih. Tapi untuk anak-anak didik agar lebih baik dan berilmu lebih utama. Alhamdulillah tetap nyaman, walaupun masih status honorer hingga sekarang," jelasnya.

Setelah lama mengabdi di SMAN 5 Sungai Gadung dirinya harus ikut suami. Akhirnya masih berstatus honorer komite sekolah dirinya pindah ke SMAN 3 Bantan, Desa Teluklancar, Kecamatan Bantan.

Masih menyandang honorer sekolah dirinya bersama suami tetap mengikuti rutinitas menjadi guru di SMAN 3. Jarak tempuh masih tetap sama, kisaran 1 jam perjalanan sepeda motor. "Tantangannya lain lagi. Kalau dulu jalan ditempuh bagus. Sekarang jalannya kurang bagus. Tapi sekali lagi tetap semangat," jelasnya.

"Menjadi guru itu kemauan hati dan bukan kemauan gaji," kata Rubi menyemangat diri.

Sebagai guru honorer dirinya sadar diri. Meskipun menerima gaji per tiga bulan sekali."Masalah gaji janganlah disebutkan. Yang jelas di bawah satu juta per bulan. Tapi keikhlasan mengabdi itu saya ke depankan," ucapnya lagi.

Selama mengabdi 2012 dirinya harus rela menerima honor/gaji enam bulan sekali dengan kisaran di bawah satu juta.

Begitu juga sekarang ini dirinya juga menerima gaji di bawah satu juta. "Itu tak masalah asalkan anak-anak kita bisa belajar dengan baik dan mengenyam pendidikan hingga tingkat SLTA,"kata Rubi mengenang kesulitan dirinya menimba ilmu di bangku SMA jauh dari kampung atau di Kota Bengkalis.

Sebagai guru dirinya tetap ikhlas mendidik. Sekarang dirinya hanya terpikir bagaimana anak-anak yang ada di ceruk kampung juga mengenyam pendidikan yang sama seperti di tengah kota. "Niat saya cuma satu mari didik anak kita agar bisa bersekolah hingga jenjang pendidikan atas," harapnya.***

Laporan ERWAN SANI, Bengkalis

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya